Opera Batak adalah kesenian tradisional Sumatera Utara yang memadukan drama (lakon), tarian, musik, dan vokal. Opera Batak adalah opera (gaya) batak, yang konon berkembang di Tanah Batak pada kurun waktu 1920-an. Istilah opera merupakan saduran kata yang menunjukkan bahwa dalam setiap pementasannya terdapat lakon (sandiwara), tari (tor-tor), musik (gondang) dan vokal (ende). Sebagai bentuk kesenian tradisi, opera Batak sangat melekat 10 dalam ingatan masyarakat Batak yang hidup pada zaman 1920-an sampai akhir 1980-an.
Opera Batak dirintis oleh Tilhang Oberlin Gultom pada tahun 1920 dengan membentuk kelompok kesenian Tilhang Parhasapi, yang menjadi cikal bakal Opera Batak. Meski hanya dengan tiga orang personil tetapi Tilhang mempunyai misi membakar semangat masyarakat untuk mempertahankan haknya dari penjajah Belanda. Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan segala cara untuk menghalangi pertunjukan opera, melarangnya atau memberi ijin tetapi dengan penetapan pajak tinggi. Namun Tilhang juga berusaha keras agar pertunjukan tetap bisa berlangsung dengan cara berganti-ganti nama. Tahun 1928, sebagai upaya untuk menarik minat masyarakat nama kesenian Tilhang Parhasapi diubah menjadi Opera Batak. Penamaan ini karena terinspirasi antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap pertunjukan Opera Rohani oleh Misionaris Nasrani di Tapanuli Utara pada tahun 1924. Opera Batak kemudian kembali berganti nama menjadi Opera Seni Ragam Indonesia atau lebih dikenal sebagai Opera Batak Serindo, yang merupakan pemberian dari Presiden Soekarno. Tahun 1956 nama Opera Batak Tilhang Serindo diresmikan dengan Akta Notaris.
Opera Batak membawakan cerita tentang sendi-sendi kehidupan masyarakat Batak, kisah kepahlawanan, legenda, atau perumpamaan terkait dengan problem sosial kehidupan sehari-hari. Gerak tari tor-tor dan tumba bersifat minimalis, namun keduanya dapat menjadi tari pembuka, tarian antara, atau tari penutup. Vokal dalam Opera Batak dibedakan menjadi andung dan ende. Andung merupakan bentuk ratapan yang dilantunkan tanpa iringan musik, sedangkan ende adalah lagu yang bersifat hiburan dan mencerminkan suasana tertentu. Musik iringan dalam pertunjukan Opera Batak berupa uning-uningan atau atau seperangkat alat musik tradisional Batak, yang terdiri dari serunai, kecapi, seruling, garantung, odap, dan hesek. Panggungnya sederhana, berbentuk serupa rumah adat Batak dengan sistem bongkar pasang (knock down), diberi hiasan gorga (ukiran khas batak) serta nama kelompok operanya. Panggung hanya diterangi lampu petromak atau lampu gas, yang seringkali harus diturunkan untuk menambah angin atau minyak. Pada panggung terdapat tirai penutup sebagai penghubung pergantian adegan, dan selingan lagu, tari, atau lawak. Durasi pertunjukan biasanya 6-8 jam.
Pertunjukan Opera Batak dahulu dilakukan dengan sistem berkeliling dari kampung ke kampung. Sasarannya adalah desa yang baru selesai panen agar peluang menyedot penonton juga banyak. Lamanya pementasan di suatu desa tergantung situasi dan kondisi desa yang didatangi, bisa satu atau dua bulan. Saat itu hiburan rakyat masih minim, sehingga kedatangan sebuah kelompok opera disambut antusias masyarakat. Lokasi pertunjukan yang berupa tempat terbuka memungkinkan penonton duduk margobar, mengenakan sarung atau selimut untuk melawan hawa dingin. Keunikan dalam pertunjukan Opera Batak adalah jika penonton tidak memiliki uang maka pembelian tiket bisa dilakukan dengan cara barter. Beras atau hasil sawah ladang bisa menjadi alat tukar asal sesuai dengan nilai yang disepakati.
Opera Batak tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan, tetapi juga berperan sebagai kritik sosial atas berbagai persoalan yang terjadi di sekitarnya.
Pertunjukan Opera Batak tampil ke berbagai daetah dengan menjual karcis yang uangnya dapat menghidupi grup dan para pemainnya. Meskipun larangan dan cuaca menggangu penjualan karcis, grup-grup Opera Batak semakin bermunculan sampai 30-an grup dengan sebagian mengikuti mainstream Tilhang Gultom dan sebagian lagi mengikuti gaya perintis lainnya.
Dalam catatan sejarah teater di Indonesia, Opera Batak belum masuk rekap, baik dari tradisi maupun teater modernnya. Hal ini dikarenakan selama ini Opera Batak lebih dikategorikan sebagai musik. Selama ini dianggap kalau pemain Opera Batak itu identik dengan pintar bermain musik. Padahal Opera Batak lebih cenderung kepada lakon. Opera Batak dalam menampilkan lakon ada yang diambil ceritanya dari torsa torsa atau cerita legenda, turi-turian atau cerita rakyat, dan ada juga dari mitos atau kepahlawanan. Sesungguhnya ada inventarisasi cerita rakyat batak yang biasa dimainkan dalam Opera Batak.
Saat ini Opera Batak dianggap perlu untuk mempertahankan seni budaya Batak. Oleh sebab itu, Pusat Latihan Opera Batak yang berkantor di Pematang Siantar saat ini sedang konsentrasi melatih para pemain muda, meskipun tetap bekerjasama dengan pemain lama untuk rekonstruksi tentang lakon dan cerita yang ada agar inti cerita yang disampaikan dalam pementasan Opera Batak tidak bergeser dari cerita yang sesungguhnya.
Gambaran Opera Batak
https://batakpedia.org/sejarah-opera-batak/
https://sigalegale-forum.blogspot.com/2012/05/opera-batak-sebagai-sebuah-pertunjukan.html