
Objek wisata menarik banyak ditemui jika berkunjung ke Samosir, Sumatra Utara. Beberapa tempat menyunguhkan spot andalan yang khas. Seperti yang dilakukan Tiolona Sinambela, pengelola Museum Ruma Kaca di Simanindo.
Selain dijadikan sebagai tempat menyimpan benda-benda antik, Tiolina juga memanfaatkan Ruma Kaca sebagai homestay ekslusif, hanya tersedia dua kamar saja.
Kepada IDN Times, Tiolina menceritakan sejarah berdirinya Ruma Kaca hingga informasi spot andalan yang bisa ditemui wisatawan. Yuk simak informasinya di sini.
1. Rumah ini milik Raja Humpul Pane Sidauruk

Ruma Kaca adalah salah satu spot wisata yang ditemukan di kawasan Museum Huta Bolon Simanindo. Pihak pengelolanya juga masih sama, dia adalah Tiolona Sinambela (54). Tiolina merupakan menantu Raja Humpul Pane Sidauruk yang merupakan anak pertama dari Raja Panualang Sidauruk, seorang Kepala Nagari Simanindo Samosir.
Raja Humpul Pane Sidauruk menikah dengan Tioria Yosephine br Silalahi. Pada 1950, Raja Humpul Pane membangun Ruma Kaca dengan gaya kolonial. Kemudian sejak 1968, museum Ruma Kaca yang merupakan bagian dari museum Huta Bolon Simanindo dibuka untuk umum. Kala itu, museum ini mulai dikunjungi para wisatawan mancanegara.
“Pangeran Bernhard dan Ratu Juliana dari Belanda mengunjungi museum ini pada 1982. Di dalam Ruma Kaca juga diputar film dokumenter yang disaksikan masyarakat desa dan menginap di Pulau Tao dan menyaksikan Tortor Batak secara langsung,” ujarnya.
Baca Juga : Ini 5 Fakta Unik Seputar Kota Medan Yang Istimewa
2. Sejak dulu hanya ada satu rumah yang memiliki desain kolonial di Simanindo yaitu Ruma Kaca

Tiolina menyebut belakangan ini ia menambah sentuhan artistik di Ruma Kaca. “Awalnya gak begini suasananya, tapi karena saya suka art, saya buat rumah ini senyaman mungkin,” ujarnya.
Selanjutnya, pada 2017, Tiolina melakukan pembenahan beberapa barang koleksi yang ada. Terkait penamaan Ruma Kaca, katanya sejak dulu hanya ada satu rumah yang memiliki desain kolonial di Simanindo.
“Jadi orang-orang kalau mau ke sini bilang beta tu ruma kassa, artinya ayo ke ruma kaca,” tutur Tiolina.
3. Wisatawan yang berkunjung ke museum ini juga bisa melihat private island

Tiolina bilang, barang-barang antik yang tersedia di Ruma Kaca merupakan koleksi milik mertuanya. Wisatawan yang berkunjung ke museum ini juga bisa melihat private island milik keluarga Tiolina. “Ada juga private island di sebelah sana,” ucapnya.
Ia mengungkapkan Ruma Kaca ini ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya pada 2021.
Baca Juga : Menelusuri Museum Situs Kota China Di Medan
4. Harga tiket masuk museum Rp20 ribu per orang

Saat ini, museum dibuka setiap hari mulai pukul 09.00-17.00 WIB. Namun, di sekitar museum disediakan coffee shop yang bisa dikunjungi. Harga tiket masuk museum Rp20 ribu per orang.
5. Tersedia homestay bagi wisatawan yang ingin menginap Rp500 ribu per malam

Bagi wisatawan yang ingin menginap, Tiolina juga menyediakan homestay yang ditemukan di Ruma Kaca, harganya Rp500 ribu per malam.
Tak hanya itu, ada juga camping ground Rp200 ribu. Namun bagi yang ingin melakukan camping, wisatawan harus membawa peralatan pribadi.
Di masa pandemik COVID-19, Tiolina mengakui objek wisata yang dikelolanya juga terdampak. Selama pandemik hanya ada 10 orang pengunjung yang datang per harinya. Jumlah itu berbeda jauh dari sebelum pandemik melanda. “Biasanya bisa 50 orang per harinya,” tuturnya.
Ia pun mengenang pada tahun 1980-an, jumlah pengunjung bisa mencapai 200 orang per hari. “Target kita ke depan akan menambah spot untuk menarik wisatawan domestik,” ucapnya.
Baca juga hal-hal lainnya: batakita.com
Hastag:
Sumber : idntimes.com
===========================================
Kunjungi Website kami untuk konten yang lebih lengkap:
Website: https://batakita.com/
Subscribe Channel Youtube kami di:
Youtube: https://www.youtube.com/@batakitacom
Untuk yang memiliki akun social media bisa follow kami di:
Instagram: https://www.instagram.com/batakita_/
Tiktok: https://www.tiktok.com/@batakita_
FOLLOW :