
Sumatera Utara tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga sebagai tempat lahirnya banyak pahlawan nasional yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Humbang Hasundutan, sebuah kabupaten di provinsi ini, memiliki kontribusi besar dalam melahirkan para pahlawan yang berjuang dengan gagah berani untuk kemerdekaan. Dalam artikel ini, kita akan mengenang jasa 7 pahlawan nasional asal Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.
Sisingamangaraja XII

Lahir di Bakara Humbang Hasundutan 18 Februari 1845, Sisinga Maharaja memiliki nama asli Patuan Bosar Ompu Pulo Batu Sinambela. Ia merupakan seorang raja di negeri Toba, Sumatra Utara, pejuang yang berperang melawan Belanda, kemudian diangkat oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tanggal 9 November 1961 untuk menggantikan ayahnya yang wafat. Ketetapannya sebagai pahlawan nasional pertama asal Sumut ini tertulis dalam SK Presiden RI No 590/1961.
Tuan Manullang

Merupakan seorang pendeta asal Indonesia yang lahir pada 20 Desember 1887. Pada tahun 1918 dalam kongres HKB (Hatopan Kristen Batak), Tuan Manullang terpilih menjadi Ketua dan Polin Siahaan sebagai Wakil Ketua. Pendeta Mangihut Mangaradja Hezekiel Manullang (gelar: Tuan Manullang) merupakan pahlawan perintis kemerdekaan bangsa Indonesia dan pelopor semangat kemandirian Gereja di tanah Batak yang berkiprah dari 1887-1979. Pada 1903 Tuan pernah mengenyam Pendidikan di Sekolah Anak Raja di Narumonda, Porsea, Tapanuli Utara, kemudian dan tahun 1905 diberhentikan dari Sekolah Anak Raja karena dianggap terlalu kritis. Tuan Manullang tahun 1905 menerbitkan Binsar Sinondang Batak di Padang dan mengawali gerakan membuka pikiran warga untuk memperjuangkan nasibnya dari tindakan pemerintah kolonial Belanda, yang menyakiti jiwa masyarakat dengan rodi-stelsel.
Melanchton Siregar

Lahir pada 7 Agustus 1912 dan wafar 24 Februari 1975, Melanchton adalah ketua Partai Kristen Indonesia terakhir, dan panglima Divisi Panah, sayap militer cabang Sumatra Utara dari Partai Kristen Indonesia. Ia juga merupakan anggota Komite Nasional Indonesia Pusat sejak 1947. Melanchton Siregar selain anggota militer juga merupakan pendidik, pejuang, dan tokoh politik, pendiri Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang kemudian fusi dengan Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), dan Partai Katolik menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Baca Juga : 5 Pahlawan Indonesia Berasal Dari Sumatera Utara
Friedrich Silaban

Ars. Friedrich Silaban lahir di Bonan Dolok, Humbang Hasundutan 16 Desember 1912 adalah seorang arsitek generasi awal di Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikan formal di H.I.S. Narumonda, Tapanuli tahun 1927, Koningen Wilhelmina School (K.W.S.) di Jakarta pada tahun 1931, dan Academic van Bouwkunst Amsterdam, Belanda pada tahun 1950, Silaban bekerja menjadi pegawai Kotapraja Batavia, Opster Zeni AD Belanda, Kepala Zenie di Pontianak Kalimantan Barat (1937) dan sebagai Kepala DPU Kotapraja Bogor hingga 1965. Frederich Silaban juga merupakan salah satu penandatangan Konsepsi Kebudayaan yang dimuat di Lentera dan lembaran kebudayaan harian Bintang Timur mulai tanggal 16 Maret 1962 yakni sebuah konsepsi kebudayaan untuk mendukung upaya pemerintah untuk memajukan kebudayaan nasional. Berkecimpung di bidang arsitektur, beberapa karya Silaban saat ini masih dapat dinikmati salah satunya Ia memenangkan sayembara pembuatan maket gambar Masjid Istiqlal dengan motto ‘Ketuhanan’ pada tahun 1954, kemudian kantor Rumah Dinas Walikota Bogor sebagai perencanaan pembangunan rumah dinas pada tahun 1935.
Renatus Siburian

Renatus Siburian perintis pertama ajaran Pentakosta di daerah Tapanuli Utara yang lahir pada 19 Oktober 1914. Sebelum menjadi pendeta penginjilm Siburian mengawali karir sebagai pegawai perusahaan NKPM dari tahun 1931 di Palembang yang membawa dirinya untuk bertaubat dan menjadi muda-mudi gereja di bawah pimpinan Pendeta Siwi. Kemudian di tahun 1935 Ia hijrah dengan masuk dalam sekolah Alkitab karena merasa terpanggil untuk menginjil. Akhir tahun 1938 Ia menginjil dan membuka gereja di Berastagi, namun mendapat halangan dari Pemerintah Belanda karena besleit atau izin untuk menginjil belum juga dikeluarkan oleh Gubernur General. Kemudian ia berpindah-pindah, barulah pada tahun 1942 Pendeta Siburian membentuk suatu organisasi keagamaan yang dinamakan “Gereja Pentakosta Tanah Batak Tapanuli”.
Kebebasan menginjil pun dirasakan saat peralihan pemerintahan Belanda ke pemerintahan Jepang. Itulah sebabnya semasa hidupnya Pendeta Siburian berkata bahwa Kemerdekaan Indonesia baginya sangat mendalam sekali. Oleh karena kemerdekaanlah maka dia dapat hidup sebagai orang yang mempunyai hak untuk dapat menganut dan menjalankan tugas Injilnya dengan baik. Ia sendiri merupakan pendiri dan Ketua Gereja Pentakosta Indonesia pertama, hingga saat ini gereja Pentakosta sudah mencapai lebih dari 1.200.
Letkol GA Manullang

Letkol Kav (Anumerta) G.A. Manullang memiliki isteri bernama Ny. Fernanda Paulina Ninnin boru Lumban Tobing dan memiliki 2 orang anak. Ia lahir di Matiti I Dolok Sanggul, Sumatera Utara 14 Mei 1929. Dalam kehidupan karirnya, Ia adalah seorang perwira Menengah TNI Angkatan Darat dan juga Komandan Pertama Yonkav-7/ Sersus. Ia gugur di Kongo dalam pasukan Kontingen Garuda III, dia dikirim ke Kongo pada 1962. Konga III berada di bawah misi UNOC dan dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris dan Kolonel Inf. Sabirin Mochtar. Ia juga pernah menjadi Ajudan Menteri Koprdinator Hankam/KSAD Jenderal Besar TNI A.H. Nasution.
Ir Humuntar Lumban Gaol

Ir. Humuntar Lumban Gaol adalah pengusaha nasional sekaligus penggagas Dewan Beras Nasional, dikenal sebagai sosok yang sangat dekat dengan petani dan aktif dalam upaya peningkatan produksi beras serta pendapatan petani. Menurut mantan Irjen Pembangunan Bidang Pembangunan Desa ini 35 tahun pengalaman berkarir sebagai pegawai pemerintah telah memberikannya bekal yang cukup untuk mengetahui bagaimana mengatasi masa krisis pangan di Indonesia. Pria yang lahir di Tapanuli, 8 Januari 1938 ini selalu berpartisipasi memberi masukan kepada pemerintah terkait upaya penegakan pangan nasional.
Ia yang menjabat Asisten III Menko Ekuin dan Pengawasan Bidang Produksi, Distribusi, dan Kependudukan, Indonesia pada tahun 1980an ini mengalami surplus beras sehingga swasembada pangan bisa dilaksanakan dan menjadi percontohan. Langkahnya bagi pembangunan Indonesia, Ia membentuk lembaga Dewan Beras Nasional dengan menggandeng berbagai elemen masyarakat seperti politisi, pejabat pemerintah, para pakar dan petani untuk membangun kondisi ekonomi petani dan mendorong produksi beras pada masa itu.
Para pahlawan nasional asal Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, meninggalkan jejak perjuangan dan pengabdian yang tak terlupakan dalam sejarah Indonesia. Dengan mengenang jasa mereka, kita diingatkan akan pentingnya semangat patriotisme dan perjuangan untuk menjaga dan memajukan bangsa.
Bagikan :