Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang kaya akan keanekaragaman budaya dan suku bangsa di Indonesia. Suku asli Sumatera Utara memiliki sejarah panjang yang kaya akan tradisi dan budaya yang unik. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa suku asli yang mendiami wilayah Sumatera Utara beserta keanekaragaman budaya mereka.
Suku Melayu
Berbagai suku Melayu tinggal di wilayah Sumatera Utara. Suku Melayu adalah suku yang tinggal di Semenanjung Malaya. Bahasa Melayu sendiri berasal dari Kerajaan Melayu yang pernah ada di Sumatera. Suku Melayu Deli yang pertama merupakan suku bangsa yang tinggal di kota Medan. Berabad-abad yang lalu, suku Melayu Deli hidup di tepian Sungai Deli yang mengalir dari Kota Medan hingga pesisir timur Sumatera, lebih khusus lagi hingga muara Selat Malaka. Kedua, Melayu Serdang.
Suku ini berasal dari Kabupaten Deli Serdang bagian timur dan Kabupaten Serdang Bedagai bagian barat. Dan ketiga, Melayu Langkat yang menetap di Kabupaten Langkat. Bahasa khas Melayu tidak jauh berbeda dengan bahasa Melayu pada umumnya. Kebanyakan orang Melayu beragama Islam. Oleh karena itu hampir seluruh adat istiadat dan budaya suku melayu ini berlandaskan agama islam.
Baca Juga :
5 Desa Adat di Sumatera Utara yang Sajikan Keunikan Budaya Batak
Suku Karo
Literatur menyebutkan bahwa suku Karo dimasukkan ke dalam keluarga Batak pada masa penjajahan Belanda. Tujuannya untuk memudahkan Belanda dalam melakukan sensus penduduk. Oleh karena itu, suku Karo tidak menganggap dirinya sebagai bagian dari garis keturunan Batak, melainkan berdiri sendiri. Suku Karo atau Kalak Karo merupakan salah satu suku terbesar di Sumatera Utara. Etnis ini juga digunakan sebagai nama kabupaten, yaitu. Kabupaten Karo.
Kalak Karo tersebar luas di berbagai wilayah di Sumatera Utara seperti Deli Serdang, Binjai dan Langkat, dan sebagian anggota suku ini juga tinggal di wilayah Aceh. Bahasa yang digunakan suku ini adalah Karo atau Cakap Karo dan mempunyai sapaan khusus yaitu Mejuah-juah. Kota Medan konon didirikan oleh seorang tokoh Karo yang bernama Guru Patimpus Sembring Pelawi. Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Karo. Daerah yang terkenal di kabupaten ini adalah Berastagi, dan Kabanjahe, kabupaten ini terkenal dengan hasil pertanian unggulannya.
Suku Batak Toba
Suku Batak Toba meliputi Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Batak Toba adalah suatu kesatuan kultural. Meski berasal dari Toba, namun belum tentu suku ini bermukim di wilayah geografis Toba. Seperti suku lainnya, suku ini juga melakukan migrasi ke daerah yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik.
Daerah persebaran suku ini adalah Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalungun, Kota Pematangsiantar, Kota Sibolga, Kabupaten Asahan dan Kota Medan. Batak Toba sebagai suatu kesatuan kebudayaan tentunya dapat berkembang ke beberapa arah melampaui batas geografis asal leluhurnya, Si Raja Batak, yaitu wilayah Toba dan khususnya desa Sianjur Mulamula terletak di lereng Gunung Pusuk Buhit, sekitar 45 menit berkendara dari Pangururan, ibu kota Kabupaten Samosir saat ini.
Suku Mandailing
Suku Mandailing adalah masyarakat yang enggan disamakan dengan Batak karena keduanya memang suku yang berbeda. Suku ini merupakan suku asli yang tinggal di wilayah Tapanuli bagian selatan. Mereka pernah berada di bawah pengaruh Kaum Padri dari Minangkabau, sehingga secara kultural suku ini dipengaruhi oleh budaya Islam. Suku Mandailing mempunyai perbedaan bahasa yang cukup mencolok dibandingkan dengan bahasa Batak.
Mereka secara resmi mengumumkan pada tahun 1922 bahwa masyarakatnya bukan Batak, yaitu suku yang berdiri sendiri. Saat ini suku Mandailing sudah menyebar ke berbagai wilayah nusantara, sebagian besar bekerja di sektor pertanian, namun ada juga yang bekerja di luar pertanian. Kelompok etnis ini pindah ke suatu tempat di mana mereka mencari kehidupan yang lebih baik di kampung halamannya.
Suku Simalungun
Selanjutnya suku Simalungun. Sepanjang sejarah, suku ini terpecah menjadi beberapa kerajaan. Suku Batak ini tinggal di Kabupaten Simalungun dan marga aslinya adalah Damanik. Ketiga marga pendatang tersebut kini adalah Saragih, Sinaga dan Purba. Masyarakat Batak Simalungun sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Bahasa yang digunakan adalah Batak Simalungun.
Derasnya pengaruh dari etnis-etnis di sekitarnya mengakibatkan beberapa bagian dari bahasa Batak Simalungun menggunakan bahasa Melayu, bahasa Batak Karo, bahasa Batak Toba, dan sebagainya. Saat ini suku Batak Simalungun mayoritas menganut agama Kristen, sekitar 90% beragama Protestan dan 10% beragama Katolik, dan pemeluk agama Islam cukup signifikan dengan jumlah 34%, dan sekitar 1% masih memeluk sistem kepercayaan tradisional.
Selain 5 suku tersebut ada 3 suku lagi yang berasal dari Sumatera Utara. Yaitu suku Pesisir. Suku Pesisir biasanya tersebar di Tapanuli Tengah, sebagian Tapanuli Selatan, Mandailing Natal dan Medan. Lalu ada suku Pakpak. Suku ini juga sering disebut Suku Batak Pakfak. Suku ini masuk ke dalam sub-suku Batak. Dan yang terakhir ada Suku Nias. Suku Nias berasal dari Pulau Nias, dan termasuk suku tertua di Sumatera Utara. Masyarakat Nias menyebut dirinya sebagai ‘Ono Niha’ atau anak manusia.
Keanekaragaman budaya dan suku bangsa di Sumatera Utara menjadi salah satu aset yang berharga bagi Indonesia. Setiap suku asli memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang unik, yang tetap dilestarikan dan dijaga oleh generasi muda. Melalui upaya pelestarian budaya ini, Sumatera Utara tetap menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang menarik dan kaya akan sejarah.
Bagikan :