
Humbang Hasundutan adalah sebuah kabupaten di Sumatra Utara, Indonesia. Dibentuk pada 28 Juli 2003, kabupaten ini mempunyai luas sebesar 2.335,33 km² dan beribu kotakan Dolok Sanggul. Kondisi fisik kabupaten ini berada pada ketinggian 330-2.075 meter dpl. Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu kabupaten di wilayah Sumatera Utara. Kabupaten ini mempunyai luas wilayah sebesar 251.765,93 Ha yang terbagi kedalam 10 kecamatan. Secara geografis, kabupaten ini terletak antara 2°13’–2°28′ Lintang Utara dan 98°10’–98°57′ Bujur Timur.
Peta Administrasi Kabupaten Humbang Hasundutan

Secara topografi, wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki sifat muka tanah bergelombang dan berbukit dengan ketinggian antara 330–2075 mdpl. Kemiringan tanah di wilayah ini terbagi menjadi tiga, yaitu datar dengan persentase 11% dari luas wilayah keseluruhan Kabupaten Humbang Hasundutan, landai dengan persentase 20% dari luas wilayah keseluruhan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan miring/terjal sebesar 69% dari luas wilayah keseluruhan Kabupaten Humbang Hasundutan.
Luas Kabupaten Humbang Hasundutan adalah 251.765,93 Ha. Terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan, 153 (seratus lima puluh tiga) Desa dan 1 (satu) Kelurahan, yaitu Kecamatan Pakkat, Kecamatan Onanganjang, Kecamatan Sijamapolang, Kecamatan Lintongnihuta, Kecamatan Paranginan, Kecamatan Doloksanggul, Kecamatan Pollung, Kecamatan Parlilitan, Kecamatan Tarabintang dan Kecamatan Baktiraja.
Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada garis 2o1’-2o28’ Lintang Utara dan 98o10’-98o58’ Bujur Timur dan berada di bagian tengah wilayah Propinsi Sumatera Utara.
Letak Geografis Kabupaten Humbang Hasundutan berbatasan dengan :
1. Sebelah Timur dengan Kabupaten Tapanuli Utara
2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah
3. Sebelah Barat dengan Kabupaten Pakpak Bharat
4. Sebelah Utara dengan Kabupaten Samosir
Sejarah Kabupaten Humbang Hasundutan
Tapanuli Utara sebagai kabupaten induk dari Humbang Hasundutan terbentuk berdasarkan Undang Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Utara. Pada masa pemerintahan penjajahan Belanda, salah satu afdeling di wilayah Keresidenan Tapanuli adalah Afdeling Bataklanden dengan ibukota Tarutung terdiri atas lima onder afdeling. Setelah kemerdekaan tepatnya tahun 1947 Kabupaten Tanah Batak menjadi 4 (empat) kabupaten yaitu :
- Kabupaten Tapanuli Utara ibukotanya Tarutung.
- Kabupaten Humbang Hasundutan ibukotanya Dolok Sanggul.
- Kabupaten Toba Samosir ibukotanya Balige.
- Kabupaten Dairi ibukotanya Sidikalang.
Pada Tahun 1950 keempat kabupaten ini dilebur menjadi Kabupaten Tapanuli Utara, seiring dengan terbentuknya Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Kabupaten Nias. Keadaan ini bertahan hingga tahun 1964, karena pada saat itu Tapanuli Utara dimekarkan dengan terpisahnya Dairi menjadi kabupaten berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1964,dan selanjutnya berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1998 terbentuknya Kabupaten Toba Samosir. Kenyataan menunjukan bahwa kedua daerah tersebut mengalami perkembangan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Berdasarkan faktor sejarah dan keinginan untuk semakin cepat pembangunan dengan pelayanan yang semakin dekat kepada masyarakat maka harapan yang terkandung selama ini mengkristal menjadi usul pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan melalui terbentuknya Panitia Pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan. Terbitnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah, menjadi peluang munculnya wacana perlunya usul pemekaran melalui pembentukan Kabupaten. Berbekal keinginan untuk mendambakan peningkatan kesejahteraan masyarakat, peluang tersebut dimanfaatkan secara tepat oleh masyarakat di wilayah Humbang Hasundutan melalui Panitia Pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan. Ternyata sejalan dengan tuntutan kemajuan jaman mampu menumbuhkan aspirasi masyarakat untuk mengusulkan Pemekaran Kabupaten Tapanuli Utara, melalui usul pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan. Aspirasi murni masyarakat tersebut disambut dan difasilitasi oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, serta dukungan DPRD Kabupaten Tapanuli Utara, yang kemudian memperoleh dukungan Gubernur Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara.
Sejarah Singkat Kabupaten Humbang Hasundutan Tapanuli Utara sebagai kabupaten induk dari Humbang Hasundutan terbentuk berdasarkan dari Undang Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonomi kabupaten dalam lingkungan Provinsi Sumatera Utara. Pada masa pemerintahan penjajahan Belanda, salah satu afdeling di wilayah Kepresidenan Tapanuli adalah Afdeling Bataklanden dengan ibukotanya Tarutung terdiri atas lima onder afdeling. Setelah kemerdekaannya tepat tahun 1947 Kabupaten Tanah Batak menjadi empat kabupaten yaitu : 1. Kabupaten Silindung ibukotanya Tarutung 2. Kabupaten Humbang ibukotanya Doloksanggul 3. Kabupaten Toba Samosir ibukotanya Balige 4. Kabupaten Dairi ibukotanya Sidikalang Pada tahun 1950 keempat kabupaten ini dilebur menjadi Kabupaten Tapanuli Utara, dan seiring dengan terbentuknnya Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Kabupaten Nias. Keadaan ini bertahan hingga tahun 1964, karna pada saat itu Tapanuli Utara dimekarkan dengan terpisahnya Dairi menjadi kabupaten berdasarkan Undang undang Nomor 15 Tahun 1964 dan selanjutnya berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1998 terbentuknya Kabupaten Toba Samosir. Kenyataan menunjukkan bahwa kedua daerah tersebut mengalami perkembangan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Berbekal keinginan untuk mendambakan peningkatan kesejahteraan masyarakat, peluang tersebut dimanfaatkan secara tepat oleh masyarakat di wilayah Humbang Hasundutan melalui Panitia Pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan. Ternyata sejalan dengan tuntutan kemajuan jaman mampu menumbuhkan aspirasi masyarakat untuk mengusulkan Pemekaran Aspirasi murni masyarakat tersebut disambut dan difasilitasi oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, serta dukungan DPRD Kabupaten Tapanuli Utara, yang kemudian memperoleh Dukungan Gubernur Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara. Pemerintah Pusat sangat responsive terhadap aspirasi ini karena dalam waktu relatif singkat Tim Terpadu Depdagri, DPOD dan Komisi II DPRRI melakukan kunjungan dan Universitas Sumatera Utara pertemuan dengan masyarakat se-wilayah Humbang Hasundutan tanggal 5 September 2002 sebagai lanjutan kunjungan Komisi II DPR-RI tanggal 29 Juli 2002. Sebagai tindak lanjutnya maka usul pemekaran ini mendapat pembahasan pada Sidang Paripurna DPR-RI yang pada puncaknya melahirkan Undang – Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara. Pada hari Senin tanggal 28 Juli 2003 Kabupaten Humbang Hasundutan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri RI sekaligus melantik Penjabat Bupati Drs.Manatap Simanungkalit di Kantor Gubernur Sumatera Utara, Medan. Mengawali tugasnya sebagai Bupati Humbang Hasundutan telah membuat pertemuan dengan para Tokoh Masyarakat, adat, dan Tokoh Pendidikan serta Tokoh Agama di daerah ini antara lain guna membicarakan pembuatan LogoKabupaten Humbang Hasundutan yang disyahkan oleh DPRD.
Suku dan Bahasa
Mayoritas penduduk kabupaten Humbang Hasundutan merupakan suku Batak Toba. Sementara, sebagian kecil merupakan suku terdekat Batak Toba, yakni Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Angkola dan Batak Pakpak. Ada pula sebagian kecil suku Aceh, Jawa, Minangkabau dan Indonesia, yang banyak terdapat di Dolok Sanggul, Tarabintang, dan Pakkat. Batak Toba yang merupakan suku asli dan dominan di Kabupaten Humbang Hasundutan, memengaruhi pada bahasa komunikasi yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa Batak Toba adalah bahasa utama yang digunakan oleh penduduk Humbang Hasundutan, selain Bahasa Indonesia.
Kopi Humbang

Kabupaten Humbang Hasundutan, sebuah kawasan di dataran tinggi di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara adalah salah satu wilayah penghasil kopi di Indonesia. Selain karena memiliki suhu udara berkisar antara 17-29 derajat Celcius dan berada di ketinggian 1000-1400 mdpl, wilayah ini didukung dengan jenis tanah yang sangat cocok untuk perkebunan kopi. Kopi Arabica dari Humbang Hasundutan dinilai punya keunggulan kualitas berupa aroma dan cita rasanya. Karenanya, kopi ini menjadi salah satu kopi terbaik di Indonesia. Mayoritas penduduk Humbang Hasundutan adalah petani dan kopi merupakan komoditas pertanian terbesar mereka. Luas perkebunan kopi mencapai 48,45 persen luas lahan pertanian dan perkebunan di Humbahas. Kopi yang dihasilkan petani daerah itu berkualitas ekspor. Permintaan dari beberapa negara di Amerika dan Eropa serta Asia semakin tinggi dan membuat kopi Humbang semakin mendunia. Amerika Serikat, Jerman, Taiwan dan Jepang termasuk negara-negara tujuan utama ekspor kopi Humbang.
Pohon Macadamia

Pohon macadamia banyak dijumpai di Humbahas. Selain untuk pelestarian lingkungan, macadamia juga bernilai ekonomi tinggi. Pohon ini menghasilkan buah setelah 6 hingga 7 tahun, terkadang sampai 10 hingga 15 tahun. Tanaman yang diperbanyak secara vegetatif akan berbuah lebih awal dan tanaman berbunga selama 3 sampai 12 bulan. Macadamia cocok sebagai tanaman diversifikasi pada kebun kopi arabika dengan ketinggian lebih dari 700 mdpl. Manfaat tanaman macadamia pada lereng-lereng pegunungan yang rawan erosi adalah dapat mencegah terjadinya longsor, membantu menjaga kelestarian lingkungan, serta berfungsi sebagai pelindung angin pada pertanaman kopi arabika, jeruk, dan tanaman semusim. Salah satu jenis macadamia adalah integrifolia. Jenis ini terkenal sebagai penghasil kacang yang bernilai ekonomi tinggi. Jika sudah matang, kacang macadamia bisa dijual dengan harga yang lebih mahal dan merupakan produk ekspor.
Kain Humbang

Nonita Respati, pendiri label fesyen Purana dan desainer Windy Chandra yang berkolaborasi dengan Humbang Kriya, menciptakan busana ready to wear bertema “Laboring Love, Weaving Hope” yang tidak hanya bergaya, namun juga ramah lingkungan. Kedua desainer itu memamerkan rancangan mereka dalam peragaan busana yang menjadi bagian dari pagelaran Jakarta Fashion Week 2020. Koleksi pakaian yang terdiri dari 34 tampilan dari Purana, dan 14 tampilan dari Windy Chandra. Semuanya terbuat dari empat jenis kain produksi Humbang Kriya, yaitu Humbang Shibori, Humbang Batik, Tenun Songket Humbang dan Humbang EcoPrint. Humbang Kriya binaan Rumah Kreatif Sinar Mas tersebut merangkul pengrajin kain dari Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, menggunakan bahan dasar alami seperti katun, linen dan sutra. Sedangkan, pewarna kain yang digunakan berasal dari kulit biji kopi, kulit jengkol, kayu meranti sisa pembuatan mebel, kulit kayu putih, daun jati, tanaman hisik-hisik, dan sanduduk.
Wisata Humbang Hasundutan

Humbang Hasundutan terkenal dengan daerah perbukitan yang menyimpat banyak sekali tempat wisata alam nan indah. Salah satunya adalah Geosite Sipinsur yang berada di Parulohan, Kecamatan Paranginan, Kabupaten Humbang Hasundutan. Anda bisa melakukan aktivitas outbond dan menikmati indahnya pegunungan yang dihiasi hutan pinus yang lebat. Berlokasi di Sibongkare, Kecamatan Tara bintang, Air Terjun Simolap ini lebih indah jika dilihat dari ketinggian. Selain itu ada Pulau Simamora yang memiliki pemandangan matahari terbit. Pulau Simamora menawarkan panorama alam yang indah nan romantis dari atas danau. Pulau kecil ini berada di Desa Tipang, Bukit Raja. Destinasi wisata menarik lainnya adalah Air Terjun Pollung, Air Terjun Janji, Air Terjun Simamora, Tombak Sulusulu, Istana Sisingamangaraja, Pemandian Aek Sitio-tio, dan Aek Sipangolu Bakkara.
SUMBER
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Humbang_Hasundutan
2. https://humbanghasundutankab.go.id/main/index.php/read/page/126
3. https://humbanghasundutankab.go.id/main/index.php/read/page/121
4. https://text-id.123dok.com/document/oz1e98ley-sejarah-kabupaten-humbang-hasundutan.html
5. https://today.line.me/id/v2/article/eLZwPeZ