Ringkasann Kilat:
• Komika asal Sumatera Utara dan berdarah Batak tampil hampir di setiap musim SUCI, menunjukkan kontinuitas dan daya saing kuat dari kawasan tersebut di panggung nasional.
• Beberapa musim memperlihatkan dominasi peserta dari Sumut yang menembus final bahkan meraih posisi juara, menandakan pengakuan nasional terhadap karakter humor khas Medan dan budaya Batak.
• Meskipun sempat absen di beberapa musim, kehadiran peserta baru dari Sumut di musim-musim berikutnya menunjukkan bahwa tradisi komedi daerah ini terus hidup dan berkembang.
Disclamer: This overview was created with AI support.
Kompetisi Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) yang digelar Kompas TV sejak 2011 telah menjadi wadah lahirnya banyak komika besar di Indonesia. Dari panggung ini, muncul sejumlah nama asal Sumatera Utara dan berdarah Batak yang membawa warna tersendiri lewat logat khas Medan, ekspresi spontan, dan materi yang menggali kehidupan masyarakat Sumut. Keunikan itu menjadikan mereka bukan sekadar peserta, melainkan representasi karakter kuat dari luar Pulau Jawa.
Selama sepuluh musim penyelenggaraan, jejak komika Sumut/Batak menunjukkan dinamika menarik: dari yang tersingkir di babak awal, hingga ada yang menjuarai kompetisi bergengsi ini. Berikut narasi perjalanan mereka dari Season 1 hingga Season 10, menggambarkan bagaimana komedi khas Sumut tumbuh dan diakui di tingkat nasional.
Season 1 (2011) – Muhammad Fauzi Saleh
Muhammad Fauzi Saleh, akrab dijuluki “dokter komika”, berasal dari Medan dan berlatar belakang dokter lulusan Universitas Islam Sumatera Utara. Ia dikenal membawakan materi seputar dunia medis dan kehidupan masyarakat dengan gaya cerdas serta jenaka.
Dalam SUCI Season 1, Fauzi berhasil lolos hingga babak Show (13 besar), menjadikannya perwakilan pertama dari Sumut di kompetisi ini. Namun langkahnya terhenti cepat karena ia menjadi peserta pertama yang tereliminasi. Meski begitu, kehadirannya membuka jalan bagi generasi berikutnya dari Medan untuk ikut tampil di panggung nasional.
Season 2 (2012) – Boris Thompson Manullang alias Boris Bokir
Boris Bokir, berdarah Batak Manullang dan besar di Bandung, dikenal luas karena karakter logat Bataknya yang kental. Ia tampil di SUCI Season 2 sebagai salah satu finalis favorit berkat kelucuan yang berpadu dengan kecerdasan sosial dan identitas etnis yang kuat.
Baca Juga: 8 Restoran Artis Berdarah Batak Sukses Buka Usaha Kuliner
Walaupun tidak sampai ke tiga besar, Boris meninggalkan kesan mendalam di mata penonton dan juri. Ia membuktikan bahwa komedi Batak bisa diterima secara nasional tanpa kehilangan ciri khasnya. Setelah SUCI, Boris terus berkarya di dunia hiburan dan dikenal sebagai pelopor munculnya “komika Batak modern”.
Season 3 (2013) – Babe Cabita & Bene Dionysius Rajagukguk
Musim ketiga menjadi tonggak penting bagi komika asal Sumut. Babe Cabita (Priya Prayogha Pratama) dari Medan sukses menjuarai SUCI 3 berkat persona lucu dan gaya santainya yang khas. Ia kerap membawakan cerita keseharian masyarakat Medan dengan humor yang cerdas, sederhana, dan mudah dipahami.
Selain Babe, ada Bene Dion Rajagukguk asal Tebing Tinggi yang juga masuk ke babak final dan finis di lima besar. Keduanya sering memadukan logat Medan dan kultur Batak dalam setiap penampilan. SUCI 3 pun menjadi salah satu musim paling bersejarah karena dua komika berdarah Sumut mampu menembus posisi puncak.
Season 4 (2014) – Gita Bhebhita, Coki Pardede, & Benidictus Siregar
Musim keempat mencatat tiga nama Batak yang menonjol. Gita Bhebhita (Anggita Putri Butar-butar) dari Medan tampil sebagai satu-satunya finalis perempuan berdarah Batak dan dikenal lewat gaya humor sarkastik tapi lugas. Coki Pardede, berdarah Batak meski lahir di Jakarta, berhasil bertahan hingga delapan besar dengan materi tajam yang penuh satire.
Sementara itu, Benidictus Jananto Siregar (Beni) yang juga bermarga Batak harus terhenti di posisi 13 besar setelah penampilan ketiganya. SUCI 4 menjadi musim dengan representasi Batak terbanyak, memperlihatkan bahwa generasi komika dari Sumut telah berkembang dan makin berani bersaing di tingkat nasional.
Season 5 (2015) – Yan Al Ridho alias Ridho Brado
Yan Al Ridho atau Ridho Brado menjadi satu-satunya perwakilan dari Medan pada SUCI Season 5. Ia lolos tanpa audisi umum setelah menjuarai Liga Komunitas Stand Up Indo Medan. Gaya bicaranya yang santai dan logat Medan yang kuat membuat penampilannya selalu menarik perhatian.
Ridho melaju hingga babak 14 besar sebelum akhirnya tereliminasi. Meski belum berhasil menembus 10 besar, kiprahnya menegaskan bahwa komunitas Stand Up Indo Medan telah berkembang menjadi ladang talenta potensial yang siap menembus panggung nasional.
Season 6 (2016) – Indra Gunawan alias Indra Jegel
Indra Jegel asal Binjai membawa kebanggaan bagi Sumatera Utara setelah menjuarai SUCI Season 6. Ia dikenal dengan logat Medan yang kental dan materi yang jujur tentang kehidupan masyarakat kecil di Sumut.
Konsistensi penampilannya membuatnya menonjol di antara para finalis. Gelar juara yang diraihnya menjadi bukti bahwa karakter daerah bukanlah hambatan, melainkan kekuatan dalam dunia komedi nasional. Indra Jegel hingga kini tetap dikenal sebagai salah satu alumni SUCI tersukses dari luar Pulau Jawa.
Season 7 (2017)
Pada Season 7, tidak ada peserta yang berasal dari Medan atau Sumatera Utara, maupun komika yang secara jelas berdarah Batak. Musim ini lebih banyak diwarnai oleh komika dari Jawa, Sulawesi, dan Papua.
Absennya perwakilan Sumut di musim ini sempat menjadi catatan di kalangan komunitas Stand Up Indo Medan, namun hal itu justru mendorong regenerasi dan munculnya gelombang baru komika Batak di tahun-tahun berikutnya.
Season 8 (2018) – Popon Kerok, Oki Rengga Winata, & Riztegh
Musim kedelapan menjadi salah satu puncak dominasi komika asal Sumut. Muhammad Saleh alias Popon Kerok asal Medan tampil gemilang hingga keluar sebagai juara SUCI 8. Runner-up diraih Oki Rengga Winata dari Tanjung Pura, Langkat, yang dikenal dengan persona lugu dan kocak khas kampung.
Selain itu, Rizky Teguh (Riztegh) asal Medan juga tampil hingga babak 13 besar. Dominasi Sumut di musim ini sangat kuat: dua posisi teratas diraih anak daerah, memperlihatkan bagaimana Medan menjadi episentrum baru dalam dunia stand up comedy Indonesia.
Season 9 (2021)
Pada Season 9, tidak terdapat finalis yang berasal dari Medan atau Sumatera Utara, maupun komika yang diketahui berdarah Batak. Musim ini lebih banyak diisi oleh peserta dari Lampung, Jawa, Bali, dan Maluku.
Meski tanpa perwakilan Sumut, SUCI 9 menjadi momentum refleksi bagi komunitas Batak di dunia komedi untuk memperkuat jaringan dan regenerasi komika muda, yang kemudian terbukti dengan munculnya nama baru di musim berikutnya.
Season 10 (2022) – Bonar Hezekiel Junus Manalu
Pada SUCI Season 10, Bonar Hezekiel Junus Manalu asal Tebing Tinggi menjadi satu-satunya komika berdarah Batak yang lolos sebagai finalis. Dengan logat Batak yang kental dan persona cerdas, ia tampil hingga babak Show (13 besar).
Walau tidak mencapai grand final, Bonar tetap mencuri perhatian lewat karakter kuat dan konsistensinya dalam membawa identitas budaya. Kehadirannya membuktikan bahwa generasi baru komika Batak tetap muncul dan menjaga kesinambungan dari senior-seniornya.
Perjalanan komika asal Sumatera Utara dan berdarah Batak di Stand Up Comedy Indonesia menunjukkan transformasi besar dari representasi daerah menjadi kekuatan nasional. Dari Fauzi Saleh yang membuka jalan, Babe Cabita dan Indra Jegel yang menjuarai kompetisi, hingga Bonar Manalu yang membawa semangat generasi baru—semuanya berperan penting dalam memperkaya lanskap komedi Indonesia.
Warisan logat Medan, karakter Batak yang tegas, serta kearifan lokal Sumut telah menjadikan mereka bagian tak terpisahkan dari sejarah SUCI. Dari Medan hingga Tebing Tinggi, dari panggung kecil komunitas hingga sorotan nasional, humor Batak terbukti bisa berbicara lantang dan penuh daya pikat.
Jangan ketinggalan berita terkini dan konten menarik dari Batakita!
Dukung Kami:
Belajar jadi mudah dan praktis!
Temukan eBook berkualitas di www.platihan.id dan upgrade kemampuanmu!
Belajar Mewarnai Jadi Lebih Kreatif
Mewarnai adalah salah satu cara belajar yang paling banyak diminati oleh anak-anak
Dengan gambar-gambar lucu dan menarik, ebook ini memberikan kesempatan bagi si kecil untuk berkreasi dan mengasah keterampilan motorik halus mereka
Siapkan krayon, Ajak si kecil Mewarnai!




