Sumber Gambar: Pariwisatawanindonesia
Medan – Suku Karo merupakan salah satu suku yang berada di Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Karo. Suku Karo memiliki rumah adat yang disebut Si Waluh Jabu, Waluh artinya delapan, sedangkan Jabu artinya rumah.
Dosen Antropologi Universitas Negeri Medan (Unimed) Erond L Damanik mengatakan Si Waluh Jabu menggambarkan kehidupan warga karo yang bersama-sama.
Konsep Si Waluh Jabu mempunyai makna ada delapan rumah tangga yang menjadi penghuni rumah tersebut. Biasanya semua merupakan keluarga inti maupun kerabat dekat.
Rumah tersebut menurutnya mempunyai beberapa fungsi. Selain sebagai tempat tinggal, juga sebagai sosialisasi dan regenerasi
“Fungsi rumah itu selain tempat tinggal, sosialisasi, regenerasi, kebersamaan dari delapan keluarga yang setiap hari ketemu,”
Bentuk dari atap Si Waluh Jabu. Atap rumah ini disebut berbentuk pelana maupun diagonal yang memiliki penanda yang disebut tersek.
Jumlah tersek itu paling banyak 3 buah. Di setiap tersek tersebut akan ada atap yang menyerupai bentuk rumah adat tersebut. Jumlah tingkatan atap itu disesuaikan dengan jumlah tersek yang ada.
Tersek tersebut sebenarnya menjadi estetika dan untuk menunjukkan derajat pemiliknya. Semakin banyak terseknya, maka semakin tinggilah status sosial penghuni rumah itu. Pemilik 3 tersek biasanya adalah pembuka kampung atau Simantek Kuta dan merupakan yang paling dihormati di daerah tersebut
“Kalau misalnya dia 1 tersek status sosialnya seperti apa, kalau 2 tersek itu statusnya lebih tinggi, kalau 3 tersek itu biasanya pembuka kampung atau simantek kuta, dia lah tokoh yang paling dihormati di daerah tersebut,”
Tidak semua masyarakat Etnik Karo tinggal di tempat tinggal seperti Si Waluh Jabu tersebut, masyarakat pada umumnya rumahnya berbentuk gubuk. Hanya orang terhormat atau raja yang tinggal di Si Waluh Jabu tersebut.