Bicara tentang Sumatera Utara, sudah pasti yang akan kepikiran adalah Danau Toba, yang memiliki keindahan alam luar biasa, dan bahkan namanya sudah mendunia. Meski demikian, Sumatera Utara juga punya satu kawasan yang memiliki potensi wisata luar biasa, yaitu Dairi. Dairi yang dijuluki sebagai salah satu kabupaten dengan sentra penghasil buah durian terbaik di Sumatera Utara ini semakin bertransformasi sebagai tujuan wisata baru yang layak diperhitungkan.
Peta Administrasi Kabupaten Dairi

Kabupaten Dairi adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibu kotanya ialah Sidikalang. Kabupaten ini kemudian dimekarkan menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi sebagai kabupaten induk dan Kabupaten Pakpak Bharat dengan dasar hukum Undang Undang Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan yang dikeluarkan pada tanggal 25 Februari 2003. Kabupaten Dairi merupakan salah satu dari 33 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 192.780 hektare, yaitu sekitar 2,69% dari luas Provinsi Sumatera Utara (7.160.000 hektare) yang terletak di sebelah barat laut Provinsi Sumatera Utara. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700 s.d. 1.250 m di atas permukaan laut, dengan 15 kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Dairi akhir tahun 2004 adalah sebanyak 271.521 jiwa dengan banyaknya rumah tangga sebesar 59.197. Penyebaran penduduk tersebut tidak merata di 14 kecamatan definitif. Kabupaten ini kemudian dimekarkan menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi sebagai kabupaten induk dan Kabupaten Pakpak Bharat dengan dasar hukum Undang Undang Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan yang dikelurkan pada tanggal 25 Februari2003.
Batas Wilayah
Utara : Kabupaten Aceh Tenggara (Provinsi Aceh) dan Kabupaten Karo
Selatan : Kabupaten Pakpak Bharat
Barat : Kabupaten Aceh Selatan (Provinsi Aceh)
Timur : Kabupaten Toba Samosir
Sejarah Kabupaten Dairi
Kabupaten Dairi didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1964 tentang Pembentukan Kabupaten Dairi, selanjutnya wilayahnya ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Wilayah Kecamatan di Kabupaten Dairi, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara. Penjabat Bupati Kepala Daerah Dairi pertama ditetapkan Rambio Muda Aritonang yang bertugas mempersiapkan pembentukan DPRD Dairi serta pemilihan Bupati definitif. Pada kesempatan pertama Bupati Kepala Daerah Dairi terpilih dengan suara terbanyak adalah Mayor Raja Nembah Maha pada tanggal 2 Mei 1964. Sejak tahun 1999 sampai dengan 2009 Kabupaten Dairi dipimpin oleh Bupati Dr. Master Parulian Tumanggor dan pada akhirnya digantikan oleh wakilnya, Kanjeng Raden Adipati (KRA) Johnny Sitohang Adinegoro. Kanjeng Raden Adipati (KRA) Johnny Sitohang Adinegoro dan Irwansyah Pasi, S.H. menjadi Bupati dan Wakil Bupati Dairi periode 2009-2014. Pada Masa Perang Kemerdekaan, tepatnya pada Agresi I Militer Belanda, yakni tanggal 6 Juli 1947, untuk menghadapi perang melawan Agresi Belanda tersebut, maka Residen Tapanuli saat itu Dr. Ferdinand Lumban Tobing selaku Gubernur Militer Sumatera Timur dan Tapanuli menetapkan Keresidenan Tapanuli menjadi 4 (empat) Kabupaten yaitu :
1. Kabupaten Dairi;
2. Kabupaten Toba Samosir;
3. Kabupaten Humbang;
4. Kabupaten Silindung;
Selanjutnya berdasarkan surat Residen Tapanuli Nomor 1256 tanggal 12 September 1947, maka ditetapkanlah Paulus Manurung sebagai Bupati pertama di Kabupaten Dairi yang berkedudukan di Sidikalang, terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1947. Kemudian Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Dairi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2689); dan berdasarkan kesepakatan pemerintah serta masyarakat kemudian tanggal 1 Oktober 1947 dikukuhkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Dairi, yang dituangkan dalam Keputusan DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Dairi Nomor 4/K-DPRD/1977 tanggal 26 April 1977. Terbitnya Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan serta keragaman daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya pada Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tersebut telah disebutkan : ”Selain mempunyai kewajiban sebagaimana tertuang pada ayat (1), kepala daerah mempunyai kewajiban juga untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, dan memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat”, yangformat, tata cara dan mekanismenya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, dan memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada DPRD, Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat; Untuk memenuhi Pasal 17 ayat (2), Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dan sekaligus menindaklanjuti Surat Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 130.2/132 tanggal 6 Januari 2010 perihal Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Tahun 2009 , maka laporan ini merupakan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Tahun 2009. Setelah membahas tentang sejarah nya, ada hal menarik juga tentang destinasi wisata di kabupaten ini. Apa saja kira-kira ? Mari kita bahas satu persatu.
Danau Sicike Cike

Tempat wisata di Dairi yang pertama adalah wisata Danau Sicike-Cike yang terletak di Kecamatan Sitijo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Danau ini memiliki pemandangan yang memukau dan cocok digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas menarik, seperti berkemah di pinggir danau sembari menikmati suasana danau yang begitu nyaman. Selain itu aktivitas santai lainnya yang bisa dilakukan adalah berburu spot alam yang memukau kemudian bisa di upload di media sosial. Danau Sicike-Cike juga menjadi tujuan wisata banyak orang, karena terletak di Kawasan yang sangat strategis dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan yang cenderung bising.
Dahulu kala disebuah bukit hiduplah Raja Naga Jambe. Dia memiliki 2 orang istri yang bernama beru Saraan dan beru Padang. Dari beru Saraan, sang Raja memperoleh 3 orang anak yang bernama Ujung, Angkat, dan Bintang. Dari beru Padang, sang raja juga memiliki keturunan sebanyak 4 orang anak yang masing-masing diberi nama Capah, Gajah Manik, Kuda Diri dan Sinamo. Suatu hari ketika musim menanam tiba, Raja Naga Jambe bersama seluruh anggota keluarganya, kecuali beru Saraan pergi ke ladang. Beru Saraan tidak dapat ikut serta karena sakit-sakitan dan sudah uzur. Beru Saraan tinggal di rumah bersama seekor kucing peliharaannya.
Menurut kebiasaan pada masa itu jika musim menanam di ladang tiba, maka aktifitas memasak juga di lakukan di ladang. Makanan untuk orang yang ditinggal di rumah, di antarkan dari ladang. Begitu pula yang terjadi pada beru Saraan. Makanan untuknya disediakan dan diantarkan oleh anaknya secara bergantian.
Suatu ketika karena kesibukan pekerjaan di ladang, Raja Naga Jambe dan seluruh anaknya lalai mengantarkan makanan untuk beru Saraan. Sepanjang hari itu beru Saraan menunggu dan berharap ada yang mengantarkan makanan untuknya. Kenyataannya hingga hari sore harapannya tiada terwujud.
Beru Saraan merasa sangat lapar hingga kehilangan kesabaran dan merasa sangat sedih karena tidak diperdulikan oleh keluarganya sendiri. Sambil mengelus-elus kucing yang berada dipangkuannya, air matanya mulai menetes satu per satu.
Semakin lama air matanya semakin deras menetes dan seiring dengan rasa sedih yang semakin memuncak, beru Saraan mengadukan nasibnya kepada Tuhan. Tiba-tiba saja, langit yang tadinya cerah berganti menjadi gelap dan turunlah hujan yang lebat beserta angin kencang yang sambung menyambung.
Lambat laun air semakin tinggi hingga menenggelamkan rumah dan segala isinya serta berru Saraan dengan kucingnya tenggelam. Genangan air ini membentuk sebuah danau yang dinamakan danau Sicike-cike.
Air danau ini airnya selalu penuh hingga ketepi atas danau. Air danau ini tidak pernah melimpah bagaimanapun lamanya dan derasnya hujan dan juga tidak pernah surut walaupun saat musim kemarau. Bayangan bahan-bahan kayu bekas tiang, lantai dan dinding rumah konon kabarnya dapat dilihat dari atas permukaan danau.
Setelah mengetahui salah serorang anggota keluarganya tenggelam dalam air danau, seluruh anggota keluarga Raja Naga Jambe bersepakat untuk meninggalkan kampung halamannya itu dan menetap di wilayah lain secara terpisah. Semua nama-nama anak keturunan Raja Naga tersebut diatas, saat ini menjadi marga-marga Suku Pakpak, yang disebut dengan istilah Si Pitu Marga (kelompok tujuh marga). Danau Sicike-cike dipercaya sebagai daerah asal nenek moyang ketujuh marga tadi. Pada masyarakat Dairi ada pantangan untuk memandikan kucing. Jika dilanggar, maka akan mendatangkan bencana.
Rumah Adat Pakpak

Tempat wisata di Dairi yang kedua adalah wisata Rumah Adat Pakpak yang berlokasi di Desa Pakpak, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara yang merupakan salah satu wisata budaya. Rumah adat ini memiliki bentuk dan arsitek bangunan yang hampir sama dengan rumah adat Bolon suku Batak, hanya saja membedakannya adalah rumah tersebut dihuni oleh suku Pakpak. Ada banyak pengalaman yang bisa kita dapatkan dengan mengunjungi tempat ini. Banyak nilai budaya masa lalu yang bisa pelajari, karena memang masyarakatnya masih mempertahankan kehidupan masa lalu yang diwariskan secara turun temurun. Rumah adat Pakpak memiliki bentuk yang khas yang dibuat dari bahan kayu dengan atap dari bahan ijuk. Bentuk desain Rumah Adat Pakpak Sumatera Utara selain sebagai wujud seni budaya Pakpak, setiap bentuk desain dari bagian-bagian Rumah Adat Pakpak tersebut memiliki arti tersendiri. Jika diteliti dengan cermat dan diketahui maknanya, maka cukup dengan melihat rumah adat Pakpak akan bisa mendeskripsikan bagaimana Suku Pakpak berbudaya.
Pemandian Lau Timah

Pemandian Lau Timah yang merupakan pemandian air alami, kini menjadi destinasi liburan yang asyik bagi warga Karo dan sekitarnya. Bahkan kabarnya, mandi di kolam air ini dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Terlepas dari khasiat mandi di Lau Timah ini, ternyata memiliki panorama alam yang luar biasa sob. Bisa Anda lihat sendiri keindahan alamnya pada fotonya ini. Kolam renang dari sumber air yang mengandung timah ini nampak sangat menawan, dan ditambah lagi dengan pemandangan alam sekitar yang hijau memanjakan mata. Maka tak heran bila tempat ini begitu digemari dan ramai pengunjung pada hari-hari tertentu. Pemandian ini lokasinya berada di Desa Lau Renun, Kecamatan Tanah Pinem, Dairi, Sumatera Utara. Tempat ini terkenal berada di Karo, tetapi sebenarnya karena memang di kawasan itu sebagian besar penduduknya adalah orang Karo.
Tao Silalahi

Objek wisata alam yang ada di Dairi yang wajib dikunjungi yakni wisata Tao Silalahi yang terletak di Desa Silalahi, kecamatan Silalahi Sabungan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Tempat ini merupakan lokasi paling strategis untuk menikmati indahnya Danau Toba. Pesona Tao Silalahi memang amat mengesankan hati. Dimana, air nya yang sangat jernih dan pemandangan bukit barisan nan elok. Membuat mata anda akan sulit untuk berkedip. Menariknya lagi, disini pula ada palung terdalam Danau Toba yang mencapai 900 meter. Sehingga, siapa pun disarankan untuk berhati-hati bila bermain-main disini. Tao silalahi terletak di Desa Silalahi, Silahi Sabungan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara 22281.Bila anda yang berasal dari medan. Anda bisa memulai perjalanan dengan menggunakan kereta api dari Stasiun Medan menuju ke Stasiun Siantar.
Bukit Siadtaratas

Bukit Siadtaratas Silalahi yang terletak di kabupaten Dairi ini menjadi salah satu spot favorit terindah yang bisa dicoba oleh para traveler. Terutama bagi mereka yang menyukai wisata alam dan petualangan. Bukit Siadtaratas ini dipenuhi dengan padang rumput yang luas dan rute yang tidak sulit untuk dijangkau, sehingga menjadikan bukit ini sangat bagus untuk tempat menikmati pemandangan Danau Toba dan menunggu matahari terbenam di sore hari. Meskipun Bukit Siadtaratas sempat terbakar, tetapi bukit ini masih menjadi salah satu objek wisata favorit yang layak untuk dikunjugi. Saat ini, Bukit Siadtaratas sudah menghijau kembali dimana pemandangan yang indah kembali di sajikan oleh bukit cantik ini. Objek wisata ini sangat direkomendasikan untuk para penggemar olahraga tracking karena untuk mencapai bukit kita akan melalui rute yang cukup menantang. Dari puncak Bukit Siadtaratas pemandangan Danau Toba sungguh mempesona dan menjadi background yang sempurna.
Taman Wisata Iman Sitinjo

Di Kawasan Sitinjo, Kecamatan Sitinjo,Kabupaten Dairi, Sumatera Utara terdapat sebuah objek wisata populer yang bernama Taman Wisata Iman Sitinjo yang dibuka setiap hari mulai pukul 6 pagi hingga 6 sore. Taman Wisata Iman Sitinjo merupakan salah satu wisata taman yang populer di Pulau Andalas, Sumatera Utara. Taman ini juga sering disebut dengan Taman wisata Iman Dairi. Hal ini dikarenakan tempat ini berada di Kabupaten Dairi. Kabupaten ini merupakan kabupaten dengan penduduk yang cukup banyak dengan beragam agama. Penduduknya sangat rukun meskipun memiliki agama yang berbeda-beda. Pemandangan yang dapat dilihat di Taman Wisata Iman Sitinjo sangat lekat dengan nuansa yang religius. Penataan Taman ini diatur dengan sedemikian rupa sehingga berbagai miniatur tempat ibadah bisa dibangun dengan sangat Indah. Tadinya, tempat tersebut adalah bukit yang tertutup hutan. Miniatur tempat ibadah yang dibuat dianggap sangat suci.
Taman yang terletak di Bukit Sitinjo, Kabupaten Dairi ini bisa diakses dengan cukup mudah. Setelah sampai di kota Sidikalang, kamu hanya perlu menempuh 15 menit saja menuju Taman Wisata Iman Sitinjo. Jika kamu ingin mengunjungi Taman Wisata iman sitinjo ini berikut lokasinya Dipenuhi dengan miniatur tempat peribadatan berbagai macam agama menunjukkan bahwa masyarakat di daerah tersebut memang hidup rukun dan berdampingan dengan berbagai macam agama yang ada. Barisan pinus yang sangat rindang dan keindahan tamannya membuat tempat ini sangat cocok dijadikan tempat rekreasi untuk keluarga.
Puncak Sidiangkat

Puncak Sidiangkat salah satu destinasi wisata yang ada di Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi. Pemandangan yang indah dan kenikmatan suguhan kopi Sidikalang yang telah mendunia membuat para pengunjung bakal betah di tempat tersebut. Para pengunjung tidak bakal banyak menghabiskan waktu dalam perjalanan bila sudah berada di jantung Kota Sidikalang. Objek wisata ini merupakan spot favorit para muda-mudi yang mendambakan suasana romantis. Buat yang punya hobi berfoto cocok sekali dating ke tempat ini karena ada sebuah spot berupa sarang burung raksasa. Bukit ini juga berada di kawasan hutan tropis membuat udaranya sangat sejuk dan nyaman sekali dijadikan tempat untuk menenangkan pikiran. Udara yang kita hirup terasa sangat fresh membuat jiwa kita menjadi tenang
Parhonasan Daihonas Lae Parira

Tempat wisata kuliner nenas yang ada di Parhonasan Dairi tepatnya yang terletak di Jalan Sidikalang, Desa Lumban Sihite, Kecamatan Lae Parira menjadi alternative bagi para penikmat wisata kuliner. Kenikmatan kuliner nenas akan diperoleh para wisatawan bila berkunjung ke Kabupaten Dairi. Selain menikmati lezatnya rujak buah nanas yang dipetik langsung dari kebun, pengunjung juga akan menikmati keindahan alam pegunungan dan pedesaan. Taman yang mengusung agrowisata buah nanas ini menjadi salah satu lokasi yang banyak diburu. Pengunjung akan diajak merasakan sensasi berpetualang sembari menikmati betapa segarnya buah nanas. Pihak pengelola akan memetik dan mengupaskan buah nanas yang ingin anda cicipi.
Sungai Lae Renun

Sungai Lae Renun adalah objek wisata di Kabupaten Dairi yang cukup populer, bukan hanya di kalangan wisatawan lokal, namun banyak juga wisatawan mancanegara yang menghabiskan waktu liburan di tempat ini. Sungai Lae Renun merupakan sebuah sungai yang berada pada ketinggian rata-rata 700 sampai dengan 1.250 Meter di atas permukaaan laut. Sungai Lae Renun terbentang mulai dari Kecamatan Parbuluan hingga ke Kecamatan Tanah Pinem yang selanjutnya menuju Aceh Tenggara dengan panjang 120 Km. Selain sungai terpanjang, Sungai Lae Renun ini memiliki debit air yang cukup besar dan deras yang disebabkan karena anak-anak sungai di Kabupaten Dairi menyatu ke Sungai Lae Renun. Derasnya air Sungai Lae Renun, menjadikan sungai ini sebagai salah satu lokasi arung jeram yang menantang adrenalin para peminat olahraga arung jeram. Wisata arung jeram Sungai Lae Renun ini bisa anda nikmati di Desa Mangan Moli, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Aek Siapulak Hosa Loja

Aek Sipaulak Hosa merupakan objek wisata sejarah sekaligus situs budaya yang disebut memiliki hubungan dengan perjalanan Raja Silahisabungan. Secara terminologi Bahasa batak, kata aek berarti “air” sedangkan sipaulak “yang mengembalikan” dan hosa “napas”. Maka dapat dideskripsikan bahwa Aek Sipaulak Hosa yang sering juga diimbuhi akhiran kata “Loja” tersebut memiliki pengertian: “air yang mengembalikan napas lelah”. Sejarah Aek Sipaulak Hosa berawal ketika Raja Silahisabungan bepergian ke daerah lain bersama Pinggan Matio beru Padang, sang istri yang dipercaya berasal dari Pakpak Bharat. Namun saat melewati perbuktian, ia merasa kehausan sehingga sang raja menancapkan tongkatnya ke dinding bebatuan dan memancarlah mata air. Setelah meminum airnya yang segar, Pinggan Matio beru Padang pun berucap: “mulak do hape hosa loja” yang menjadi awal kenapa tempat wisata Dairi tersebut dinamai Aek Sipaulak Hosa. Jadi berkunjung ke tempat ini aka nada nilai sejarah yang akan didapatkan. Sesuai dengan namanya aek yang berarti air ini merupakan sumber air keramat yang berasal dari pukulan Tongkat Sakti Raja Silahisabungan.
Air Terjun Lae Pendaroh

Salah satu pesona nusantara di Sumatera Utara adalah air terjun yang jumlahnya cukup banyak. Nah, diantaranya anda wajib mengunjungi Air Terjun Lae Pendaroh. Letaknya cukup unik dan tidak membuat anda mengeluarkan keringat air mata seperti, air terjun lainnya di Sumut. Sehingga, tak heran banyak wisatawan yang datang silih berganti. Tinggi air terjun ini kurang lebih mencapai 3 meter. Dengan debit air yang cukup deras di setiap musimnya. Bila datang musim penghujan debitnya akan lebih deras lagi daripada yang terlihat pada saat musim kemarau. Objek wisata ini airnya akan menuju ke Lau Renun. Salah satu tempat arung jeram favorit di Sumatera Utara yang mampu menghadirkan adrenalin super tinggi. Tetapi, tetap seru dan bahkan saat liburan kita harus antri terlebih dahulu. Pemandangan yang dihadirkan memang tidak seperti lainnya yang dipenuhi oleh pepohonan cukup lebat. Hanya saja, formasi bebatuan dan hijaunya pepohonan sudah cukup membuat kawasan ini menjadi salah satu sudut spot foto yang sayang untuk dilewatkan.
Tugu Silahisabungan

Tugu & Makam Raja Silahisabungan atau disingkat dengan TUMARAS diresmikan pada tanggal 23-27 NOVEMBER 1981 oleh seluruh Pomparan Raja Silahisabungan.
Pada peresmian tanggal 24 Nopember yang lalu (1981). Di tumaras banyak sekali tertulis sejarah dan tarombo Opung Silahisabungan, yang ada di seluruh Indonesia bahkan dunia dimana seluruh keturunan Oppung Silahisabungan berkiblat kepada tarombo yang ada di silalahi nabolak sebagai landasan partuturan mereka kepada seluruh keturunan oppung Silahisabungan. Dimana yang paling tua dipanggil sebagai pak tua (bapa tua) oleh adik adiknya dan yang kecil di panggil pak uda (bapa uda/anggi doli) oleh abang yang lebih tua. Dari tumaras tidak jauh dari situ terdapat pula batu yang bertuliskan sumpah untuk keturunan Raja Silahisabungan yaitu PODA SAGU SAGU MARLANGAN. Berisikan makna yang kuat dan tidak boleh dilanggar.
SUMBER
- https://peta-kota.blogspot.com/2017/01/peta-kabupaten-dairi.html
- https://bataknusantara.wordpress.com/2012/11/27/profil-kabupaten-dairi/
- https://pemumkabdairi.blogspot.com/2011/12/sejarah-kabupaten-dairi.html
- https://www.indozone.id/travel/Ojs6Mn/mengintip-potensi-wisata-di-kabupaten-dairi/read-all
- https://tempatwisataseru.com/rekreasi-ke-tempat-wisata-di-dairi-sumatera-utara/
- https://correcto.id/beranda/read/29200/danau-sicike-cike-di-dairi-danau-indah-menyimpan-legenda-ini-ceritanya
- megalpmpsumut.blogspot.com
- https://situsbudaya.id/rumah-adat-pakpak-sumatera-utara/
- https://gulpi-id.blogspot.com/2019/06/wisata-pemandian-lau-timah-sumut.html
- https://tourtoba.com/wisata-bukit-siadtaratas-keindahan-alami-dengan-hamparan-rerumputan-hijau/
- https://medan.tribunnews.com/2021/06/20/uji-adrenalin-nikmati-keseruan-arung-jeram-di-sungai-lae-renun-kabupaten-dairi
- https://www.pariwisatasumut.net/2020/02/aek-sipaulak-hosa-dan-air-terjun-siringo-ringo.html
- https://cagarbudaya.sumutprov.go.id/article/cagar/tugu-makam-raja-silahi-sabungan-61271c63a865d