Penasaran Tempat wisata sejarah apa yang bisa kamu eksplore saat berada di sumatera utara, Batakita.com merangkum beberapa tempat yang wajib kamu ketahui dan kamu kunjungi
- Batu Persidangan
Huta Siallagan adalah kampung adat Suku Batak Toba yang masih bertahan di Ambarita, Kabupaten Samosir. Terdiri dari 8 rumah adat Suku Batak Toba, kemudian batu kursi persidangan – tempat raja dan para pejabat memutuskan hukuman untuk seorang yang melakukan kejahatan. Kemudian, ada juga makam Raja Siallagan dan turunannya.
Yang paling menarik tentunya adalah batu kursi persidangan. Dan inilah yang menjadi ciri khas dari Huta Siallagan atau Kampung Sialagan ini. Berada di sebuah benteng yang tidak terlalu tinggi, wisatawan akan masuk ke pintu gerbang yang hanya muat untuk satu orang. Di depan mata, langsung terlihat deretan rumah adat Batak Toba yang tiap ukirannya penuh makna. Rumah bolon namanya, hanya ada sekitar 8 rumah di sana.
Batu kursi di Huta Siallagan ditempatkan pada dua lokasi sesuai dengan aturan dan fungsinya yang berbeda. Kelompok batu kursi pertama, dibawah pohon kayu Habonaran, merupakan tempat rapat-pertemuan Raja dan pengetua adat untuk membicarakan berbagai peristiwa kehidupan warga di Huta Siallagan dan sekitarnya. Selain itu juga menjadi tempat persidangan atau tempat mengadili sebuah perkara kejahatan dan akan diberikan sebuah hukuman . Ada hukum pasung dan hukum pancung. Untuk tindak kejahatan yang berat tentunya hukum pancung. Menurut pemandu yang menemani saya, hukuman pancung menjadi ciri dari hukuman di Huta Siallagan, dan inilah yang membuat saya langsung merinding. Ada lokasi khusus untuk pemancungan, dan ada algojo khusus juga.
Sebelumnya dipancung ada prosesi khusus bagi pelaku kejahatan yang bisa membuat kuduk langsung merinding. Karena di masa lalu, orang banyak mempunyai “ilmu”, maka perlu langkah untuk menghilangkan kemampuan khusus itu. Kulit pelaku kejahatan pun disayat lantas lukanya diberi air jeruk nipis. Inilah ramuan yang dipercaya menghapuskan ilmunya dan hukuman pancung pun bisa dilaksanakan dengan sekali tebas.
2. Huta Siallagan
Dalam masyarakat Batak, dimana marga merupakan sebuah identitas yang akan menjelaskan asal usul kekerabatannya, maka Huta atau kampung juga dibangun sebagai identitas tempat tinggal yang selanjutnya huta akan dinamai sebagai huta marga.
Huta Siallagan yang dibangun oleh keluarga marga Siallagan yang dikuasai oleh seorang pemimpin yaitu Raja Huta, dalam hal ini Raja Siallagan.
Pembangunan huta yang menggunakan batu-batu besar disusun bertingkat menjadi sebuah tembok besar yang kelak menjadi benteng dan diatasnya ditanami bambu. Dahulu, untuk membangun rumah adat Batak, juga dilakukan dengan cara gotong royong mengangkut kayu dari hutan atau ladang keluarga, kemudian mendirikannya sesuai bentuk dan aturan pendirian rumah adat Batak.
Beberapa rumah adat masih ditempati oleh keturunan mereka, tapi ada juga rumah yang digunakan untuk publik yakni untuk menyimpan benda sejarah atau tradisional seperti ulos, alat manual ulos zaman dulu hingga alat alat-alat rumah tangga lainnya.
3. Kuburan batu Raja Sidabutar
Wisatawan bisa melihat dari dekat makam Raja Sidabutar, sang penguasa Pulau Samosir, dan tentunya mendengar kisah tentang Raja Sidabutar yang sangat terkenal memiliki kesaktian tersebut dari tokoh adat.
Pembuatan makam Raja Sidabutar dilakukan upacara khusus. Kalau makam biasanya berhiaskan nisan, berbeda dengan makam Raja Sidabutar ini yang dihiasi simbol. Ada gambar ukiran kepala yang besar melambangkan Raja Sidabutar, sedangkan ukiran kepala yang ada di ujung satunya dengan ukuran yang lebih kecil menunjukkan permaisuri, Boru Damanik. Sedangkan ukiran lelaki yang berada di bawah kepala raja adalah Panglima Guru Saung Lang Meraji.
Makam Raja Sidabutar sendiri merupakan makam terbesar di kompleks ini dan sudah berumur sekitar lebih dari 460 tahun. Ada tiga raja yang dimakamkan di sana, yaitu raja pertama Raja OP Soribuntu Sidabutar dan kedua Raja OP Ni Ujung Barita Sidabutar, mereka masih belum memeluk agama, tetapi menganut kepercayaan animisme yang dikenal dengan Parmalim.
4. MuseumBatak Balige
Salah satu destinasi wisata Danau Toba di Kawasan Wisata Balige adalah Museum Batak TB Silalahi, terletak di Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara. Museum Batak T.B. Silalahi lebih tepatnya berlokasi di Komplek T.B. Silalahi, Jl. Pagar Batu no. 88, Soposurung, Balige, Tobasa, Sumatera Utara. Komplek ini sangat dekat dengan makam Sisingamangaraja XII, hanya berjarak 100 meter. Museum Batak Balige berupaya melestarikan dan memanfaatkan koleksi kekayaan budaya dan sejarah etnik Batak. Begitu banyak artefak dan naskah kuno Batak tersimpan di perpustakaan dan museum di luar negeri terutama Belanda, Jerman dan Inggris. Namun sekarang terus diupayakan agar kekayaan budaya tersebut dapat kembali ke tanah Batak dan dinikmati oleh generasi muda sekarang.
Di museum ini pengunjung dapat melihat sekitar 1.000 koleksi artefak budaya Batak dan peninggalan sejarah dari 6 puak Batak, yaitu: Karo, Toba, Simalungun, Pakpak, Angkola, dan Mandailing. Di dalam museum ini disimpan berbagai macam benda-benda khas Batak dan peninggalannya sepertisenjata tradisional, pakaian, rumah adat Batak, patung sigale-gale, dan lain-lain termasuk kutipan-kutipan nasihat bijak dari para leluhur Batak.
Orang Batak telah mengenal nilai-nilai budaya yang sangat tinggi sejak lama, hal ini dibuktikan dengan adanya tulisan Batak, bahasa Batak, gondang Batak (uning-uningan), pakaian Batak (ulos), adat Batak, prinsip Dalihan Natolu, dan penggunaan marga. Selain dari pada nilai budaya yang bersifat material tersebut, ada juga nilai yang bersifat formal, yaitu upacara perkawinan menurut adat batak. Keseluruhan nilai-nilai tersebut merupakan deep culture, harus dipertahankan dengan kuat agar tidak luntur dan tahan uji, sehingga sulit terhapus oleh pengaruh luar.
Bangunan museum terdiri dari empat lantai dengan desain modern tetapi dengan hiasan ornamen-ornamen khas Batak. Selain menyuguhkan napak tilas sejarah dan artefak-artefak saja, museum ini juga memiliki berbagai macam fasilitas untuk bias digunakan para pengunjung. Beberapa fasilitas tersebut meliputi cafeteria, sky restaurant, kolam renang, convention hall, dan artshop untuk berbelanja souvenir khas Batak. Biaya untuk masuk juga tidak begitu mahal, hanya 10 ribu rupiah untuk orang dewasa, dan 5 ribu rupiah untuk anak-anak.
Di dalam ruangan ini terdapat panel-panel yang menceritakan sejarah hidup perjalanan TB Silalahi serta perjalanan karirnya. Selain itu di ruangan ini juga terdapat Benda-Benda Pribadi beliau seperti seragam dan pangkat-pangkat ketika di kemiliteran, beberapa ijazah, pakaian ketika menteri, bangku sekolah waktu di SR, mobil dinas yang dulu digunakan ketika menjabat sebagai Menpan pada Kabinet Pembangunan VI, dan lain sebagainya.
5. Sopo Guru TateaBulan
Dalam sejarah bangsa batak, masyarakat batak percaya, bahwa awal mula manusia merupakan dari Debata Mula Jadi Nabolon. Sebutan masyarakat pada masa itu ialah Tuhan. Dari sejarah ini di abadikan dalam sebuah tempat yang disebut dengan Sopo Guru Tatea Bulan atau Istana Guru Tatea Bulan. Sopo Guru Tatea Bulan ini dibangun tahun 1995 oleh Dewan Pengurus Pusat Punguan Pomparan Guru Tatea Bulan. Bangunan ini terdapat di Bukit Sulatti (di bawah Pusuk Buhit), dan di dalam bangunan terdapat sejumlah patung keturunan Raja Batak berikut dengan patung sejumlah kendaraan si Raja Batak dan pengawalnya.
Tempat ini berisi patung-patung Siraja Batak dan keluarganya yang merupakan keturunan Raja Ihat atau Debata Mula Jadi Nabolon. Hingga saat ini masyarakat batak yang bermukim di pulau Samosir masih percaya bahwa Sopo Guru Tatea Bulan yang berada di pusuk buhit merupakan tempat pertama orang batak atau Siraja Batak. Bahkan tempat sangat sakral. Disopo yang sakral ini kamu akan melihat patung, yang dimana patung ini dinamakan dengan nama Raja Ihat Manusia, oppu ini merupakan Si raja batak pertama kali, dengan istrinya yang asal muasalnya datang dari langit yang bernama Oppung Boru Tantan Debata. Dari situ lahirlah dua orang anak yang mungkin sudah gak asing lagi bagi bangsa batak.
6.Museum Huta Bolon Simanindo
Simanindo merupakan tujuan kala itu di Pulau Samosir. Simanindo merupakan salah satu kecamatan yang ada di Pulau Samosir. Sekitar jam 9 pagi, kapal wisata pun bersandar di Dermaga Simanindo. Hangatnya mentari menyambut kedatangan kami. Diseberang sana juga terlihat jelas sebuah pulau kecil yang begitu menarik untuk kuseberangi. Pulau kecil tak berpenghuni yang indah dengan pepohonan kelapanya. Huta Bolon merupakan nama dari sebuah kampung tua. Huta adalah kampung tradisional orang batak yang dikelilingi oleh benteng dan tanaman pohon bambu guna untuk menghalangi musuh masuk ke dalam kampung tersebut. Huta hanya mempunyai satu pintu gerbang Rumah di dalam Huta tersebut berbaris disamping kiri dan kanan dari rumah raja, Rumah Raja dinamai Bolon. Dihadapan rumah Raja didirikan lumbung pada yang diberi nama Sopo. Halaman tengah diantar rumah Bolon dan Sopo, dahulu dipergunakan sebagai Mangalahat Horbo. Adapaun arti dari Mangalahat Horbo adalah untuk acara adat memotong kerbau dan memukul gondang. Ditengah halaman didirikan sebuah Tonggak yang dihias dengan daun-daun yang melambangkan pohon suci (Pohon Beringin). Tonggak tersebut bernama Borotan. Kerbau yang digiring akan disembelih di Borotan tersebut. Untuk Masuk ke Museum ini membutuhkan biaya, Harga tiket masuk, yaitu 10ribu rupiah. Namun, jika kalian ingin melihat pertunjukan Tari batak Tradisional, maka kita membayar tiket masuk sebesar Rp 50ribu.
https://www.medanwisata.com/2017/05/singgah-sejenak-di-museum-huta-bolon-simanindo.html
https://www.jendeladunia16.com/2019/04/sopo-guru-tatea-bulan-asal-muasalnya.html