Batakita.com – Sebagai salah satu suku bangsa dengan populasi terbesar di Indonesia, Suku Batak, yang mendiami Sumatera Utara, memiliki beragam keunikan. Salah satu keunikannya adalah semua orang Batak mempunyai marga, yang menunjukkan asal keturunan mereka. Suku Batak terbagi ke dalam enam sub-suku atau puak, yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Setiap puak memiliki ciri khas nama marga, yang berfungsi sebagai tanda adanya tali persaudaraan. Karena orang Batak menganut paham garis keturunan bapak (patrilineal), maka dengan sendirinya marga tersebut juga berasal dari bapak. Jumlah marga Batak yang ada saat ini diperkirakan mencapai hampir 500 marga. Lantas, mengapa orang Batak mempunyai banyak marga dan bagaimana asal-usulnya?
Menurut cerita tentang asal-usul orang Batak, dikatakan bahwa nenek moyang mereka adalah seorang putri surga bernama Siboru Deak Parujar, yang menikah dengan Raja Odap-odap. Dari perkawinan mereka, lahir anak kembar bernama Raja Ihot Manisia (laki-laki) dan Boru Ihot Manisia (perempuan). Raja Ihot Manisia mempunyai tiga anak, salah satu di antaranya adalah Raja Miokmiok, yang kemudian memiliki anak bernama Eng Banua. Eng Banua memiliki tiga anak bernama Raja Bonang-bonang, Si Raja Atseh, dan Si Raja Jau. Orang Batak adalah keturunan Si Raja Bonang-bonang, sementara Si Raja Atseh diduga menurunkan orang Aceh, dan Si Raja Jau merupakan nenek moyang orang Minangkabau atau Jawa. Di dalam mitos disebutkan bahwa Si Raja Bonang-bonang memiliki satu anak bernama Guru Tantan Debata, yang anaknya bernama Si Raja Batak. Si Raja Batak kemudian mempunyai dua anak, yaitu Guru Tatea Bulan dan Si Raja Isumbaon. Dari dua anak Si Raja Batak inilah kemudian berkembang marga-marga masyarakat Batak.
Dari keturunan Guru Tatea Bulan muncul marga-marga Lontung, sedangkan Raja Isumbaon menurunkan marga-marga Sumba. Lontung dan Sumba merupakan induk marga-marga Batak yang ada sekarang ini. Arti marga di Batak sangatlah penting karena dapat menentukan status sosial seseorang. Di dalam hubungan sosial masyarakatnya, marga merupakan dasar untuk menentukan partuturan, hubungan persaudaraan, baik untuk kalangan semarga maupun dengan orang-orang dari marga lain. Akan tetapi, kapan mulai terdapat struktur marga di kalangan Suku Batak tidak dapat diketahui dengan pasti. Hanya dikatakan bahwa marga sudah ada sejak adanya orang Batak.
Contoh marga Batak Suku Batak terbagi ke dalam enam sub-suku atau puak. Masing-masing puak terdiri dari banyak marga, yang apabila dijumlah mencapai hampir 500 marga. Berikut ini beberapa contoh nama marga Batak dari masing-masing puak.
- Batak Toba: Aritonang, Aruan, Hasibuan, Hutabarat, Hutapea, dst.
- Batak Karo: Ginting, Karo-karo, Sembiring, Tarigan, Purba, Silalahi, dst.
- Batak Pakpak: Bintang, Lingga, Tinambunan, Ujung, dst.
- Batak Simalungun: Damanik, Simanjorang, Tondang, Tambak, dst.
- Batak Angkola: Siagian, Silo, Siregar, Matondang, Nasution, dst.
- Batak Mandailing: Batubara, Daulay, Harahap, Lubis, Tanjung, dst.
Selain enam puak tersebut, marga Batak juga didasarkan pada tempat tinggalnya. Misalnya Batak Pesisir Barat Barus, Batak Barat Sibolga, Batak Alas, Batak Kluwet, dan sebagainya. Marga di luar enam puak utama dikatakan sebagai marga baru, yang merupakan hasil adaptasi dan asimilasi penduduk dari generasi ke generasi. Sedangkan untuk menemukan seseorang berasal dari garis keturunan mana dan bagaimana posisinya dalam sebuah marga, dapat menggunakan Torombo. Dengan menggunakan Torombo, dapat diketahui asal-usul seseorang yang berujung pada Si Raja Batak.
Baca berita menarik lainnya di batakita.com
sumber : https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/23/110000879/mengapa-suku-batak-mempunyai-banyak-marga-?page=all