
Sumatera Utara merupakan provinsi yang terdiri dari banyak etnis seperti Melayu, Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing, Angkola dan etnis-etnis lainnya. Setiap etnis suku tersebut memiliki kesenian dan budayanya masing-masing dan beberapanya saat ini terkenal sebagai salah satu atraksi wisata yang membuat wisatawan mancanegara terpesona. Salah satu kesenian hasil budaya tersebut adalah menari Tor-Tor bersama Patung Sigale-Gale dari budaya Batak Toba. Menari Tor-Tor atau disebut juga manortor bersama patung Sigale-Gale adalah sebuah kegiatan tarian tor-tor, tarian khas Batak yang diiringi musik Gondang. Sigale-Gale sendiri adalah sebuah boneka kayu yang berdiri layaknya manusia dan memang berbentuk seperti manusia lengkap dengan panca indera dan mengenakan pakaian adat Batak.
Boneka Sigale-gale ini bisa menari layaknya manusia, bahkan gerakannya pun hampir sama dengan gerakan tarian yang dilakukan oleh manusia karena dibantu oleh beberapa dalang yang berada di belakangnya. sehingga manortor bersama patung Sigale-gale merujuk pada kegiatan menari bersama patung adat ini, yang merupakan salah satu babak dari pertunjukan cerita Batak yang dimainkan dalam salah satu kegiatan wisata di Sumatera Utara.

LEGENDA

Kepercayaan setempat memiliki dua versi asal mula pembuatan patung Sigale-gale. Versi pertama adalah kematian putra mahkota Manggale setelah berperang yang membuat raja dirundung sakit rindu. Raja membuat patung yang semirip mungkin dengan Manggale atas saran tabib. Lalu roh nya dipanggil untuk merasuki patung. Satu lagi adalah pasangan yang tak memiliki anak menemukan gadis di tengah hutan yang mereka beri nama Nai Manggale. Gadis ini lalu menikah namun juga tak bisa memiliki anak, sehingga meminta suaminya membuat patung kayu agar bisa menari di sisi jasadnya kelak. Kedua versi cerita membuat pertunjukan Sigale-gale hingga saat ini selalu menyandingkan patung lelaki dan perempuan.
MENJADI ATRAKSI WISATA

Saat ini kegiatan manortor bersama patung sigale-gale adalah sebuah kegiatan wisata yang mampu menarik minat banyak wisatawan lokal maupun mancanegara dan telah menjadi salah satu identitas dalam pariwisata Provinsi Sumatera Utara secara umum, dan Samosir secara khususnya. Wisatawan yang berkunjung menyaksikan cerita asal mula suku Batak akan disuguhkan dengan permainan peran oleh patung Sigale-gale dan penduduk setempat. Lalu dalam satu babak, patungakan menari mengikuti iringan musik khas Toba yang bernama Sordam dan Gondang Sabangunan. Patung ini tampak seolah menari sendiri karena adanya roh di dalam jasad mereka, bahkan ada yang menyatakan pernah melihat patung Sigale-gale menangis.

Ada banyak tempat untuk menyaksikan pertunjukkan Patung Sigale-Gale di seputaran Danau Toba. Salah satu yang paling terkenal tentu saja yang berada di Desa Tomok, persis di sebelah makam Raja Sidabutar. Di Tomok sendiri ada dua buah patung Sigale-Gale yang berada lebih dekat ke jalan raya dan bukan berada di area inti pertunjukkan Patung Sigale-Gale. Patung-patung Sigale-gale ini memang tidak ada yang berwajah sama. Bahkan, Patung Sigale-Gale di Simanindo terdiri atas dua patung dalam satu keranda peti mati. Uniknya, Sigale-Gale kedua berukuran lebih kecil dan tampaknya merupakan representasi dari seorang wanita (terlihat dari ikat kepala yang dikenakannya).
Pengunjung bisa menonton pertunjukan dengan membayar sebesar Rp 5 ribu. Sementara jika hanya ingin berfoto, hanya diharap kan donasi sesuai keinginan pengunjung.

Gimana seru bukan mengenal budaya batak tentang manortor bersama patung sigale-gale ? Bagi yang belum pernah manortor bersama patung sigale-gale yuk buruan datang ke Sumatera Utara dan kunjungi wisata ini.
Sumber : https://www.1001malam.com/surrounding/606/samosir/manortor-bersama-patung-sigale-gale.html
Berita menarik lainnya di batakita.com