Batakita.com – Manortor atau menari Tor Tor adalah sekelompok orang khususnya Suku Batak yang menari dengan gerakan riang, berlenggak-lenggok dengan gerakan yang monoton dan disajikan menggunakan musik gondang.
Tarian ini dulunya juga lekat dengan dunia roh dan spiritual. Tarian ini biasa digunakan untuk upacara ritual dengan menggunakan beberapa patung batu yang telah “dimasuki” roh, di mana kemudian patung yang disebut sebagai patung sigale-gale ini akan “menari”, Sahabat!
Seiring dengan berkembangnya zaman, Manortor sudah menjadi sebuah seni budaya dan bukan lagi tarian yang “mistis”. Terlebih tari Tor Tor kini memiliki peminat yang cukup besar, banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin lebih mendalami tentang tarian ini.
Seorang penari Tor Tor cukup memakai kain ulos untuk busananya. Kain Ulos merupakan kain tenun khas Batak. Namun, jenis ulos yang digunakan harus disesuaikan dengan pesta apa yang sedang berlangsung.
Tari Tor Tor memiliki gerakan-gerakan yang sederhana. Hentakan kaki dan gerakan tangan yang terbatas menjadi ciri khasnya. Penari bergerak mengikuti iringan dari magondang yang terdiri dari berbagai alat musik tradisional seperti gondang, tagading, seruling, terompet batak, ogung, sarune, odap gordang dan hesek.
Tarian ini dipimpin oleh seorang pengatur acara atau juru bicara yang disebut sebagai Paminta Gondang yang memiliki kemampuan untuk memahami urutan gondang dan menjalin kata-kata yang sopan dan santun untuk meminta kepada penabuh gondang.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sang penari pada saat manortor, yaitu tangan tidak boleh melewati batas setinggi bahu ke atas. Apabila hal itu dilakukan, maka berarti si penari sudah siap menantang siapapun dalam hal bidang perdukunan, pencak silat, ilmu kebatinan dan lain sebagainya.
Baca informasi seputar Sumut dan Medan di Batakita.com
sumber: www.adira.co.id