
Budaya Karo, salah satu kekayaan budaya Indonesia yang memukau, dapat dijelajahi lebih mendalam melalui kunjungan ke desa tradisional seperti Lingga. Desa ini terletak di kawasan dataran tinggi Karo, Sumatera Utara, dan menjadi perwakilan otentik dari warisan budaya yang kaya dan beragam. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pesona dan keunikan Budaya Karo yang tercermin melalui kehidupan sehari-hari di Desa Tradisional Lingga.
1. Latar belakang Desa Lingga

Di desa ini terdapat bangunan rumah Tradisional Karo berusia 250 tahun yang dikenal dengan nama Rumah Siwaluh Jabu dihuni oleh 8 kepala keluarga yang hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tenteram. Bahan bangunan rumah tradisionil ini dari kayu bulat, papan, bambu dan beratap ijuk tanpa menggunakan paku yang dikerjakan tenaga arsitektur masa lalu. Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini 15 Km yang dapat menggunakan kenderaan umum dan juga kendaraan (bus) wisata.
Baca Juga : Inilah Prestasi Menteri Terbaik Indonesia dari Tanah Batak yang Wajib Kamu Tahu
2. Arsitektur Rumah yang Unik

Rumah di desa aesthetic ini menerapkan konsep arsitektur yang tidak biasa karena dibangun tanpa menggunakan paku untuk mengaitkan rangka. Bagian dindingnya miring ke arah luar dengan sudut 120 derajat. Tiang pondasi diberikan ijuk yang bermanfaat untuk menjaga kondisi kayu agar tidak lembab dan tetap kokoh berdiri.
Secara umum, Rumah Siwaluh Jabu memiliki dimensi 17 meter panjang, 12 meter tinggi, dan 12 meter lebar. Bagian atapnya menggunakan ijuk yang berfungsi untuk mengusir hewan melata seperti ular dan lainnya agar tidak masuk ke dalam rumah.
3. Kental dengan tradisi adat

Selain arsitektur yang menakjubkan, kehidupan sehari-hari di Desa Lingga juga Kental dengan tradisi adat. Kita akan menyaksikan upacara-upacara adat seperti “Pesta Adat Batak” yang meriah, di mana masyarakat berkumpul untuk merayakan hasil panen atau peristiwa penting lainnya. Acara ini tidak hanya menjadi wadah untuk bersenang-senang, tetapi juga kesempatan untuk memperkokoh rasa solidaritas dan persatuan di antara warga Desa Lingga.
4. Fasilitas Wisata yang Tersedia

Konsepnya yang tradisional membuat Desa Budaya Lingga tidak menyediakan banyak fasilitas. Ada toilet yang bisa digunakan oleh wisatawan dengan gratis. Tersedia juga pemandu yang akan menjelaskan budaya dan sejarah setempat. Pemandu akan membawa wisatawan berkeliling melihat berbagai spot menarik yang ada di desa.
Benda-benda tradisional milik Suku Karo juga dapat dilihat secara langsung. Untuk biaya pemandu, wisatawan bisa memberikan tip sesukanya saja. Tidak ada biaya khusus yang berlaku. Wisatawan yang membawa kendaraan bisa menggunakan area yang tersedia untuk parkir.
Baca Juga
Mengungkap Lima Marga Batak Tertinggi di Sumatera
5. Mengenang Masa Kejayaan Para Raja

Tak jauh dari Desa Lingga terdapat Uruk, sebutan untuk makam raja-raja yang pernah berkuasa di wilayah ini lebih dari seabad lalu. Sobat traveler yang ingin berkunjung ke sini wajib menyiapkan tenaga ekstra. Perjalanan menempuh jarak sekitar 1,5 kilometer dan letak makam berada di puncak bukit. Begitu sampai di sana, para pelancong akan disambut sebuah tugu dilapisi keramik warna putih. Tugu tersebut merupakan penanda lokasi Uruk. Menurut sejumlah informasi yang beredar, di sinilah jasad raja-raja masa lalu disemayamkan. Salah satunya adalah Raja Desa Lingga bernama Kelelong Sinulingga yang berkuasa antara 1934-1947.
Dengan demikian, melibatkan diri dalam kunjungan ke Desa Tradisional Lingga adalah cara yang menarik dan bermakna untuk mengenal dan menghargai Budaya Karo, yang tetap hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi.
Ikuti