Batakita.com – Sipaha Lima adalah ungkapan rasa syukur atas rezeki, rahmat dan karunia yang telah diberikan Debata Mulajadi na Bolon (Tuhan yang Maha Esa) selama setahun. Ritual ini dilakukan oleh parmalim, yang merupakan penganut aliran kepercayaan leluhur masyarakat Batak Toba.
Sipaha Lima memiliki arti bulan kelima. Seperti namanya, ritual ini dilakukan pada bulan kelima dalam penanggalan Suku Batak yang disebut parhalaan. Umumnya ritual ini dilakukan di Bale Pasogit (balai asal-usul) di Huta Tinggi, Laguboti, Kabupaten Toba Samosir.
Melansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia, parmalim biasanya sudah melakukan persiapan sejak sipaha tolu atau bulan ketiga. Pada bulan ini parmalim akan memetik hasil panen. Sebagian disimpan untuk musim tanam yang akan datang, namun matumona atau hasil panen pertama dipersembahkan kepada Debata Mulajadi na Bolon.
Memasuki sipaha opat atau bulan keempat, parmalim akan melakukan persiapan untuk persembahan. Hingga pada sipaha lima alias bulan kelima, Raja Naipospos seorang ihutan (artinya yang diikuti atau imam) akan menentukan samisara purasa atau hari pelaksanaan ritual.
Berikut AKURAT.CO rangkum prosesi Sipaha Lima, berdasarkan Kemdikbud, Kamis (4/11/2021):
Parsahadatan (pembukaan)
Parsahadatan dalam Ugamo Malim adalah penyerahan diri sepenuhnya kepapda Debata Mulajadi na Bolon. Jadi, pada hari pertama (ari boraspati) dipanjatkan doa kepada Debata Mulajadi na Bolon agar ritual yang berlangsung esok hari berjalan lancar. Selain itu juga dipanjatkan doa-doa kepada leluhur serta para pemimpin dimasa dahulu dan sekarang.
Pameleon (persembahan)
Hari kedua (ari singkora) adalah puncak dari ritual Sipaha Lima. Pada hari ini diadakan persembahan yang ditujukan kepada Debata Mulajadi na Bolon.
Ritual ini dimulai ketika semua parmalim hadir di Bale Pasogit Partonggoan dengan pakaian upacara lengkap. Kemudian, ihutan beserta keluarganya menuju ke ruangan Bale Parpiataan, tempat di mana setiap perwakilan cabang akan membawa palean (sesajian) dan diserahkan kepada Ihutan.
Setelah semua pelean terkumpul, ihutan keluar dari Bale Pasogit Partonggoan dan mulai menyucikan area sekitar dengan cara memercikkan aek pangurason (air penyucian). Setelah itu satu persatu sesajian persembahan dibawa keluar dari Bale Parpiataan untuk diletakkan di langgatan (altar sesembahan).
Terdapat tiga langgatan yang berjejer di tengah halaman Bale Pasogit Partonggoan. Langgatan yang berada di tengah mewakili banua ginjang (dunia atas), persembahan yang diletakkan disini diperuntukkan kepada Debata Mulajadi na Bolon berupa ayam putih (manuk na bontar).
Sesajian berikutnya diletakkan di langgatan sebelah kanan yaitu sesajian berupa ayam berwarna hitam untuk penghuni banua tonga (dunia tengah). Sesajian terakhir yang berupa ayam berwarna merah kehitam-hitaman diletakkan di langgatan sebelah kiri yang diperuntukkan kepada pendiri Ugamo Malim.
Setelah semua sajian diletakkan di langgatan, parmalim mulai menari diringi ogung sabangunan, irama musik tradisi menghantar doa persembahan. Kemudian, seekor kerbau terbaik, horbo sitingko tanduk siopat pusoran, digiring menuju halaman Bale Pasogit Partonggoan, dan diikat pada borotan.
Selanjutnya Ihutan akan memanjatkan doa-doa kepada Debata Mulajadi na Bolon untuk hadir ditengah-tengah mereka dan menerima semua bentuk sesembahan.
Ritual selanjutnya meletakkan boras sipir ni tondi (beras peneguh jiwa) disetiap kepala perempuan yang ikut menari. Setelah itu para kelompok pekerja (parhobas) menerima pisau dari ihutan dan menggotong kerbau untuk disembelih.
Proses penyembelihan dilakukan di ruang khusus, di sana telah disediakan batu singkapon lengkap dengan lubang untuk mengalirkan darahnya ke tanah. Darah tersebut dipersembahkan kepada banua toru (dunia bawah).
Selanjutnya dilakukan tari tor tor na torop, seluruh peserta upacara menari dalam urutan tertentu. Yang pertama sekali adalah kelompok laki-laki yang sudah menikah, dilanjutkan dengan para wanita yang sudah menikah. Urutan terakhir adalah para muda-mudi.
Ritual terakhir adalah pembongkaran langgatan. Senya persembahan yang diletakkan akan diambil dan dikembalikan ke Bale Parpitaan. Ihutan akan menyerukan “Horas!” sebanyak tiga kali sambil diiringi gendang penutup. Berakhirlah proses upacara di halaman Bale Pasogit Partonggoan.
Panantion (penutup)
Pada hari terakhir ini (ari samisara) dilaksanakan ibadah berupa ceramah keagamaan, penyampaian nasihat oleh Ihutan dan pembagian daging kerbau yang telah disembelih pada hari sebelumnya. Penutupan seluruh rangkaian upacara Sipaha Lima pada hari ke-3 ini dilakukan oleh Ihutan dan diiringi dengan gondang penutup, Ihutan mengucapkan “Horas! Horas! Horas!” dan acara pun selesai.
Baca berita menarik lainnya di batakita.com
sumber : https://akurat.co/mengenal-sipaha-lima-ritual-sakral-suku-batak-penganut-aliran-kepercayaan-leluhur