
Medan, sebuah kota yang seringkali dipandang sebagai gerbang utama menuju keindahan alam Sumatera Utara, sesungguhnya adalah sebuah narasi panjang yang terukir dalam arsitektur, rasa, dan tradisi. Medan bukan hanya tentang hiruk-pikuk kota besar, melainkan sebuah simfoni dari berbagai budaya yang telah berinteraksi secara harmonis selama berabad-abad. Perpaduan unik ini menjadikan Medan sebuah destinasi yang menawarkan kedalaman dan kejutan di setiap sudutnya. Laporan ini mengundang untuk menjelajahi Medan pada tahun 2025, bukan sekadar sebagai seorang turis, melainkan sebagai seorang penjelajah yang ingin menyingkap lapisan-lapisan sejarah, merasakan denyut nadi kehidupan modern, dan menyelami kekayaan kuliner yang tiada duanya.
Medan menyajikan perpaduan yang memikat, dari jejak-jejak masa lalu yang agung hingga oasis rekreasi modern dan petualangan alam yang menantang. Di satu sisi, kota ini menampilkan warisan megah dari Kesultanan Deli dan era kolonial Belanda, yang masih berdiri tegak dalam bentuk bangunan-bangunan bersejarah. Di sisi lain, Medan terus berkembang dengan destinasi rekreasi inovatif dan ruang terbuka hijau yang memberikan kesegaran di tengah kehidupan urban. Kekayaan ini, dikombinasikan dengan kalender acara tahunan yang semarak, menjadikan tahun 2025 waktu yang ideal untuk mengemas koper dan memulai sebuah perjalanan yang tak terlupakan ke jantung Sumatera Utara.
Eksplorasi Arsitektur Multikultural
Medan adalah sebuah museum terbuka, di mana setiap bangunan bersejarah menceritakan babak penting dalam sejarah kota. Arsitektur di kota ini adalah bukti fisik dari sejarah politik, ekonomi, dan sosialnya yang kompleks. Terdapat pola yang jelas di mana bangunan-bangunan ikonik di Medan tidak hanya mencerminkan satu budaya, tetapi merupakan sintesis dari banyak pengaruh. Interaksi antara penguasa Kesultanan Melayu, kekuatan kolonial Eropa, pengusaha kaya Tionghoa, dan komunitas imigran dari berbagai penjuru, telah menciptakan sebuah lanskap arsitektur yang unik dan kaya akan makna. Tiga landmark utama yang berdekatan—Istana Maimun, Masjid Raya Al-Mashun, dan Tjong A Fie Mansion—menjadi pusat dari narasi perpaduan budaya ini.
1. Istana Maimun

Berdiri megah di tengah kota, Istana Maimun adalah warisan tak ternilai dari Kesultanan Deli. Dibangun oleh Sultan Ma’mun Al Rashid Perkasa Alam pada tahun 1888, nama “Maimun” sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘berkah’, menjadi bukti cinta Sultan kepada permaisurinya. Arsitektur istana ini adalah sebuah karya seni yang mencerminkan interaksi budaya dan politik pada masanya, dengan perpaduan unik antara pengaruh Melayu, India, Timur Tengah, dan Eropa. Fasadnya yang berwarna kuning cerah adalah ciri khas yang menonjol, dihiasi dengan panel kayu berukir, lengkungan dekoratif, dan ubin yang rumit.
Awalnya, istana ini berfungsi sebagai kediaman kerajaan dan pusat administrasi Kesultanan Deli, menjadi simbol kekuasaan Sultan dan kemakmuran wilayah. Namun, setelah Kesultanan dibubarkan, perannya bergeser. Sekitar tahun 1980-an, istana ini dibuka untuk umum dan sejak saat itu menjadi salah satu objek wisata paling populer di Medan. Pengunjung dapat merasakan atmosfer kejayaan masa lalu dengan menjelajahi bagian dalam istana yang penuh dengan sejarah. Salah satu kegiatan yang paling digemari adalah menyewa dan berfoto dengan pakaian adat Melayu, sebuah pengalaman yang memungkinkan pengunjung untuk sejenak merasakan menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Selain itu, tersedia juga museum kecil yang memajang koleksi peninggalan kerajaan seperti perhiasan dan senjata, memberikan pengalaman edukatif yang memperkaya wawasan tentang budaya dan sejarah setempat.
2. Masjid Raya Al-Mashun

Berada tidak jauh dari Istana Maimun, Masjid Raya Al-Mashun atau Grand Mosque of Medan adalah sebuah karya arsitektur yang menakjubkan dan sarat akan makna. Pembangunannya dimulai oleh Sultan Ma’mun Al Rashid Perkasa Alam pada 21 Agustus 1906 dan selesai pada 10 September 1909. Masjid ini didanai oleh Kesultanan Deli, Deli Maatschappij, dan Tjong A Fie, seorang pengusaha terkaya di Medan pada masa itu. Dukungan finansial dari berbagai pihak ini menunjukkan betapa pentingnya proyek ini dan merupakan bukti nyata kolaborasi antar-etnis dan antar-agama yang sudah terjalin sejak lama di kota ini. Sultan memiliki prinsip yang kuat bahwa masjid harus lebih penting daripada istananya sendiri, sebuah keyakinan yang tercermin dalam kemegahan Masjid Raya.
Arsitektur masjid ini adalah perpaduan yang sangat detail dan canggih dari gaya Timur Tengah, India, dan Spanyol atau Moorish. Awalnya dirancang oleh arsitek Belanda, Theodoor van Erp, yang juga merancang Istana Maimun, desainnya kemudian diserahkan kepada J.A. Tingdeman karena Van Erp dipanggil ke Jawa untuk memimpin pemugaran Candi Borobudur. Arsitektur yang berbentuk segi delapan dengan empat sayap ini menciptakan ruang dalam yang unik dan berbeda dari masjid konvensional lainnya. Kubah utamanya mengikuti model Turki dan dikelilingi oleh empat kubah kecil, sementara menara berornamennya adalah perpaduan gaya Mesir, Iran, dan Arab. Kemewahan proyek ini juga terlihat dari bahan-bahan yang diimpor, seperti marmer dari Italia, Jerman, dan Tiongkok, serta kaca patri untuk lampu gantung yang didatangkan dari Prancis. Bagi wisatawan Muslim, masjid ini menawarkan pengalaman wisata religi yang mengesankan, sementara pengunjung dari berbagai latar belakang dapat mengagumi keindahan arsitektur dan ornamennya yang kaya.
3. Tjong A Fie Mansion

Rumah megah berwarna merah muda ini adalah peninggalan dari Tjong A Fie, seorang pedagang kaya dan tokoh berpengaruh yang memainkan peran penting dalam sejarah Medan. Mansion dua lantai dengan 35 kamar ini dibangun antara tahun 1895-1900 di atas lahan seluas 8000 meter persegi. Mansion ini merupakan hadiah Tjong A Fie untuk istri tercintanya dan merupakan sebuah mahakarya arsitektur yang memadukan gaya Tiongkok, Melayu, dan Art Deco. Filosofi
feng shui juga sangat diperhatikan dalam pembangunannya, dengan kamar-kamar yang mengelilingi halaman terbuka di tengah, yang melambangkan “Sumur Langit” (Well of Heaven).
Mansion ini sekarang berfungsi sebagai museum yang terawat dengan baik dan sangat instagramable, memberikan wawasan mendalam tentang sejarah Tjong A Fie dan budaya Peranakan (Tionghoa di luar Tiongkok) di Indonesia. Di dalamnya, pengunjung dapat melihat detail-detail interior yang menawan, seperti ubin venetian yang terawat, lampu-lampu perpaduan gaya Tiongkok dan Eropa, serta langit-langit yang dihiasi lukisan tangan bergambar burung phoenix dan kupu-kupu. Di sayap samping mansion, lukisan dinding (
fresco) menggambarkan adegan kehidupan sehari-hari di Tiongkok, menambahkan kekayaan visual dari bangunan ini. Perpaduan antara arsitektur historis dan pengalaman modern menjadikan Tjong A Fie Mansion sebagai destinasi yang edukatif sekaligus menyenangkan bagi wisatawan.
4. Gedung London Sumatera

Gedung London Sumatera, atau yang akrab disebut Gedung Lonsum, adalah sebuah bangunan peninggalan kolonial Belanda yang menjadi saksi bisu era kejayaan perkebunan di Medan. Dibangun sekitar tahun 1906 atau 1909, gedung ini mengusung konsep gaya Eropa dan merupakan kantor dari perusahaan perkebunan kelapa sawit dan karet Harrisons & Crosfield. Sebuah fitur unik yang menjadikan gedung ini istimewa adalah lift pertamanya di Kota Medan yang dibuat pada tahun 1910 dan masih berfungsi hingga kini. Lift antik ini dioperasikan menggunakan tuas sederhana dan dikemudikan oleh seorang operator, memberikan pengalaman unik yang membawa pengunjung kembali ke masa lalu.
Sebagai cagar budaya yang penting, Gedung London Sumatera telah menjadi salah satu ikon Kota Medan. Meskipun letaknya di pinggir jalan utama membuat pengunjung terkadang kesulitan mencari parkir, gedung ini dapat dikunjungi secara gratis. Namun, ada aturan penting yang perlu diketahui: pengunjung harus meminta izin terlebih dahulu kepada pengawas gedung sebelum masuk. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun gedung ini dibuka untuk umum, statusnya sebagai kantor yang masih aktif tetap dijaga.
5. Graha Maria Annai Velangkanni

Graha Maria Annai Velangkanni adalah sebuah destinasi spiritual yang luar biasa di pinggiran Kota Medan. Gereja Katolik ini didedikasikan untuk Bunda Maria dan dibangun sebagai “Rumah bagi Semua Umat”. Pendirinya, Pastor James Barathaputra SJ, memiliki visi untuk menciptakan sebuah tempat di mana orang dari berbagai latar belakang, ras, dan agama dapat datang untuk mencari kedamaian. Visi ini tercermin jelas dalam arsitekturnya yang unik dan tidak biasa. Bangunan ini memadukan gaya arsitektur Indo-Mughal yang megah, membuatnya pada pandangan pertama terlihat seperti kuil Hindu atau masjid, tanpa ada simbol-simbol Katolik yang mencolok di bagian luarnya.
Simbolisme yang mendalam ada di setiap sudut graha. Tiga kubah di atasnya, yang dibangun dengan gaya Mughal, mewakili Trinitas dalam Kekristenan. Aula komunitasnya tidak memiliki pintu, melambangkan keterbukaan bagi semua orang terlepas dari iman atau budaya mereka. Di sepanjang jalan menanjak yang menuju ke gereja, terdapat 40 lampu yang mengingatkan pada 40 hari puasa Kristus, sementara patung-patung orang dari berbagai ras di dindingnya melambangkan persatuan di antara umat manusia. Graha Maria Annai Velangkanni adalah contoh luar biasa dari toleransi beragama dan fusi budaya yang dapat diakses secara gratis oleh siapa pun yang ingin mengunjunginya.
Alam dan Rekreasi
Selain kekayaan sejarahnya, Medan dan sekitarnya menawarkan pelarian yang menyegarkan dari kehidupan kota. Destinasi wisata alam dan rekreasi ini memberikan keseimbangan yang sempurna antara eksplorasi sejarah dan petualangan di alam terbuka.
1. Keajaiban Danau Toba dan Air Terjun Sipiso-piso
Danau Toba adalah ikon utama Sumatera Utara, sebuah danau vulkanik terbesar di dunia yang dikelilingi oleh keindahan alam yang memukau. Meskipun berjarak sekitar 4-5 jam perjalanan dari pusat kota Medan, Danau Toba adalah destinasi yang wajib dikunjungi bagi setiap wisatawan. Perjalanan dari Medan dapat dilakukan dengan dua opsi utama: bus atau mobil pribadi yang dilanjutkan dengan feri. Opsi bus menawarkan harga yang lebih ekonomis, meskipun terdapat variasi harga dan durasi perjalanan yang signifikan tergantung pada penyedia layanan. Sementara itu, perjalanan dengan mobil pribadi dan feri menawarkan fleksibilitas yang lebih besar dan waktu tempuh yang lebih cepat.
Tidak jauh dari Danau Toba, Air Terjun Sipiso-piso adalah sebuah destinasi yang menawarkan pemandangan spektakuler. Air terjun ini adalah salah satu yang tertinggi di Indonesia dan dari puncaknya, pengunjung dapat menikmati pemandangan Danau Toba yang menakjubkan. Untuk pengalaman terbaik, disarankan untuk melakukan pendakian ke dasar air terjun. Meskipun rute pendakiannya curam dan jalannya bisa licin, pemandangan selama perjalanan sangat indah dan dari bawah, pengunjung dapat merasakan kekuatan air terjun secara langsung.
2. Dunia Hiburan dan Rekreasi Keluarga
Bagi keluarga atau wisatawan yang mencari keseruan modern, Medan juga memiliki beberapa destinasi rekreasi yang menarik.
- Hillpark Sibolangit: Terletak tidak jauh dari Medan, Hillpark Sibolangit adalah sebuah taman hiburan yang menawarkan berbagai wahana seru seperti roller coaster (Gelegar), bianglala, dan Kora-Kora. Dengan harga tiket yang terjangkau dan jam operasional yang fleksibel, taman ini menjadi pilihan ideal untuk menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman-teman.
- The Le Hu Garden: Destinasi unik ini menawarkan sensasi Bali di tengah kota Medan. The Le Hu Garden adalah sebuah taman yang dirancang dengan suasana asri dan banyak spot foto instagramable, lengkap dengan kolam bunga lotus dan berbagai wahana outbound seperti flying fox dan perahu. Terdapat beberapa sumber data yang menunjukkan adanya variasi harga tiket masuk, sehingga pengunjung disarankan untuk memeriksa informasi terbaru sebelum berkunjung.
- Penangkaran Buaya Asam Kumbang: Bagi yang mencari pengalaman yang berbeda, penangkaran buaya ini menawarkan sisi pariwisata yang “anti-mainstream.” Didirikan sejak 1959, tempat ini menjadi rumah bagi sekitar 1.000 ekor buaya dengan berbagai usia, termasuk yang tertua berusia 50 tahun. Destinasi ini tidak hanya menarik tetapi juga edukatif. Serupa dengan destinasi lainnya, harga tiket masuknya juga memiliki variasi dari berbagai sumber, sehingga pengecekan langsung di lokasi mungkin diperlukan.
3. Taman-Taman Kota
Keberadaan ruang terbuka hijau yang gratis dan dapat diakses oleh semua kalangan menunjukkan perhatian kota terhadap pentingnya ruang publik. Taman-taman ini berfungsi sebagai “paru-paru” kota, tempat relaksasi, dan ruang sosial yang memperkaya kehidupan masyarakat.
- Taman Cadika Pramuka: Destinasi yang populer untuk piknik dan berolahraga, Taman Cadika menawarkan danau buatan, ruang terbuka hijau yang luas, serta fasilitas olahraga dan area bermain anak.
- Taman Sri Deli: Taman bersejarah ini merupakan peninggalan Kesultanan Melayu Deli yang kini menjadi tempat bersantai dengan air mancur dan area bermain anak. Lokasinya yang strategis di seberang Masjid Raya Al-Mashun menjadikannya tempat istirahat yang sempurna setelah menjelajahi warisan sejarah.
- Kampung Kongsi: Terkenal sebagai kampung warna-warni, tempat ini menawarkan mural-mural indah di sepanjang jalannya yang menjadikannya spot foto instagramable yang unik dan gratis.
- Pos Bloc Medan: Sebagai ruang publik kreatif yang terletak di bangunan bekas kantor pos bergaya Eropa, Pos Bloc menjadi pusat kuliner, seni, dan acara yang menarik bagi anak muda.
Eksplorasi Kuliner Legendaris
Kuliner adalah salah satu identitas terkuat Medan, sebuah perpaduan cita rasa yang mencerminkan keragaman budayanya. Di sini, makanan bukan hanya sekadar nutrisi, melainkan warisan yang diolah secara turun-temurun. Terdapat benang merah yang menghubungkan pusat-pusat kekuasaan dan perdagangan di masa lalu dengan pusat-pusat kuliner legendaris saat ini, di mana cita rasa otentik tetap lestari.
1. Surga Durian
Medan adalah surga bagi para pecinta durian, dan tidak ada tempat yang lebih ikonik untuk merasakannya selain di Ucok Durian. Tempat ini menawarkan pengalaman unik, di mana pengunjung dapat menikmati berbagai jenis durian segar maupun olahannya. Untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda, disarankan untuk mengunjungi kebunnya di siang hari atau menikmati durian olahan di kafenya pada malam hari.
2. Jejak Kuliner Multikultural
Berbagai kuliner legendaris yang tersebar di kota ini adalah bukti nyata dari warisan multikulturalnya. Hidangan-hidangan ini memiliki akar budaya yang jelas (India, Minang, Tionghoa, dll.) dan seringkali berlokasi di area dengan nilai historis.
- Nasi Goreng Semalam Suntuk: Salah satu kuliner legendaris yang sudah ada sejak tahun 1974 ini terkenal dengan rasanya yang gurih dan sedikit pedas, dilengkapi dengan semur daging sapi atau ayam yang khas. Lokasinya yang berada di depan Istana Maimun menunjukkan betapa eratnya hubungan antara kuliner dan sejarah.
- Rujak Kolam: Sejak tahun 1950-an, Rujak Kolam menjadi jajanan favorit yang terkenal dengan bumbu rujak gilingnya yang manis, pedas, dan segar. Tempatnya yang strategis di seberang Masjid Raya Al-Mashun dan Taman Sri Deli menjadikannya spot kuliner yang mudah diakses.
- Soto Kesawan: Terletak tepat di seberang Tjong A Fie Mansion, soto ini telah mempertahankan konsistensi rasanya selama bertahun-tahun. Kuahnya yang berwarna jingga dan gurih menjadikannya salah satu soto yang sulit tertandingi di Medan.
- Bihun Bebek Kumango: Kuliner legendaris ini menyajikan bihun dengan kuah kaldu bebek yang kaya rasa, hasil dari perebusan tulang bebek selama berjam-jam. Hidangan ini terkenal dengan porsinya yang besar dan kelezatan yang menggugah selera.
- Sate Memeng: Berdiri sejak tahun 1945, Sate Memeng telah menjadi favorit dengan potongan daging yang lembut dan bumbu kacang atau kecap yang meresap sempurna.
- Mie Sop Methodist: Dikenal juga sebagai Mie Sop Haji Seran, hidangan ini terkenal dengan kuah kaldu sapi yang gurih dan segar, dilengkapi dengan potongan daging dan bakso yang berlimpah.
3. Agenda Budaya 2025
Tahun 2025 menawarkan berbagai festival dan acara tahunan yang menjadi puncak kebudayaan di Medan dan sekitarnya. Perencanaan perjalanan yang tepat dapat disesuaikan dengan kalender acara ini untuk mendapatkan pengalaman yang lebih kaya dan berkesan.
- Gelar Melayu Serumpun: Acara yang menampilkan pertunjukan kebudayaan Melayu ini akan dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia, Thailand, Singapura, dan India. Acara ini akan berlangsung dari tanggal 22-25 Mei 2025.
- Festival Bunga dan Buah Karo: Perayaan tahunan ini menonjolkan kekayaan hasil bumi dan budaya Karo, dengan pameran, seni tradisional, dan karnaval mobil hias. Festival ini dijadwalkan pada 3-5 Juli 2025.
- Medan Colorful Carnival: Sebagai bagian dari perayaan HUT ke-435 Kota Medan, acara ini menampilkan pawai malam (night carnival) dan pesta rakyat pada tanggal 6-7 Juli 2025.
- Samosir Music International: Festival musik yang rutin digelar di Pulau Samosir dengan latar belakang Danau Toba ini dijadwalkan pada 18-19 Juli 2025.
- Asia Pacific Rally Championship (APRC): Sumatera Utara akan menjadi tuan rumah acara sport tourism bergengsi ini pada Agustus 2025.
- Pesta Budaya Njuah-Njuah: Festival di Kabupaten Dairi ini merayakan keberagaman budaya dengan tarian tradisional, musik, dan pameran kerajinan tangan pada 30 September-1 Oktober 2025.
- Trail of The King: Bagi pecinta petualangan, kompetisi lari trail running yang menantang ini akan digelar di kawasan Danau Toba pada 17-19 Oktober 2025.
Medan 2025 adalah destinasi yang menawarkan pengalaman perjalanan yang mendalam, kaya akan cerita, dan tak terlupakan. Kota ini berhasil memadukan warisan sejarah yang agung dengan pesona alam yang menawan dan kehidupan modern yang dinamis. Dari arsitektur multikultural yang menjadi bukti toleransi antar-budaya hingga kuliner legendaris yang memanjakan lidah, setiap aspek Medan menceritakan kisah yang unik. Dengan kalender acara tahunan yang semarak, kunjungan ke Medan pada tahun 2025 menjanjikan sebuah perjalanan yang tidak hanya akan memperkaya wawasan, tetapi juga memberikan pengalaman yang berharga. Medan bukan sekadar sebuah kota, melainkan sebuah narasi yang menunggu untuk dijelajahi.