Etnis Mandailing merupakan salah satu etnis yang mendiami Sumatera Utara, tepatnya di Tapanuli bagian Selatan. Bagas Godang adalah Rumah adat atau arsitektur tradisional Suku Mandailing. Rumah besar ini dahulu sebagai tempat tinggal atau tempat istirahat raja. Kompleks Bagas Godang di lengkapi dengan Sopo Godang, dan Alaman Bolak.
Bagas Godang merupakan rumah berarsitektur Mandailing dengan konstruksi yang khas. Berbentuk empat persegi panjang yang disangga kayu-kayu besar berjumlah ganjil. Ruang terdiri dari ruang depan, ruang tengah, ruang tidur, dan dapur. Terbuat dari kayu, berkolong dengan tujuh atau sembilan anak tangga, berpintu lebar dan berbunyi keras jika dibuka. Kontruksi atap berbentuk tarup silengkung dolok, seperti atap pedati. Satu komplek dengan Bagas Godang terdapat Sopo Godang, Sopo Gondang, Sopo Jago, dan Sopo Eme. Keseluruhan menghadap ke Alaman Bolak.
Alaman Bolak adalah sebuah bidang halaman yang sangat luas dan datar. Selain berfungsi sebagai tempat prosesi adat, juga menjadi tempat berkumpul masyarakat. Sering juga disebut alaman bolak silangse utang. Maksudnya, siapapun yang lari kehalaman ini mencari keselamatan, ia akan dilindungi raja.
Baca Juga : 5 Fakta Tentang Omo Sebua, Rumah Adat Nias dengan Ornamen Tulang Babi
Sopo Godang adalah tempat memusyawarahkan peraturan adat. Selain itu, tempat ini juga dijadikan untuk pertunjukan kesenian, tempat belajar adat dan kerajinan, bahkan juga tempat musyafir bermalam. Berbagai patik, uhum, ugari dan hapantunan lahir dari tempat ini. Juga disiapkan untuk menerima tamu-tamu terhormat.
Dirancang berkolong dan tidak berdinding agar penduduk dapat mengikuti berbagai kegiatan di dalamnya. Karenanya Sopo Godang juga disebut Sopo Sio Rangcang Magodang, inganan ni partahian paradatan, parosu-rosuan ni hula dohot dongan. Artinya, Balai Sidang Agung, tempat bermusyawarah melakukan sidang adat, menjalin keakraban para tokoh terhormat dan para kerabat.
Sopo Jago adalah tempat naposo bulung duduk-duduk sambil menjaga keamanan desa. Sopo Gondang adalah tempat menyimpan Gorgang Sambilan atau alat-alat seni kerajaan lain. Alat-alat itu biasanya dianggap sakral. Sopo eme atau hopuk adalah tempat menyimpan padi setelah dipanen, lambang kemakmuran bagi huta.
Seluruh komplek bangunan bagas godang pada masa lalu tidak berpagar. Sekalipun raja yang menempatinya, tetapi seluruh bangunan ini dianggap sebagai milik masyarakat dan dimuliakan warga huta.
ORNAMEN
Di Mandailing, berbagai macam bentuk ornamen (hiasan) tradisional dapat kita temukan pada bagian Tutup Ari dari Sopo Godang (Balai Sidang Adat) dan Bagas Godang (Rumah Besar Raja). Dalam bahasa Mandailing, ornamen-ornamen tersebut disebut bolang yang juga berfungsi sebagai simbol atau lambang memiliki makna-makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Mandailing.
Di dalamnya terkandung nilai-nilai, gagasan-gagasan, konsep-konsep, norma-norma, kaidah-kaidah, hukum dan ketentuan adat-istiadat yang menjadi landasan dan pegangan dalam mengharungi bahtera kehidupan. Bolang atau ornament tradisional Mandailing yang digunakan sebagai Tutup Ari perlambang itu terbuat dari tiga jenis material:
- Tumbuh-tumbuhan, seperti batang bambu yang melambangkan huta atau bona bulu; burangir atau aropik melambangkan Raja dan Namora Natoras sebagai tempat meminta pertolongan; pusuk ni robung yang disebut bindu melambangkan adat Dalian Na Tolu atau adat Markoum-Sisolkot;
- Hewan, seperti Kalajengking dan lipan melambangkan “bisa” yang mempunyai kekuatan hukum; ulok melambangkan kebesaran dan kemuliaan; parapoti melambangkan kegiatan mencari nafkah untuk menghidupi keluarga; tanduk ni orbo melambangkan bangsawanan;
- Peralatan hidup sehari-hari, seperti timbangan dan pedang melambangkan keadilan; tempurung melambangkan pertolongan bagi yang membutuhkan; loting melambangkan usaha-usaha dalam mencari nafkah, dan lain sebagainya.
Pembuatan ornamen pada Sopo Godang dan Bagas Godang ini dilakukan dengan cara menganyam atau menjalin dan ada pula yang diukir. Bahan yang dipakai sebagai bahan anyaman adalah lembaran-lembaran bambu yang telah diarit dengan bentuk-bentuk terentu dan kemudian dipasang pada bagian tutup ari.
Ornamen-ornamen itu sebagian besar diberi warna merah, na hitam dan na putih yang erat kaitannya dengan kosmologi Mandailing. Dalam hal ini, merah melambangkan kekuatan, keberanian dan kepahlawanan; Putih melambangkan kesucian, kejujuran dan kebaikan; Hitam melambangkan kegaiban (alam gaib) dalam sistem kepercayaan animisme yang disebut Sipelebegu.
FOLLOW US
Baca artikel menarik lainnya di – batakita.com
sumber : id.wikipedia.org