Setiap suku selalu memiliki kesenian ukir, yang memiliki ciri khas tersendiri. Dan kesenian ukir ini menjadi salah satu bukti peradaban yang dibangun suku itu, sejak mula perjalanan sejarahnya. Demikian halnya dengan suku Batak Toba. Seni ukir atau pahat Batak Toba disebut dengan gorga. Gorga adalah ragam seni hias masyarakat Batak Toba. Gorga itu dapat berupa seni ukir, pahat maupun lukis. Media tempat gorga itu lazim ditemukan dinding rumah, pustaha laklak, sarkofagus (kubur batu) hombung, salapa/ tempat rokok, abalabal/ peti mati dan sebagainya.
Dalam tradisi Suku Batak di Sumatera Utara (Sumut), ukiran Gorga dipasang di bagian luar rumah, rumah adat atau tugu bahkan alat kesenian seperti gendang, serunai, kecapi dan lain. Uniknya lagi Gorba kini dikembangkan di dunia fashion. Gorga melukiskan jiwa si pemilik rumah atau pemesan gorga.
Gorga dapat juga disebut corak atau motif. Proses penciptaannya bukan hanya lahir dari pahatan atau ukiran, tapi juga dilukis, yang umumnya menggunakan cat tiga warna: merah, hitam, dan putih. Warna itu diambil dari bahan-bahan alami.
Arti Warna Motif Gorga
Warna merah pada motif batik ini melambangkan kekuatan, keberanian, dan simbol dunia tengah (bumi). Bumi disimbolkan dengan warna merah karena merupakan tempat pertumpahan darah.
Warna hitam melambangkan kewibawaan, kepemimpinan, dan simbol dunia bawah (neraka), sedangkan putih adalah lambang kesucian, kebenaran, dan simbol dunia atas (surga). Putih berarti kesucian, kebenaran, kejujuran, ketulusan, dan simbol kosmologi banua ginjang (dunia atas).
Leluhur orang Batak menciptakan warna itu dengan cara berikut:
Cat merah, misalnya diambil dari batu hula, sejenis batu alam yang berwarna merah yang tidak dapat ditemukan di semua daerah. Batu ini ditumbuk menjadi halus seperti tepung dan dicampur dengan sedikit air, lalu dioleskan pada ukiran. Cat putih diambil dari tanah yang berwarna putih, tanah yang halus dan lunak dan digiling sampai halus serta dicampur dengan sedikit air.
Juga Cat hitam diperbuat dari sejenis tumbuh-tumbuhan yang ditumbuk sampai halus serta dicampur dengan abu periuk atau kuali. Abu itu dikikis dari periuk atau belanga dan dimasukkan ke daun-daunan yang ditumbuk, kemudian digongseng hingga menghasilkan cat hitam.
Berdasarkan cara pengerjaannya, gorga Batak Toba terdiri dari 2 jenis, yaitu gorga uhir (gorga hasil pahat) dan gorga dais (gorga hasil lukisan). Namun berdasarkan bentuk ornamen, gorga memiliki banyak jenis. Ada Gorga Ipon-Ipon, Gorga Desa Naualu, Gorga Ogung, Gorga Sitompi, Gorga Simataniari, Gorga Singa-singa, Gorga Jorgom,
Juga Gorga Boraspati dan adop-adop, Gorga Gaja Dompak, Gorga Dalihan Natolu, Gorga Simeoleol, Gorga Sitagan, Gorga Sijonggi, Gorga Silintong, Gorga Iran-iran, Gorga Hariara Sundung di Langit dan lainnya.
Namun yang populer Gorga terbagi dua: Gorga Dais atau seni lukis dan Gorga Lontik alias seni ukir. Gorga lontik dapat ditemukan di beberapa bagian rumah Batak dan umumnya dipajang bagian atas rumah. Gorga dais nampak di tugu-tugu orang Batak.
https://www.merdeka.com/sumut/pesona-gorga-batak-motif-batik-kebanggaan-medan-yang-mirip-ulos.html
https://www.kabartravel.id/mengenal-batik-batak-gorga-dan-filosofinya/uncategorized/