Sejarah Provinsi Sumatera Utara, pada jaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement Van Sumatera yang meliputi seluruh Sumatera yang di kepalai oleh sorang Gubernur berkedudukan di Medan.
Sumatera Utara terdiri dari daerah-daerah administratif yang dinamakan keresidenan. Pada Sidang I Komite Nasional Daerah (KND) Provinsi Sumatera diputuskan untuk dibagi menjadi 3 sub Provinsi yaitu sub Provinsi Sumatera Utara (yang terdiri dari Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur dan Keresidenan Tapanuli), sub Provinsi Sumatera Tengah dan sub Provinsi Sumatera Selatan.
Nilai Budaya sumatra utara :
Susunan masyarakat Sumatera Utara adalah berdasarkan geneologis teritorial seperti Batak Toba, Mandailing dan Nias. Sedangkan suku Melayu berdasarkan teritorial.
Bila ditinjau dari garis keturunan maka suku Batak dan Nias adalah patrilinial, sedang suku Melayu adalah parental (keturunan kedua belah pihak bapak dan ibu).
Pada masyarakat suku Batak, Nias maupun Melayu ada upacara adat siklus kehidupan dari lahir, masa dewasa sampai kematian, seperti upacara turun mandi, pemberian nama, potong rambut, mengasah gigi, perkawinan dan upacara pemakaman jenazah.
Di masyarakat Batak dikenal upacara memberi makan oleh anak kepada orang yang lanjut usia (sulang-sulang). Terdapat juga upacara penggalian/pemindahan tulang belulang kesuatu tempat atau tugu yang disebut (mangongkal holi).
Setiap upacara-upacara adat masyarakat Batak selalu disertai dengan pemberian Ulos dan tarian (Manortor).
Suku yang terdapat di sumatera utara
Sumatera Utara atau yang sering disingkat dengan SUMUT merupakan salah satu provinsi terbesar di Indonesia. Jumlah penduduk yang terdapat pada provinsi ini sebanyak 6.076.440 jiwa(Sensus 2000). Penduduk tersebut terbagi kedalam beberapa suku dan etnis.
Satu provinsi dengan keberagaman etnis dan sub-etnis merupakan hal yang menarik bagi sebagian orang yang tinggal di luar Sumtera Utara untuk diketahui. Keberagaman suku dan etnis tersebut membuat banyak penduduk Indonesia kebingungan ketika berkenalan dengan orang batak. Dan sering kita jumpai juga ketika kita berkenalan dengan orang sumatera utara, banyak dari mereka yang menyanggah bahwasanya mereka bukan orang batak, tapi orang mandailing dan sebagainya. Etnis penduduk Sumatera Utara (Batak) terbagi atas Delapan :
1. Batak Pakpak
2. Batak Karo
3. Batak Toba
4. Batak Simalungun
5. Batak Mandailing
6. Batak Angkola/Pesisir
7. Nias
8. Melayu
Adat dan Kebudayan Sumatra Utara
Provinsi ini dihuni oleh banyak suku bangsa yang tergolong dari Melayu Tua dan Melayu Muda. Penduduk asli provinsi ini terdiri dari Suku Melayu, Suku Batak, Suku Nias, dan Suku Aceh. Daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu timur dan barat pada umumnya didiami oleh Suku Melayu dan Suku Mandailing yang hampir seluruhnya beragama ISLAM. Sementara di daerah pegunungan banyak terdapat Suku Batak yang sebagian besarnya beragama KRISTEN. Selain itu juga ada Suku Nias di kepulauan sebelah barat. Kaum pendatang yang turut menjadi penduduk provinsi ini didominasi oleh Suku Jawa. Suku lainnya adalah Suku Tionghoa dan beberapa minoritas lain.
Sumatera Utara yang kaya dengan budaya adat istiadat dan keindahan alamnya.
Sumatera Utara kaya dengan berbagai adat budaya atau etnis yang beragam antara lain : Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Batak Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga Pesisir, dan etnis pendatang.
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumatera Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah sumatera utara.
Kekayaan budaya yang dimiliki berbagai etnis yaitu :
Batak Toba dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner. Batak Karo yang terkenal dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar global dan juga memiliki adat budaya yang masih tradisional.
Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan peninggalan rumah melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Batak Angkola yang terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat menembus pasar global. Batak Pakpak Dairi yang dikenal dengan peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang dan tentunya juga memiliki adat istiadat dan tari daerah juga alat musik yang khusus.
Etnis Simalungun memiliki peninggalan sejarah berupa Rumah Bolon atau yang dikenal dengan Museum Lingga/Rumah Bolon yang pada tempat itu masih terdapat berbagai peninggalan sejarah dan etnis Simalungun juga memiliki adat istiadat dan budaya yang tersendiri.
Etnis NIAS memiliki daerah yang kaya dengan wisata alam yang sangat menakjubkan yang telah memiliki nilai jual hingga ke mancanegara, daerah ini juga memiliki kekayaan situs megalitik dan daerah ini masih tergolong daerah yang orisinal yang belum terlindas dengan kemajuan zaman karena didaerah ini masih banyak peninggalan megalitik seperti kampung batu, nilai budaya yang tradisional dan banyak lagi yang sangat bernilai tinggi, dan menurut cerita masyarakat setempat, daerah tersebut sudah direncanakan untuk dijadikan salah satu zona situs megalitik yang dilindungi dunia.
Etnis Sibolga Pesisir ini juga memiliki berbagai budaya dan adat istiadat khusus yang juga memiliki nilai sejarah yang sangat berharga.
Dari semua etnis tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya dan etnis juga sejarah yang patut untuk diperhitungkan dan dijaga kelestariannya demi mengangkat martabat bangsa Indonesia di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.
SENI dan BUDAYA yang terdapat di SUMATERA UTARA
A. Musik
Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang. Ada beberapa alat musik tradisional sumatera utara:
1.Gonrang.
Gonrang berasal dari bahasa Simalungun yang berarti Gendang. Gonrang hampir sama dengan gendang di kebudayaan Jawa. Alat tradisional ini banyak ditemui di Kabupaten Simalungun.
2. Sarune Bolon.
Sarune Bolon adalah alat musik traidisional asal Tapanuli yang terbuat dari kayu, tanduk kerbau dan kayu arung sebagai “ipit-ipit” atau sumber suara. Sarune Bolon dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik ini berfungsi sebagai pembawa melodi dan lagu dalam Gondang Batak.Sarune Bolon dibuat menggunakan logam, alat musik ini mempunyai 6 buah lubang nada yang di fungsikan utuh dan mempunyai peran sebagai pengiring melogi yang dihasilkan. Alat musik tradisional ini juga merupakan bagian dari perangkat Gondang Sabangunan dari daerah Batak Toba.
Instrumen ini menggabungkan antara Taganing, Gondang, Ogung, Hesek, dan Adap. Sedangkan di masyarakat daerah Simalungun. Alat musik Sarune Bolong adalah bagian dari perangkat Gindrang Saparanggun.sarune Bolong biasa digunakan bersamaan dengan Gondrong, Sipitu-pitu, Ogung, Mongmongan, dan Sitalasavak pada saat upacara adat.
3. Taganing
Taganing merupakan bagian dari alat musik Batak Toba yang mempunyai 5 buah gendang yang berfungsi untuk mengatur ritme di beberapa lagu daerah. Taganing bisa disebut juga Drum set melodis, alat musik ini digantung di sebuah rak yang sama.Bentuk dari Taganin seperti Gordang, hanya saja ukurannya yang bermacam-macam, yang paling besar merupakan Gendang yang paling kanan, semakin ke kiri ukurannya menjadi semakin kecil dan suara yang dikeluarkan berbeda karena memang itu tujuannya. Semakin ke kiri semakin tinggi juga nada yang dikeluarkan, Taganing sering dimainkan oleh 1 – 2 orang saja yang memainkan sebuah stik untuk memukul alat ini. Dibandingkan dengan Gordang, Taganing mempunyai musik yang terdengar lebih melodis.
4. Gendang Singanaki
Gendang Singanaki dibuat menggunakan bahan Kayu dan potongan kulit binatang, Gendang yang khas di daerah Batak Karo yang mempunyai 2 bagian berbeda yaitu penganaki dan anak gendang yang dijuluki Gerantung / enek-enek, yang berukuran kecil ramping. Untuk menggunakannya anda perlu alat untuk memukulnya.
Gendang Singanaki dipakai sebagai alat penentu ritme dalam sebuah ensambel musik, alat musik ini biasa dimainkan bersamaan dengan alat musik lain seperti Sarune, Gendang Singanaki sering dimainkan di upacara adat yang bernuansa religi atau acara guro-guro aron.
5. Baluat gendek
Dipakai waktu upacara memanggil Roh Manusia yang sudah meninggal dunia. Namun, sekarang alat musik ini sering digunakan di acara adat.
6. Gung
Gung digunakan untuk mengatur irama lagu dan juga sebagai Bass.
B. Tarian
Seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhususan.
v Tari Tradisional Khas Batak
Dalam bahasa Batak, tari disebut tortor. Suku Batak Toba berasal dari Kabupaten Samosir di sekitar kawasan Danau Toba. Suku Batak memiliki tarian yang amat beragam dan juga memiliki fungsinya masing-masing.
1. Tari Tor – tor
Tari tor- tor ini berasal dari Batak Toba, kata “Tor-tor” berasal dari suara hentakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan iringan Gondang, sudah tidak asing lagi bahwa tarian tor- tor tidak dapat dipisahkan dengan gordang sambilannya. Tarian ini biasa ditampilkan saat ada ritual panen, kematian, dan penyembuhan. Tarian ini dilakukan oleh sekelompok orang dengan gerakan tari yang riang gembira yang diadakan pada saat pesta senang maupun duka.
v Tari Tradisional Khas Melayu- Deli
Suku Melayu mendiami sebagian besar daerah pesisir Sumatera Utara seperti di Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Medan, Kabupaten Langkat dan Kabupaten Batubara. Suku Melayu juga memiliki berbagai macam jenis kesenian yang memperkaya kebudayaan Sumatera Utara.
2. Tari Serampang Dua Belas
Tari ini merupakan jenis tari tradisional yang dimainkan sebagai tari pergaulan yang mengandung pesan tentang perjalanan kisah anak muda dalam mencari jodoh, mulai dari perkenalan sampai memasuki tahap pernikahan. Inilah salah satu cara masyarkat Melayu Deli dalam mengajarkan tata cara pencarian jodoh kepada generasi muda. Sehingga Tari Serampang Dua Belas menjadi kegemaran bagi generasi muda untuk mempelajari proses yang akan dilalui nantinya jika ingin membangun rumah tangga.
v Tari Tradisional Nias
Nias merupakan suku yang mendiami kepulauan Nias, kini telah dibagi kedalam beberapa kabupaten seperti Nias Utara, Nias Selatan, Nias Barat, dan Nias. Kesenian tradisional Nias telah menjadi salah satu daya tarik wisatawan.
1. Tari Fataele
Tari fatael ini tidak bisah dipisahkan dengan tradisi lompat batu Nias, karena lahirnya berbarengan dengan tradisi homo batu. Banyak turis mancanegara datang ke Nias hanya ingin melihat keeksotisan batu tersebut.
2. Tari Piso Surit
Piso Surit adalah salah satu tarian Suku Karo yang menggambarkan seorang gadis sedang menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian tersebut sangat lama dan menyedihkan dan digambarkan seperti burung Piso Surit yang sedang memanggil-manggil. Piso dalam bahasa Batak Karo sebenarnya berarti pisau dan banyak orang mengira bahwa Piso Surit merupakan nama sejenis pisau khas orang karo
C. Kerajinan
Tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulosdan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.
D.Rumah adat sumatra utara
Beberapa rumah adat yang terdapat disumatera utara:
q Rumah Adat Bolon
Rumah adat Bolon yang ada di provinsi Sumatera Utara ini biasanya disebut Rumah Balai Batak Toba, dan telah diakui oleh Nasional sebagai perwakilan rumah adat Sumatera Utara. Dilihat dari bentuknya, rumah adat ini berbentuk persegi panjang, termasuk kategori rumah panggung. Dan hampir keseluruhannya bangunannya terbuat dari bahan alam.
Rumah panggung ini umumnya dihuni oleh 4-6 keluarga yang hidup bersama-sama. Tujuan rumah panggung adat bolon di buat supaya memiliki kolong rumah. Kolong rumah tersebut digunakan sebagai kandang hewan pemeliharaan masyarakat Batak, seperti babi, ayam, dan kambing.
q Rumah Adat Karo
Rumah adat Karo ini biasanya disebut sebagai rumah adat Siwaluh Jabu. Siwaluh Jabu sendiri memiliki makna sebuah rumah yang dihuni oleh delapan keluarga. Masing-masing keluarga mempunyai peran tersendiri didalam rumah tersebut.Penempatan keluarga-keluarga dalam rumah Karo ditentukan oleh adat Karo. Secara umum, rumah adat ini terdiri atas Jabu Jahe (hilir) dan Jabu Julu (hulu). Jabu Jahe juga dibagi menjadi dua bagian, yakni Jabu ujung kayu dan Jabu rumah sendipar ujung kayu.Biasanya rumah adat ini terdiri dari delapan ruangan dan dihuni delapan keluarga. Sementara dalam rumah adat karo hanya terdapat empat dapur. Masing-masing jabu dibagi menjadi dua, sehingga terbentuk beberapa jabu-jabu. Anatara lain, sedapuren bena kayu, sedapuren ujung kayu, sedapuren lepar bena kayu, dan jabu sadapuren lepar ujung kayu.
q Rumah Adat Pakpak
Rumah adat Pakpak/Dairi memiliki bentuk yang khas. Rumah tradisional ini dibuat dari bahan kayu serta atapnya dari bahan ijuk. Bentuk desainnya, selain sebagai wujud seni budaya Pakpak, juga bagian-bagian rumah adat Pakpak mempunyai arti sendiri. Selanjutnya, Rumah adat Pakpak disebut Jerro.
Rumah adat ini sama halnya dengan rumah adat lainnya di Sumatera Utara (Sumut). Yang pada umumnya menggunakan tangga dan tiang penyangga.
q Rumah Adat Melayu
Suku Melayu ini mempunyai andil yang sangat penting dalam Medan sebagai Kota terbesar ketiga di Indonesia.
Rumah Adat Melayu Deli identik dengan warna kuning dan hijau, serta dinding dan lantainya terbuat dari papan. Sedangkan atapnya menggunakan ijuk.
q Rumah Adat Simalungun
Simalungan adalah etnis yang berada di Kabupaten Simalungun dan Kota Pematang Siantar, rumah adat ini dinamai Rumah Bolon. Rumah adat ini mempunyai perbedaan dengan lainnya, bentuk atapnya yang unik didesign berbentuk limas.
Beberapa nama Pakaian Adat Sumatera Utara dan Penjelasannya
• Pakaian Adat Suku Batak Toba
Suku Batak Toba merupakan salah satu suku di Sumatera Utara yang tinggal di area sekitar Danau Toba. Pakaian adat sumatera utara batak toba sehari-harinya merupakan kain tenun atau yang lebih dikenal dengan Ulos. Kain Ulos memang merupakan kain yang sering sekali dijadikan ciri khas suku Batak. Bahkan, Ulos menjadi sebuah identitas dari nama pakaian adat Sumatera Utara secara nasional. Umumnya, kain Ulos dibuat khusus dengan cara ditenun menggunakan alat tradisional dan benang sutra. Warna benang untuk membuat Ulos pun biasanya tak jauh dari warna hitam, putih, merah, perak, dan emas.
• Pakaian Adat Suku Mandailing
Jika wanita menggunakan bulang, pengantin pria biasanya menggunakan penutup kepala yang bentuknya khas sekali milik suku Mandailing. Penutup kepala pakaian adat sumatera utara disebut Ampu. Pada zaman dahulu, Ampu ini digunakan oleh para raja Mandailing dan Angkola. Warna hitam pada Ampu memiliki fungsi magis, sedangkan untuk warna emasnya adalah simbol kebesaran.
• Pakaian Adat Suku Nias
Untuk pakaian adat wanita nias biasanya terdiri dari selembar kain yang terbuat dari kulit kayu atau blacu hitam. Pakaian tersebut biasanya diberikan aksesoris tambahan berupa gelang yang dibuat dari kuningan. Gelang ini dinamakan Aja kola dan beratnya bisa sampai satu kilogram. Selain itu, untuk mempercantik penampilan, mereka umumnya juga menggunakan anting logam yang besar yang disebut saro delinga. Sedangkan, laki-laki Nias biasanya menggunakan kalabubu atau kalung kuningan sebagai penghias. Tatanan rambut untuk wanita nias biasanya merupakan sanggul yang dibuat tanpa disasak terlebih dahulu. Setelah itu, sanggul akan dihias dengan sebuah mahkota.
• Pakaian Adat Suku Simalungun
Sama halnya dengan suku Sumatera Utara lainnya, suku Simalungun juga umumnya tinggal di daerah Simalungun. Tak hanya itu, pakaian adat sumatera utara simalungun juga mengenakan Ulos, namun mereka biasanya menyebutnya dengan nama Hiou. Ulos biasanya digunakan bersamaan dengan aksesoris yang lain seperti Gotong dan Bulang. Selain itu, pakaian adat Simalungun juga menggunakan Suri-suri atau kain samping untuk pelengkapnya.
• Pakaian Adat Suku Pakpak
Suku Pakpak merupakan suku yang tinggal di daerah Pakpak Barat dan Dairi. Suku ini mempunyai pakaian adat yaitu kain Oles. Kain Oles ini merupakan kain tentun khas suku Pakpak. Sebagai pelengkapnya, Oles digunakan bersamaan dengan aksesoris seperti kalung emas yang bertahtahkan permata
• Pakaian Adat Suku Melayu
Suku Melayu umumnya tinggal di area Kota Tebing Tinggi, Langkat, Batu Bara, Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Bedagai. Sekilas pakaian adat suku Melayu Sumatera Utara mirip sekali dengan suku Melayu di Riau. Mereka menggunakan baju kurung serta songket yang dililit ke pinggang.
• Pakaian Adat Suku Karo
Pakaian adat sumatera utara karo sebenarnya hampir sama dengan pakaian adat Sumatera Utara yang lainnya. Mereka umumnya menggunakan kain yang terbuat dari pintalan kapas atau yang disebut juga dengan Uis Gara. Kain ini digunakan untuk menutupi tubuh mereka saat beraktivitas sehari-hari. Kain Uis Gara sendiri memiliki makna yaitu kain merah. Awalnya, kain ini dibuat dengan cara menenun dengan menggunakan benang merah. Untuk membuat Kain Uis Gara terlihat lebih berciri khas, kain dipadukan dengan warna lainnya yaitu hitam atau putih. Tak hanya itu, mereka juga menggunakan benang warna lainnya seperti perak dan emas untuk membuat motif pada kain.
Baca juga hal-hal yang berkaitan dengan Sumut : batakita.com
#budaya batak #sosialbudaya #batak #medan #bataksumut #medan batak
sumber: klipaa.com