
Di Desa Bonandolok, Kecamatan Sianjurmulamula, Kabupaten Samosir, sebuah air terjun menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung ke Samosir. Air terjun ini mengalir ke Danau Toba melalui areal perkampungan yang dipenuhi dengan pematang sawah. Kawasan ini kerap juga digunakan sebagai tempat berburu foto alam, khususnya di sore hari saat matahari mulai terbenam.
Untuk menuju kawasan tersebut, para pengunjung dapat melalui jalur darat maupun Danau Toba. Bila menggunakan jalur darat, pengunjung akan menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam dan akan melewati pemandian air panas yang disebut masyarakat sekitar Aek Rangat. Sementara, melalui jalur Danau Toba, pengunjung akan menghabiskan waktu sekitar 2 jam dan akan melewati ikon Pulau Samosir, Tano Ponggol.
Saat ini, pembangunan jembatan di Tano Ponggol ini sedang berjalan. Tano Ponggol merupakan batas perairan antara Pulau Sumatera dengan Pulau Samosir. Setibanya di lokasi wisata Air Terjun Bonandolok, pengunjung dapat menikmati sejuknya air dan alam di sana. Pengunjung juga bisa melihat secara langsung pertanian bawang dan padi oleh masyarakat sekitar. Keramahan masyarakat membuat pengunjung betah akan suasana kampung. Hingga saat ini, air terjun tersebut telah dikunjungi banyak wisatawan lokal, termasuk mancanegara.

Biasanya, para pengunjung akan menghabiskan hari bersama dengan masyarakat sekitar. Selain sambangi air terjun tersebut, para pengunjung akan mendapatkan ketenangan dan terhindar dari kebisingan kota.
Baca Juga : Kapal Wisata Yang Berkonsep Rumah Batak Terapung
Suasana tersebut tampaknya akan membuat pengunjung betah tinggal di sana. Walau belum memiliki fasilitas penginapan yang mewah, para pengunjung tetap betah di kawasan tersebut. Desa ini berada di pinggir Danau Toba, sehingga pengunjung menggunakan kesempatan di sana untuk berenang di Danau Toba. Bersatu dengan alam adalah daya tarik sendiri yang ditawarkan oleh lokasi wisata tersebut.
Originalitas air terjun tersebut tentunya membuat para pengunjung mendapatkan edukasi soal alam. Habiskan liburan di kawasan tersebut takkan membuat pengunjung merasa rugi.
Untuk menuju lokasi air terjun Sitapigagan bisa dilalui dengan 2 rute, yaitu via kapal (pelabuhan pangururan – bonan dolok) yang memakan waktu sekitar 1 jam dengan biaya 300 ribu rupiah dan yang kedua via jalur darat yang memakan waktu sekitar 45 menit. Dan saya mengambil jalur darat dengan menggunakan sepeda motor.

Air terjun Sitapigagan mempunyai keunikan tersendiri. Airnya mengalir melalui tebing bukit dengan kemiringan sekitar 60° dan terlihat seperti perosotan wahana air. Air Sitapigagan ini sehari-harinya berwarna agak merah tua dan banyak yang beranggapan seperti kotor. Namun apabila air tersebut dimasukkan kedalam suatu wadah misalnya botol air mineral, warna airnya tetap bening.
Baca Juga : Tempat Wisata Alam di Medan yang Akan Membuat Liburan Anda Sempurna
Penuturan warga setempat yang bermarga Sitanggang, konon apabila ada orang yang sembrono dan mengucapkan kata-kata yang tidak sopan atau mengotori sungai tersebut, maka dirinya akan mendapatkan bala. Selain itu penuturan beliau, apabila air sitapigagan berubah warna menjadi merah darah, maka akan terjadi suatu bencana atau malapetaka. Ya itulah mitos yang berkembang di masyarakat sekitar.
Untuk mencapai desa ini, kamu bisa menyewa speed boat dengan kisaran harga Rp 800 ribu (pulang-pergi) selama 30 menit, tergantung dari mana titik penjemputan. Setelah sampai, kamu akan disambut dengan banyak bukit tinggi bak pegunungan di Swiss, rumah tradisional khas Batak, sawah, warga sekitar yang sedang memberi makan kerbau, hingga makam para leluhur.
“Salah satu yang harus diperhatikan di sini adalah menjaga perkataan dan meminta izin dari para leluhur karena masih ada keterikatan,” kata Nainggolan, salah satu pemadu wisata.
Sebelum mencoba segarnya air terjun Sitapigagan, kamu harus meminta izin terlebih dahulu ke makam leluhur yang dibentuk seperti rumah kecil. Lokasinya berada di sisi kanan air terjun. Kamu bisa menyampaikan doa dan menyalakan sebatang rokok di atas batu.
Air terjun Sitapigagan punya keunikan tersendiri, yaitu airnya mengalir melalui tebing bukit yang miring dan terlihat seperit perosotan wahana air. Warna air terjun tersebut tampak merah tua dan banyak yang beranggapan seperti kotor. Padahal kalau dimasukkan ke dalam suatu wadah, warna airnya bening. Terdapat pula batu-batu besar yang biasa dijadikan tempat foto bagi para wisatawan yang datang.

Perlu diperhatikan, meski terdapat tangga kecil di samping air terjun, kamu tidak diizinkan untuk naik ke atas air terjun. Salah satu tips jika ingin ke air terjun ini, usahakan berangkat sedikit lebih pagi agar bisa lebih lama dan mandi di sana.
“Kurang lebih 50 meter di samping air terjun ini terdapat air terjun Aek Sibottar. Tapi untuk bisa sampai ke sana kita harus putar arah dulu dan perlu mendaki,” tutup Nainggolan.
Baca Juga : Pemandian Alam Sejuk PAS Timuran, Pemandian Alami Dengan Wahana Kekinian
Desa Bonan Dolok memiliki tiga air terjun eksotis yang letaknya berdekatan. Dari ketiga air terjun, Sitapigagan merupakan yang paling terpopuler dikunjungi wisatawan. Dari cerita masyarakat, air terjun ini kerap berubah warna. Wisatawan bisa berkunjung, swafoto atau sekadar bermain air. Untuk mencapai desa ini, Anda bisa berkendara selama tujuh jam dari Medan. Lelah Anda akan terpuaskan dengan pemandangan alam yang masih alami. Bagaimana, tertarik menjelajahi Desa Bonan Dolok?
Baca juga hal-hal lainnya: batakita.com
Hastag: #wisata #liburan #medan #sumut
Sumber : medanwisata.com
===========================================
Kunjungi Website kami untuk konten yang lebih lengkap:
Website: https://batakita.com/
Subscribe Channel Youtube kami di:
Youtube: https://www.youtube.com/@batakitacom
Untuk yang memiliki akun social media bisa follow kami di:
Instagram: https://www.instagram.com/batakita_/
Tiktok: https://www.tiktok.com/@batakita_
FOLLOW :