Indonesia adalah Negara yang terletak di antara dua benua dan dua samudera. Ditambah lagi Indonesia terletak di garis khatulistiwa.Karenanya, Negara kita memiliki keunggulan tersendiri dari Negara-negara lain. Disamping itu, Indonesia juga merupakan Negara yang unik karena memiliki beraneka ragam suku dan juga budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita sejak dulu. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa Indonesia sebenarnya adalah Negara yang kaya akan budaya yang terdapat di banyak pulau dan tersebar di Indonesia yang kita cintai ini.
Warisan budaya yang akan dibahas kali ini adalah Erpangir Ku Lau. Erpangir Ku Lau adalah salah satu acara atau upacara adat dari salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera utara. Suku karo adalah salah satu suku yang ada di Sumatera Utara. Suku ini dikenal sebagai suku yang ramah dan memiliki banyak warisan budaya. Salah satunya adalah Erpangi Ku Lau.
Erpangir kulau adalah upacara mandi untuk mengusir roh jahat atau menyucikan diri dari pengaruh roh jahat, memberi sesajian kepada yang kuasa supaya diberikan rejeki. Upacara ini masih dapat ditemukan dibeberapa tempat. Sering juga dilakukan dalam upacara perkawinan, membuat nama anak dan menolak penyakit yang dibuat oleh roh-roh jahat.
Secara harafiah Erpangir ku lau dapat diartikan bermandi ke sungai, sedangkan dalam arti lebih mendalam, makna asli dari erpangir ku lau diartikan sebagai pembersihan diri termasuk kepercayaan menciptakan ketenangan batin dan harapan masa depan yang lebih baik. Atau setidaknya setelah dilakukan erpangir ku lau,ada perubahan yang terdapat pelaku terutama dalam menumbuhkan semangat kerja. Erpangir ku lau merupakan salah satu upacara ritual religius yang terdapat pada masyarakat tradisional dan masih dilaksanakan pada saat ini,meskipun intensitasnya tidak setinggi dulu ketika Agama Kristen belum masuk ke tanah Karo.
Jenis – jenis Erpangir ku lau
Pangir menurut bobotnya dapat dibagi atas :
a. Pangir Selamsam
Pangir selamsam adalah suatu pangir yang lebih kecil bobotnya. Di mana peralatannya hanya terdiri dari: sebuah rimo mukur (jeruk purut), baja (getah kayu besi), minya kelapa, dan sebuah mankuk putih untuk tempat pangir. Pertama-tama mangkuk diisi dengan air putih, kemudian buah jeruk purut dan diperas kemangkuk, lalu taruh baja dan minyak, maka pangir sudah jadi. Pangir selamsam ini biasanya di adakan karena mendapat mimpi buruk, akan kadar keburukannya masih diragukan. Oleh karena itu untuk menghindari dari akibat buruknya, diadakan pangir selamsam. Setelah selesai pangir itu dibuat, maka orang yang mendapat mimpi buruk itu lalu ersudip (berdoa) kepada Dibata (Tuhan), agar ia dan keluarganya dihindari dari akibat buruk yang mungkin terjadi seperti yang telah tersirat dalam mimpinya. Sesudah itu ia dan keluarganya erpangir (mengusapkan) itu ke kepalanya masing – masing. Dan selesailah sudah pangir selamsam itu.
b. Pangir Sitengah
Pangir sejenis ini terdiri dari :
- Penguras, yakni ramuan dari air (air kelapa muda), jeruk purut, baja, minyak kelapa,dan jera;
- Empat jenis jeruk, tetapi jeruk purut (rimo mukur) harus ada;
- Kudin taneh (kuali dari tanah), sebagai tempat penguras (pangir);
- Dilakukan di lau sirang (ditempat air mengalir terbelah menjadi dua aliran);
- Memakai pertolongab guru.
c. Pangir Sintua (agung)
Pangir sintua memerlukan peralatan sebagai berikut:
- Penguras;
- Tujuh jenis jeruk, jeruk purut harus ada;
- Wajan (belanga), sebagai tempat penguras (pangir);
- dilakukan di lau sirang;
- Diletakkan atas sagak (corong bambu) dan di pinggirnya di beri berjanur (lambé);
- Pada zaman dahulu pangir jenis ini diikuti dengan bunyi senapan;
- Erkata gendang (memakai peralatan alat musik Karo).
d. Mantra (Tabas)
Pada umumnya setiap pangir, selalu di mantrai (itabasi), Atau disebut imangmangi. Tabas (mantra) ini biasanya diucapkan oleh guru dengan menembangkannya. Tabas ini dipercayai mempunyai kekuatan magis untuk mempengaruhi atau menyembuhkan penyakit tertentu. Tabas (mantra) dalam bahasa Karo, di mulai dengan berbagai jenis kata pembukaan,seperti:
- Ada yang dimulai dengan : O….Misalnya: O….ndilat la erdilah nipak la ernahé,nganggeh la rigung, engkarat la ripen, …dan seterusnya;
- Ada yang dimulai dengan “E”, seperti : E… adi enggo kin …dan seterusnya.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang/keluarga tertentu melakukan upacara erpangir. Adapun alasan-alasan itu, adalah:
a. Ucapan terima kasih kepada Dibata, misalnya: memperoleh keberuntungan, terhindar dari kecelakaan, memperoleh hasil panen yang berlimpah, sembuh dari penyakit, dan lain sebagainya.
b. Menghindarkan suatu malapetaka yang mungkin terjadi, biasanya sudah terlebih dahulu diterka melalui firasat suatu mimpi atau berdasarkan keterangan dan saran dari guru.
c. Menyembuhkan suatu penyakit.
d. Mencapai maksud tertentu.
Baca berita menarik lainnya di batakita.com
sumber : http://kawarsiterbaruna.blogspot.com/2011/12/erpangir-ku-lau-membersihkan-diri.html