Ringkasann Kilat:
• Komika asal Sumatera Utara dan berdarah Batak tampil hampir di setiap musim SUCI, menunjukkan kontinuitas dan daya saing kuat dari kawasan tersebut di panggung nasional.
• Beberapa musim memperlihatkan dominasi peserta dari Sumut yang menembus final bahkan meraih posisi juara, menandakan pengakuan nasional terhadap karakter humor khas Medan dan budaya Batak.
• Meskipun sempat absen di beberapa musim, kehadiran peserta baru dari Sumut di musim-musim berikutnya menunjukkan bahwa tradisi komedi daerah ini terus hidup dan berkembang.
Disclamer: This overview was created with AI support.
Musim kedua Stand Up Comedy Indonesia (SUCI 2) yang tayang di Kompas TV pada tahun 2012 menegaskan bahwa fenomena stand-up di Indonesia bukan tren sesaat, melainkan awal dari gerakan komedi modern. Dari empat kota besar—Surabaya, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta—terpilih 13 komika terbaik dengan gaya yang semakin matang dan teknik panggung lebih beragam dibanding musim sebelumnya.
Para finalis hadir dari latar profesi yang berbeda-beda, mulai dari penyiar radio, pengacara, hingga mahasiswa seni. Kombinasi tersebut melahirkan dinamika baru: kompetisi menjadi lebih ketat, materi lebih tajam, dan karakter tiap komika lebih menonjol. SUCI 2 pun dikenal sebagai musim yang memperkenalkan wajah-wajah komedi modern Indonesia yang bertahan lama di industri hiburan.
Ge Pamungkas – Juara 1

Genrifinadi Pamungkas, lahir 25 Januari 1989 di Jakarta dan mewakili kota Bandung, dikenal karena kemampuan act-out dan ekspresi panggung yang eksplosif. Ia tampil sangat konsisten sejak audisi, selalu memanfaatkan gestur tubuh dan tempo bercerita untuk memperkuat punchline.
Sepanjang kompetisi, Ge menjadi finalis paling menonjol dan akhirnya meraih gelar Juara 1 SUCI 2 setelah mengalahkan pesaingnya di babak grand final. Kemenangannya menandai lahirnya standar baru dalam stand-up comedy: kombinasi teknik akting, narasi kuat, dan kecerdasan sosial.
Gilang Bhaskara – Runner-Up

Baca Juga: 13 Profil Komika SUCI Asal Sumatera Utara dan Batak (Season 1–10)
Gilang Bhaskara, lahir 10 Februari 1989 di Jakarta dan bernaung di komunitas Bandung, dikenal dengan gaya observasi tajam yang logis dan kalem. Ia sering menyoroti perilaku sehari-hari dengan analisis ringan yang mengundang tawa cerdas.
Dalam kompetisi, Gilang menampilkan konsistensi luar biasa dan berhasil melaju ke grand final sebelum akhirnya finis di posisi runner-up. Gaya bicaranya yang rapi dan tanpa berlebihan menjadikannya contoh komika dengan kekuatan materi di atas aksi panggung.
Ahmad Kemal Palevi – Peringkat 3

Ahmad Kemal Palevi, lahir 25 Agustus 1989 di Samarinda, Kalimantan Timur, dikenal sebagai komika berkarakter absurd dan spontan. Ia kerap membawa humor hiperbola dengan gestur dramatis dan pemikiran tak terduga.
Kemal tampil memukau hingga babak tiga besar sebelum akhirnya close mic menjelang grand final. Meskipun tak meraih gelar utama, gayanya yang eksperimental menambah warna baru pada SUCI 2 dan memperluas definisi “lucu” di mata penonton nasional.
Frendy Pradana Putra (Topenk) – Peringkat 4

Frendy Pradana Putra, lahir 9 Oktober 1990 di Madiun, merupakan finalis termuda musim ini. Dikenal dengan nama panggung Topenk, ia menghadirkan humor polos khas anak muda yang energik dan spontan.
Topenk menembus babak empat besar sebelum akhirnya tereliminasi. Walau muda, ia menunjukkan kemampuan adaptasi tinggi dan menjadi simbol bahwa regenerasi stand-up Indonesia mulai terbentuk di generasi pasca-SUCI 1.
Randhika Djamil – Peringkat 5

Randhika Trihasta Djamil, lahir 13 Juli 1984 di Bandung, tampil dengan persona “anak geng motor” yang eksentrik. Ia dikenal piawai menciptakan karakter panggung dan menambahkan unsur teatrikal pada setiap penampilan.
Dengan pembawaan nyentrik namun lucu alami, Randhika berhasil menembus lima besar sebelum tereliminasi. Ia memperkaya musim ini dengan pendekatan karakter komikal yang memadukan akting dan humor sosial.
Isman Hidayat Suryaman (Isman HS) – Peringkat 6

Isman Hidayat Suryaman, lahir 1 Juli 1976 asal Karawang, adalah penulis humor dan mentor banyak komika sebelum ikut berkompetisi di SUCI 2. Ia membawa pengalaman panjang dalam merancang struktur lelucon yang efisien.
Isman bertahan hingga enam besar dan tereliminasi di posisi Top 6. Partisipasinya memperlihatkan bahwa pengalaman menulis dan kemampuan analisis komedi bisa bersaing dengan gaya panggung para komika muda.
Boris Bokir – Peringkat 7

Boris Thompson Manullang, lahir 25 Mei 1988 di Bandung dan berdarah Batak, menjadi representasi kuat Medan di SUCI 2. Ia tampil dengan logat Batak yang khas, dikombinasikan dengan materi identitas dan budaya.
Boris melangkah hingga tujuh besar sebelum close mic. Kehadirannya menandai debut komika Batak di SUCI dan memperkenalkan kekayaan dialek Medan kepada penonton nasional.
Baca Juga: 5 Kuliner Khas Karo yang Mulai Langka, Warisan Rasa yang Terancam Punah
Arry Bagoes Wibowo – Peringkat 8

R. Arry Bagoes Wibowo, S.H., M.H., lahir 5 Februari 1972 di Jakarta, dikenal sebagai “komika pengacara.” Ia kerap membawa materi bertema hukum, sidang, dan profesi pengacara ke atas panggung.
Arry tampil solid hingga sekitar babak delapan besar sebelum tereliminasi. Kontribusinya membuka ruang bagi komedi bertema profesi serius, membuktikan bahwa humor bisa hadir bahkan dari dunia hukum.
Sigit Hariyo Seno (Oom Imot) – Peringkat 9

Sigit Hariyo Seno, lahir 5 November 1972 di Jakarta dan besar di Yogyakarta, tampil dengan persona “bad boy tua” yang usil namun simpatik. Gaya panggungnya menggabungkan kejenakaan klasik dan sindiran ringan.
Imot bertahan hingga sembilan besar sebelum tereliminasi. Ia dikenal sebagai salah satu peserta senior yang menunjukkan bahwa umur bukan batas untuk tampil energik dan jenaka di panggung modern.
Irawan Raharja – Peringkat 10

Irawan Raharja berasal dari Bogor dan dikenal dengan gaya sederhana namun jujur dalam penyampaian. Ia membahas kehidupan keseharian dengan sudut pandang polos dan tulus.
Meskipun langkahnya terhenti di sekitar posisi 10 besar, kehadirannya memperlihatkan semangat komunitas lokal yang mulai aktif membangun budaya stand-up di luar kota besar.
Yulyanikasih (Yuli Queen) – Peringkat 11

Yulyanikasih Doaussholiha, lahir 29 Juli 1988 di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, dikenal sebagai komika berhijab pertama dari daerahnya. Ia membawa semangat dan perspektif perempuan daerah dalam dunia stand-up.
Yuli tampil hingga sekitar sepuluh besar sebelum tereliminasi. Keberaniannya berdiri di panggung nasional menjadi inspirasi bagi banyak perempuan di luar Jawa untuk menekuni komedi tunggal.
Jessica Farolan – Peringkat 12

Eleonora Jessica Farolan, lahir 2 September 1988 di Jakarta, merupakan satu-satunya finalis perempuan keturunan Tionghoa-Indonesia di SUCI 2. Ia tampil dengan gaya lembut namun penuh kepercayaan diri.
Jessica menjadi peserta pertama yang tereliminasi pada Show 1, menempati peringkat 12. Meskipun tersingkir paling awal, keberaniannya membuka peluang lebih luas bagi keberagaman etnis dan gender dalam stand-up comedy.
SUCI 2 menjadi fase penting dalam sejarah stand-up Indonesia. Kompetisi ini memperlihatkan bahwa komedi tunggal bukan sekadar tren kota besar, melainkan medium ekspresi lintas daerah dan profesi. Dengan format televisi yang semakin matang, SUCI 2 memperluas jangkauan stand-up ke seluruh nusantara.
Dari musim ini, lahir standar baru: teknik, persona, dan keberagaman topik menjadi kunci utama. SUCI 2 pun menegaskan bahwa stand-up comedy Indonesia telah memasuki masa keemasan awal—sebuah fondasi bagi generasi komika yang lahir di tahun-tahun berikutnya.
Jangan ketinggalan berita terkini dan konten menarik dari Batakita!
Dukung Kami:
Belajar jadi mudah dan praktis!
Temukan eBook berkualitas di www.platihan.id dan upgrade kemampuanmu!
Belajar Mewarnai Jadi Lebih Kreatif
Mewarnai adalah salah satu cara belajar yang paling banyak diminati oleh anak-anak
Dengan gambar-gambar lucu dan menarik, ebook ini memberikan kesempatan bagi si kecil untuk berkreasi dan mengasah keterampilan motorik halus mereka
Siapkan krayon, Ajak si kecil Mewarnai!




