
Medan, ibu kota Sumatera Utara, bukan hanya terkenal sebagai kota kuliner dan pusat perdagangan di wilayah barat Indonesia, tetapi juga sebagai salah satu kota dengan keragaman agama dan budaya paling kaya di Nusantara. Di setiap sudutnya, berdiri bangunan-bangunan ibadah dari berbagai agama dengan arsitektur menakjubkan yang merepresentasikan sejarah panjang interaksi budaya—dari pengaruh Melayu Deli, India Selatan, Tionghoa, hingga Eropa kolonial. Keunikan ini menjadikan Medan dan sekitarnya sebagai destinasi wisata religi yang istimewa, di mana nilai spiritual, sejarah, dan keindahan artistik berpadu dalam satu perjalanan.
Mengunjungi tempat-tempat ibadah di Medan bukan hanya sekadar berziarah atau berdoa, melainkan juga menyelami perjalanan panjang masyarakat multikultural yang hidup berdampingan dengan damai selama berabad-abad. Dari masjid berarsitektur Moor, gereja yang menyerupai kuil India, hingga vihara dan pagoda emas di kaki gunung, setiap bangunan memiliki cerita dan pesan toleransi yang menginspirasi. Berikut ini tujuh tempat ibadah terkeren di Medan dan sekitarnya yang dikenal karena keindahan arsitektur serta nilai sejarahnya yang tinggi.
1. Gereja Graha Maria Annai Velangkanni

Gereja Graha Maria Annai Velangkanni adalah salah satu ikon wisata religi paling unik di Medan. Gereja Katolik ini dibangun oleh Pastor James Bharataputra, S.J., seorang imam asal India, yang memulai pembangunan pada tahun 2001 dan meresmikannya pada 1 Oktober 2005. Nama “Velangkanni” diambil dari devosi kepada Bunda Maria dari Velankanni di Tamil Nadu, India Selatan, yang dikenal sebagai “Lourdes of the East”. Tak heran jika bangunan ini memiliki desain yang begitu kental dengan nuansa arsitektur India dan Mughal.
Bangunannya terdiri dari dua lantai—ruang pertemuan di bawah dan ruang ibadah di atas—dengan menara tujuh tingkat yang melambangkan “tempat di surga bagi semua orang”. Elemen gopuram pada gerbang menyerupai kuil Hindu India Selatan, sementara kubah di puncak bergaya Mughal sebagai simbol Tritunggal Maha Kudus. Di pintu gerbangnya, terdapat miniatur rumah adat Batak Karo dan Toba, mencerminkan harmoni antara budaya lokal dan spiritualitas Katolik. Dengan ornamen berwarna cerah dan ukiran rumit, gereja ini kini menjadi salah satu spot wisata rohani paling populer dan fotogenik di Medan.
2. Masjid Raya Al-Mashun (Masjid Raya Medan)

Masjid Raya Al-Mashun atau lebih dikenal sebagai Masjid Raya Medan, adalah bangunan bersejarah yang menjadi kebanggaan masyarakat kota. Masjid ini dibangun pada masa Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alam dari Kesultanan Deli pada tahun 1906 dan selesai pada 1909. Pembangunannya dirancang oleh arsitek Belanda, Theodoor van Erp, yang juga terlibat dalam restorasi Candi Borobudur.
Masjid ini menampilkan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India, dan Spanyol, dengan denah berbentuk segi delapan dan kubah bergaya Moorish yang khas. Interiornya memancarkan kemegahan: marmer dari Italia, kaca patri dari Belgia, serta lampu gantung kristal dari Prancis. Semua elemen tersebut mencerminkan kejayaan Kesultanan Deli sekaligus cita rasa seni Islam klasik. Kini, masjid yang berusia lebih dari satu abad ini tidak hanya menjadi pusat ibadah umat Islam, tetapi juga destinasi wisata religi utama yang ramai dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara.
3. Kuil Shri Mariamman

Berada di kawasan Kampung Madras—atau dikenal sebagai Little India Medan—terdapat Kuil Shri Mariamman, kuil Hindu tertua di kota ini. Didirikan pada tahun 1884 oleh komunitas Hindu Tamil, kuil ini dipersembahkan untuk Dewi Mariamman, sosok pelindung dari penyakit dan bencana dalam mitologi Hindu. Selain itu, kuil ini juga menjadi tempat pemujaan bagi Dewa Ganesha dan Dewa Murugan.
Kuil Shri Mariamman menonjol karena arsitekturnya yang mengikuti gaya Dravidia khas India Selatan, terlihat dari menara pintu gerbang (gopuram) yang tinggi dan penuh dengan patung dewa-dewi berwarna cerah. Interiornya kaya akan relief dan ornamen ukiran yang rumit, menggambarkan kisah-kisah keagamaan Hindu. Setelah pemugaran besar pada tahun 1991, kuil ini menjadi lebih megah dan terawat. Setiap perayaan Deepavali, Thaipusam, atau Theemithi, ribuan umat Hindu datang bersembahyang sambil mengadakan ritual yang meriah. Kini, kuil ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi daya tarik wisata budaya dan spiritual yang ikonik di Medan.
4. Maha Vihara Maitreya

Berjarak sekitar 30 menit dari pusat kota, di kawasan Cemara Asri, berdiri Maha Vihara Maitreya, salah satu vihara terbesar di Asia Tenggara. Pembangunannya dimulai pada tahun 1991 dan diresmikan pada 21 Agustus 2008. Nama “Maitreya” merujuk pada Buddha masa depan yang melambangkan cinta kasih universal. Sesuai namanya, vihara ini menjadi simbol persaudaraan dan toleransi bagi masyarakat Buddhis di Sumatera Utara.
Berdiri di atas lahan seluas 4,5 hektare, kompleks vihara ini memiliki arsitektur modern berpadu dengan elemen tradisional Tionghoa. Atapnya berbentuk pagoda dengan lekukan elegan, dihiasi relief naga emas dan bunga teratai, sementara di dalamnya berdiri patung Buddha Maitreya setinggi hampir 5 meter yang memancarkan kedamaian. Suasana di dalam vihara sangat tenang dan bersih, menjadikannya tempat ideal untuk meditasi. Selain berfungsi sebagai pusat spiritual, Maha Vihara Maitreya juga terbuka untuk umum dan kerap dikunjungi wisatawan yang ingin merasakan ketenangan batin di tengah hiruk pikuk kota Medan.
5. Taman Alam Lumbini

Naik ke dataran tinggi Berastagi, sekitar dua jam perjalanan dari Medan, berdiri Taman Alam Lumbini, kompleks pagoda emas yang menakjubkan. Diresmikan pada Oktober 2010, pagoda ini merupakan replika dari Pagoda Shwedagon di Myanmar dan memiliki tinggi mencapai 46,8 meter—menjadikannya pagoda tertinggi di Indonesia dan kedua tertinggi di Asia Tenggara. Warna emas yang mendominasi bangunan ini memantulkan cahaya indah saat terkena sinar matahari, menimbulkan kesan sakral dan megah.
Di dalam pagoda terdapat 108 relik Buddha yang menjadi simbol kesucian dan kebijaksanaan. Lingkungan sekitarnya ditata dengan taman bunga, jembatan gantung, serta jalan setapak yang membuat suasananya terasa damai. Taman Alam Lumbini bukan hanya tempat ibadah umat Buddha, tetapi juga destinasi wisata edukatif dan fotografi favorit wisatawan. Pada hari-hari besar seperti Waisak, kompleks ini menjadi pusat kegiatan rohani dengan meditasi massal dan perayaan yang khidmat.
6. Masjid Raya Al-Osmani (Masjid Kuning)

Masjid tertua di Medan ini dibangun pada tahun 1854 oleh Sultan Osman Perkasa Alam, Sultan Deli ke-7. Awalnya, bangunan ini sederhana dan berbahan kayu, namun pada 1870–1872, Sultan Mahmud Perkasa Alam memugarnya menjadi bangunan permanen dengan material batu dan kayu jati. Arsitektur masjid ini unik karena memadukan unsur Melayu, Timur Tengah, India, Spanyol, dan Tiongkok—sebuah refleksi dari pertemuan lintas budaya pada masa Kesultanan Deli.
Warna kuning yang mendominasi bangunan melambangkan kebesaran Melayu, sedangkan kubah logam tembaga berbentuk oktagonal terinspirasi dari gaya India-Mughal. Masjid ini juga memiliki ukiran Tiongkok di pintu dan jendela bergaya Moorish dari Eropa Selatan. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, kompleks Masjid Al-Osmani juga menjadi tempat pemakaman para Sultan Deli. Hingga kini, masjid ini tetap aktif digunakan dan menjadi simbol penting sejarah Islam di Sumatera Utara.
7. Vihara Gunung Timur

Terletak di Jalan Hang Tuah, Vihara Gunung Timur merupakan vihara dan kelenteng Tionghoa terbesar di Medan, bahkan di seluruh Pulau Sumatra. Didirikan pada tahun 1962 oleh komunitas Buddha dan Tao di Medan, vihara ini menjadi pusat keagamaan dan kebudayaan etnis Tionghoa. Arsitekturnya mencerminkan kemegahan gaya Tiongkok klasik, dengan atap bertingkat melengkung, lentera merah, dan patung naga yang menghiasi setiap sisi bangunan.
Vihara ini menghadap ke Sungai Babura, sesuai prinsip Fengshui yang dipercaya membawa keberuntungan. Warna merah dan emas mendominasi setiap ruang, melambangkan kebahagiaan dan kemakmuran. Setiap perayaan Imlek atau Cap Go Meh, vihara ini berubah menjadi lautan manusia dan lentera, diiringi barongsai, tarian naga, dan dupa yang menyala. Kombinasi antara spiritualitas, tradisi, dan keindahan visual menjadikan Vihara Gunung Timur sebagai simbol hidupnya budaya Tionghoa di Medan yang tetap lestari hingga kini.
Ketujuh tempat ibadah ini bukan hanya menjadi pusat kegiatan spiritual, tetapi juga menjadi simbol toleransi dan keharmonisan yang menjadi ciri khas masyarakat Medan. Arsitektur yang indah dan nilai sejarah yang dalam menunjukkan bagaimana berbagai budaya hidup berdampingan tanpa kehilangan jati diri masing-masing. Wisata religi di Medan tidak sekadar menyuguhkan panorama bangunan megah, tetapi juga pengalaman batin yang menumbuhkan rasa kagum dan syukur atas kekayaan budaya Indonesia.
Jadi, ketika Anda berkunjung ke Medan, sempatkanlah menjelajahi jejak spiritual ini. Rasakan ketenangan di Graha Maria Annai Velangkanni, kemegahan di Masjid Raya Medan, kemeriahan di Kuil Shri Mariamman, dan kedamaian di Taman Alam Lumbini. Di balik setiap kubah, menara, dan pagoda, tersimpan pesan abadi tentang cinta, kedamaian, dan persaudaraan—warisan tak ternilai dari kota multikultural yang penuh warna ini.
Jangan ketinggalan berita terkini dan konten menarik dari Batakita!
Dukung Kami:
Belajar jadi mudah dan praktis!
Temukan eBook berkualitas di www.platihan.id dan upgrade kemampuanmu!
