
Suku Batak di Sumatera Utara terkenal dengan khasanah tradisi dan kebudayaan. Salah satunya yang kerap dilakukan yakni Mangupa-Upa. Mangupa Upa dalam kultur adat Batak dapat diartikan sebagai ungkapan doa diselingi nasehat dari para orang tua atau sesepuh.
Jadi seperti prosesi syukuran atau selamatan dalam pemahaman umumnya. Namun tentu saja dengan melekatkan unsur dari warisan leluhur Batak sebagai pembeda atau ciri khasnya.
Melalui tradisi Mangupa Upa mengandung juga makna tersirat. Menjaga masyarakat Batak tetap dapat saling mengenal sanak saudara dan keluarga besarnya, bahkan yang telah jauh berbeda generasi.
Mangupa-ngupa adat batak dikenal pada budaya Batak Toba, Mandailing dan Angkola. Tujuan mangupa-ngupa adalah memohon keselamatan dan terhindar dari sesuatu yang tak dikehendaki. Orang yang memberikannya biasana keluarga terdekat yang berasal dari sistem budaya batak dalihan na tolu.
Dalihan na tolu adalah sistem hubungan kekerabatan berdasarkan keturunan darah dan menjadi dasar dasar ukuran pergaulan masyarakat Batak tanpa melihat kedudukan seseorang berdasarkan usia, pangkat, ataupun jabatan. Dalihan na tolu memiliki unsur, antara lain: hula-hula/mora (keluarga pihakistri/ibu), boru/anak boru (kelompok keluarga yang mengambil istri), dongan tubu/kahanggi (teman semarga). Ketiga unsur tersebut terlibat dalam berbabagi upacara adat batak.
Mangupa-ngupa dalam budaya Batak toba, Mandailing dan Angkola tujuannya adalah tondi. Tondi digambarkan sebagai roh yang bersemayam dalam tubuh yang tak terpisahkan. Dinilai sebagai pembentuk pribadi, menghubungkan nyawa dengan jiwa, serta pikiran dengan nurani hati manusia.
Ada dua ciri Mangupa Upa yang biasa dilakukan masyarakat tanah Batak. Pertama, Mangupa Upa ala Batak Toba. Kemudian kedua, Mangupa Upa yang lazim dilakukan keturunan Mandailing.
Dalam Batak Toba
Dalam Mangupa-Upa pernikahan Batak Toba, Saat proses Mangupa-upa, ada pula hidangan khusus yang disediakan. Jika dalam adat Batak Toba, ikan mas arsik jadi menu utama. Bagi masyarakat Batak Toba, ikan mas disimbolkan sebagai sebagai makna supaya pasangan pengantin menjadi keluarga bahagia, saling terus menyayangi serta mendapatkan anak yang banyak, baik dan cerdas.
Dalam Batak Mandailing
Sedangkan dalam Batak Mandailing, saat Mangupa-Upa akan tersaji nampan makanan berisi sirih, beras, daun pisang sitabar, ikan, daging kambing, telur ayam dan garam. Semua menu Mangupa-Upa akan disuapkan pada pasangan pengantin yang menikah.
Masyarakat Mandailing juga menyebut Mangupa-Upa dengan nama Paulak Tondi Tu Bagas. Adapun maknanya adalah mengembalikan ruh manusia yang terpisah dari jasad ketika suatu peristiwa terjadi.
menu Mangupa Upa untuk prosesi pernikahan ala masyarakat Mandailing lebih banyak dari Batak Toba. Biasanya dalam nampan makanan terdapat sirih, beras, daun pisang sitabar, ikan, daging kambing, telur ayam dan garam.
Semua sajian menu tersebut memiliki makna masing-masing dianggap masyarakat Mandailing. Kapur, sebagai tanda ungkapan sukacita dan pustaka aksara, lalu beras sebagai simbol agar kedua pengantin dapat memilah jalan kebaikan dan buruk.
Sementara daun pisang sitabar adalah tanda pernikahan cukup sekali saja. Ikan dimaknai supaya kedua pengantin selalu seiringan, tanpa konflik. Untuk daging kambing menjadi simbol keperkasaan, telur ayam sebagai makna sumber kehidupan. Lalu garam dimaksudkan agar kedua mempelai mampu memberikan manfaat bagi kehidupan di dunia.
Nampak makanannya pun punya makna sebagai lambang doa dari orang tua dan keluarga yang amat besar bagi kedua mempelai pengantin. Semua menu makanan Mangupa Upa itu nantinya akan disuapkan kepada kedua mempelai pengantin.
Mangupa-Ngupa Adat Batak, Ini yang Perlu Disiapkan
Ada dua hal yang disiapkan dalam mangupa-ngupa, yaitu menghidangkan bahan-bahan (perangkat pangupa) dan nasihat pangupa (hata pangupa). Makanan pangupa-upa memiliki bahan yang berbeda sesuai dengan perayaannya. Misalnya, pasangan pernikahan menyediakan bahan-bahan seperti satu ekor ikan mas betina yang memiliki banyak telur. Harapannya pasangan telah diikat dalam satu tali pernikahan. Ikan mas banyak telur dengan doa agar pasangan memiliki banyak keturunan.
Adapun bahan-bahan yang biasanya terdapat dalam upacara mangupa-ngupa, antara lain:
- Ayam/kambing/kerbau,
- nasi putih,
- telur ayam,
- garam,
- air putih,
- ikan,
- udang,
- daun ubi.
Semua bahan pangupa-upa tersebut disusun di atas induri (anyaman bambu tempat menampi beras). Semuanya diletakkan di depan orang yang di-upa-upa. Kemudian, orang-orang yang memberikan upa-upa (dalihan na tolu) berdiri di depan orang yang diupa-upa. Mereka sambil mengangkat hidangan pangupa dan menyebutkan kata-kata upaupa.
Mangupa-Ngupa Adat Batak Diberikan Ketika Mendapatkan Sukacita dan Mendapatkan Musibah
Pemberian upa-upa diberikan ketika mendapatkan sukacita dan setelah mendapatkan musibah. Upa-upa mendapat sukacita biasanya diberikan pada saat, antara lain:
- Perayaan pernikahan,
- Mendapatkan gelar/title,
- Kemenangan sesuatu,
- Kelahiran anak,
- hamil, dan sebagainya.
Upacara mangupa-ngupa sering diberikan orangtua kepada anaknya yang ikut serta dalam ujian dan mendapatkan gelar. Begitu pula biasanya diberikan kepada anak yang berangkat merantau.
Mangupa Upa dapat dilaksanakan untuk momentum apapun yang dianggap memerlukan doa dan petuah dari orang tua maupun leluhur. Dapat juga dalam anggapan suatu momentum yang telah terjadi dan mengimplementasikan bentuk ungkapan rasa syukur. Bisa juga sebagai permohonan kepada Maha Kuasa agar peristiwa buruk tidak pernah terjadi atau terulang kembali.
Pernikahan, kelahiran bayi, menempati rumah baru, akan memulai atau telah menyelesaikan suatu pekerjaan yang sulit, pulang atau pergi dari kampung halaman, adalah momentum lazim dilakukannya Mangupa Upa.
Meskipun Mangupa Upa lazimnya kerap dilakukan pada prosesi seperti itu, namun tidak kaku sekadar di momentum yang demikian saja. Jika ada hal lain yang dinilai perlu mengungkapkan perasaan bersyukur dan memberikan petuah bijaksana, maka Mangupa Upa dapat saja dilakukan.
Ketika melakukan Mangupa Upa maka bakal dapat dipastikan ditemukan sajian makanan. Hanya berbeda menu saja antara Mangupa Upa versi Batak Toba dan Mandailing.
Orang yang diberikan upa-upa biasanya diberikan nasihat-nasihat, agar tidak sombong, tidak lupa dengan orang tua atau kampung halaman, dan selalu mengucapkan syukur kepada Tuhan.
Sebaliknya, mangupa diberikan setelah mendapatkan musibah atau marabahaya (parmaraan), misalnya sakit, terkejut, kecelakaan, dan lain-lain. Upa-upa diberikan agar tondi orang-orang yang sakit, lemah, dan mengalami kecelakaan tidak meninggalkan tubuh orang tersebut. Tujuannya mereka memperoleh ketenangan atau disebut “mulak tondi tu badan”.
Jadi, mangupa yang diberikan saat sukacita maupun dukacita bertujuan menguatkan tondi. Nasihat pangupa dan bahan-bahannya diharapkan bisa memberikan semangat dalam menjalani kehidupannya. Pemberian hidangan pangupa langsung kepada orang yang diupa-upa melambangkan agar semangat dan doa yang diterima langsung kepada orang yang mangupa-upa.
Baca Hal-hal yang berkaitan dengan sumut di Batakita.com
Sumber: https://www.sabumiku.com/budaya-indonesia/mangupa-ngupa-adat-batak/
Hastag: #Budayabatak #batak #terpilih #sumut #Mangupa Upa