Ringkasann Kilat:
• Komika datang dari berbagai daerah dengan cerita budaya, logat, dan pengalaman lokal yang kuat, membuat SUCI 4 terasa sangat beragam dan membumi.
• Selain David sebagai pemenang, SUCI 4 melahirkan nama besar seperti Abdur, Dodit, Dzawin, Hifdzi, Pras Teguh, hingga Coki Pardede.
• SUCI 4 membuktikan bahwa stand up comedy bisa jadi media bercerita soal identitas, daerah, dan kehidupan, dengan cara santai tapi mengena.
Disclamer: This overview was created with AI support.
Tahun 2014 menjadi momen penting bagi stand up comedy Indonesia. Melalui Stand Up Comedy Indonesia Season 4 (SUCI 4), Kompas TV menghadirkan bukan sekadar kompetisi melucu, tetapi ruang bercerita tentang Indonesia dari berbagai sudut pandang. Enam belas komika dari latar belakang, daerah, dan karakter berbeda bertemu di satu panggung, membawa cerita masing-masing.
David Nurbianto akhirnya keluar sebagai juara. Komika Betawi ini konsisten membawakan materi berbau budaya lokal, lengkap dengan gaya nyablak dan tokoh fiktif “Nyai” yang membuat materinya terasa hidup. Di posisi kedua, Abdurrahim Arsyad tampil sebagai representasi kuat Indonesia Timur, menghadirkan cerita Larantuka dengan logat khas yang segar di telinga penonton nasional.
Dzawin Nur Ikram, komika santri asal Bogor, melengkapi tiga besar dengan gaya enerjik dan tempo cepat. Di bawahnya, Pras Teguh mencatat sejarah sebagai “anak callback”, bangkit dari eliminasi hingga finis di posisi keempat—sebuah kisah kegigihan yang jarang terjadi di kompetisi.
Nama-nama lain seperti Hifdzi Khoir dengan gaya ustaznya, Dodit Mulyanto dengan biola dan deadpan humor, hingga Coki Pardede dengan komedi gelapnya, memperlihatkan betapa beragamnya wajah stand up comedy Indonesia. Bahkan mereka yang tidak menjadi juara justru tumbuh menjadi figur penting di dunia hiburan.
SUCI 4 juga mencatat peran komika perempuan seperti Sri Rahayu dan Anggita Butarbutar, serta keberanian komika minoritas seperti Liant Lin untuk berbicara tentang identitas di panggung nasional.
Lebih dari satu dekade berlalu, SUCI 4 tetap dikenang bukan hanya karena siapa yang menang, tetapi karena cerita yang ditinggalkan. Ia menjadi bukti bahwa stand up comedy bisa menjadi medium refleksi sosial, budaya, dan identitas bangsa—dengan cara yang ringan, jujur, dan menghibur.
Jangan ketinggalan berita terkini dan konten menarik dari Batakita!
Dukung Kami:
Belajar jadi mudah dan praktis!
Temukan eBook berkualitas di www.platihan.id dan upgrade kemampuanmu!
Belajar Mewarnai Jadi Lebih Kreatif
Mewarnai adalah salah satu cara belajar yang paling banyak diminati oleh anak-anak
Dengan gambar-gambar lucu dan menarik, ebook ini memberikan kesempatan bagi si kecil untuk berkreasi dan mengasah keterampilan motorik halus mereka
Siapkan krayon, Ajak si kecil Mewarnai!




