Di setiap bulan Ramadan, pakkat atau pucuk rotan tidak pernah absen sebagai menu makanan sebagian masyarakat Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara. Pakkat yang sudah dibakar sangat mudah ditemukan di pinggir jalan lintas pusat kota ini.
Pakkat adalah Makanan tradisional khas Mandailing. Pakkat itu sendiri adalah pucuk Rotan muda yang di bakar. Makanan ini termasuk dalam jenis Lalapan.
Makanan satu ini memiliki citarasa yang sedikit pahit. Biasanya disajikan dengan sambal tuk-tuk. Akan tetapi, walaupun rasanya sedikit pahit, namun Pakkat disebut-sebut sebagai makanan yang bagus untuk meningkatkan nafsu makan.
Pakkat merupakan rotan yang masih muda atau batang rotan yang paling pucuk. Pakkat dibakar hingga matang sekitar 20-30 menit dan setiap pembakaran sekitar 30 batang. Setelah dibakar, Pakkat kemudian dibuang kulit luarnya dan disantap dengan nasi sebagai lalapannya atau bisa juga di gulai dan disemur sesuai selera masing-masing.
Harga Pakkat juga cukup terjangkau, yaitu mulai dari yaitu Rp 2.500 per meter. Namun, biasanya orang membeli satu kemasan yang diisi 4 meter Pakkat dan dibanderol dengan harga Rp10 ribu. Selain dibakar, Pakkat juga dapat diolah dengan cara direbus. Tidak jarang pula dijadikan komposisi untuk memasak menu lainnya. Mengingat cara pengolahannya yang praktis, wajar saja jika Pakkat disukai banyak orang.
Sebelumnya, pakkat yang dijual biasanya diperoleh mereka dari pencari pakkat di Simarpinggan, Kecamatan Angkola Selatan, Tapanuli Selatan (Tapsel). Ada dua jenis pakkat yang dijual, yaitu pakkat raja atau rotan muda dari jenis maldo atau bahan baku yang dijadikan sebagai tiang kursi rotan. Sedangkan pakkat yang kecil-kecil itu diperoleh dari batang muda rotan biasa.
Baca berita menarik lainnya di : batakita.com
sumber : lifestyle.okezone.com