Setiap daerah pasti memiliki ciri khas tata tulis masing-masing. Di daerah Batak, Aksara yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Batak dikenal dengan nama surat Batak.
Aksara Batak yang disebut juga dengan nama lain Surat na Sampulu Sia (Sembilan Belas Huruf) memiliki berbagai jenis ragam yang digunakan untuk menulis lima rumpun bahasa.
Rumpun bahasa yang ada di dalam surat Batak adalah Pakpak, Mandailing, Simalungun, Karo dan Toba.
Ada beberapa bahasa daerah lain yang memiliki kesetaraan aksara dengan surat Batak.
Beberapa diantaranya adalah Jawa, Lampung, Sunda Kuno dan Rejang. Surat Batak memiliki Sembilan belas aksara dasar yang digunakan dalam penulisannya. Ada beberapa tambahan aksara dalam jenis rumpun bahasa tertentu.
Berbicara tentang sejarah aksara Batak pasti berkaitan dengan tata cara menulis, sumber tulisan dan peninggalan tertulis masa lampau. Adapun kilas balik penyebarannya akan dijelaskan di sini. Yuk simak:
1. Daerah Angkola Mandailing adalah daerah pertama penyebaran aksara batak
Sejarah aksara Batak dimulai dari daerah pedalaman Sumatra yang lama mendapat informasi dari luar. Daerah Angkola Mandailing adalah daerah pertama penyebaran aksara ini. Selanjutnya, aksara Batak menyebar ke arah utara tepatnya daerah Toba.
Lalu, daerah Simalungun menyebar aksara Batak dengan cepat. Pakpak Dairi adalah daerah terakhir penyebaran aksara tersebut. Sedangkan, daerah Karo malah menjadi daerah yang kental penggunaan aksara Batak.
2. Media penyebarannya lewat kulit kayu, bambu dan tulang
Media yang digunakan untuk menuliskan dan menyebarkan aksara Batak ini adalah melalui kulit kayu, bamboo ataupun tulang-tulang binatang yang sudah dibersihkan.
Bambu atau tulang biasa digunakan untuk memberikan informasi kehidupan sehari-hari.
Sedangkan, kulit kayu digunakan untuk hal yang lebih khusus lagi misalnya untuk keperluan catatan pemangku adat suku Batak.
Baca Juga: Kisah Mistis Patung Pangulu Balang Penjaga Masyarakat Batak Toba
3. Aksara batak digunakan untuk menuliskan pesan, ratapan, dan keperluan surat menyurat
Aksara batak digunakan untuk menuliskan pesan, ratapan, dan keperluan surat menyurat untuk komunikasi tertulis didalam masyarakat Batak. Ratapan yang dimaksud di sini adalah ratapan kematian yang selalu didengungkan jika ada yang meninggal dari keluarga suku Batak.
Sumber tertulis tentang ratapan diperlukan untuk menyampaikan isi pesan yang harus disampaikan kepada generasi selanjutnya.
Surat menyurat ditulis untuk menyampaikan pesan secara tertulis kepada seseorang yang jauh dari tempat tersebut.
4. Tulisan turun temurun berupa resep obat, cara menghilangkan kutukan, astrologi, cara pembuatan jimat
Ringkasan atau catatan yang ditulis secara pribadi oleh pemuka Batak yaitu pendeta tentang ilmu perdukunan disebut catatan Pustaka. Catatan ini diturunkan secara garis keturunan yang mewarisi pemuka agama selanjutnya.
Isi dari catatan ini berupa resep obat, cara menghilangkan kutukan, astrologi, cara pembuatan jimat dan berbagai ramalan yang dipercayai.
5. Belakangan sering disebut Laklak
Aksara Batak ditulis secara tradisional di benda-benda yang mudah didapatkan. Benda yang digunakan di antaranya adalah bambu, tulang dan kulit-kulit kayu yang dibentuk seperti lembaran kertas yang tipis. Jika menulis pesan di batang bamboo, maka akan dilakukan dengan memberikan goresan-goresan kecil dengan menggunakan pisau.
Baca Juga: Mengenal Upacara Perumah Begu Di Suku Karo
Setelah dicukur kemudian dibakar menggunakan jelaga untuk menampilkan pesan yang dituliskan. Penulisan menggunakan kulit kayu dimulai dengan pemotongan kulit kayu menjadi lembaran yang panjang sekitar 60 cm hingga ada yang 7 m sesuai dengan keperluan.
Setelah itu dihaluskan yang disebut dengan laklak. Lembaran ini kemudian dilipat dan direkatkan kedua bagiannya sehingga bisa digunakan.
Sejarah aksara Batak merupakan salah satu dari banyak kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus berusaha melindungi dan mempertahankannya.
Baca juga hal-hal lainnya: batakita.com
Hastag: #budaya #adatbatak #batakkaro #medan #sumut #kebudayaanbatak
Sumber: sumut.idntimes.com