Pada prakteknya, kata marhobas menggambarkan aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh kerabat untuk membantu kerabat lainnya dalam mempersiapkan gelaran pesta adat agar berjalan baik. Mulai dari memasak nasi dan daging, mencuci piring, menyiapkan tenda dan lainnya.
Jika ada pesta adat, kaum lelaki biasany berperan untuk menyembelih ternak (babi misalnya). Secara beramai-ramai, parhobas akan mencincang daging sambil bercerita dan bercanda gurau. Begitu pula dengan kaum perempuan, biasanya akan berkumpul untuk mempersiapkan bumbu serta menyediakan piring serta gelas yang dibutuhkan.
Selain menghemat biaya, marhobas tentunya bisa membangun rasa kekerabatan di masyarakat Batak. Kegiatan gotong-royong sebagai kerja sama di antara anggota-anggota suatu komunitas Batak Toba. Di dalam kegiatan itu ada aksi saling membantu dalam suatu kegiatan paradaton (acara adat).
Sesuai dengan muatan kata tersebut, khususnya paradaton, marhobas mencakup kegiatan-kegiatan/pesta-pesta yang lazim diselenggarakan oleh masyarakat Toba. Misalnya marhobas dalam acara perkawinan, syukuran, kematian, dan sebagainya. Dalihan na tolu merupakan satu falsafah klasik dan sakral di kalangan Batak Toba.
Dalihan na tolu juga merupakan lambang sistem sosial masyarakat Toba yang sering sekali dipahami lewat tiga tiang penopang tungku, yakni somba marhula-hula (menaruh rasa hormat kepada hula-hula), manat mardongan tubu (berhati-hati dengan teman satu marga), dan elek marboru (merendah terhadap boru).
Ada orang yang berada di pihak hula-hula, dongan tubu, dan parboru. Hal ini ditentukan oleh marga dan relasinya ke marga lain, terutama yang mengadakan atau mengundang orang datang ke pestanya: apakah dia hula-hula, dongan tubu, dan boru.
Selain untuk memasak, kita juga ingin mengerti bagaimana suatu sistem adat itu berlangsung. Misalnya, acara pernikahan/syukuran/kematian orang Batak Toba dalam adat seperti ini.
“Oh, ternyata jenis masakan untuk adat pernikahan begini. Oh, ternyata pembagian jambar (jatah bagian daging binatang yang diterima seseorang). Oh, ternyata jenis ikan yang dimasak harus seperti ini dan posisinya begini. Oh, setelah acara ini, harus dilanjutkan oleh acara itu. Oh, ternyata kalau adat menikah/syukuran/meninggal ini umpama dan umpasa (peribahasa dan pantun) yang digunakan.”
Sebab, lain acara adatnya, bisa saja lain proses berlangsungnya. Atau, lain acara adatnya, lain pula jenis masakan, jenis jambar, dan jenis peribahasa/sajak pantun yang dipakai. Hal ini tak mungkin lagi dapat disangkal. Sebab, marhobas yang di ikuti adalah memasak.
Mengenal bumbu khas yang digunakan orang Batak Toba. Belajar jenis lauk dan sayur yang dimasak dan juga belajar mengombinasikan semua bumbu, mencicipi cita rasa masakan khas Batak. Sehingga, suatu waktu bisa membuatnya di luar acara adat.
FOLLOW US
Baca artikel menarik lainnya di – batakita.com
Hastag : #budaya #terhits #batak #marhobas #kerjasama
sumber : kompasiana.com