Provinsi Sumatera Utara terletak pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat. Wilayah ini kaya dengan sumber daya alam dan kultur masyarakatnya yang beragam. Perbedaan identitas social, ekonomi, maupun politik menjadi ciri khas melekat masyarakat Sumatera Utara. Sumatera Utara memiliki 12 kabupaten dan delapan kota. Jumlah penduduk Sumatera Utara per 30 Juni 2019 adalah 14 juta jiwa atau tepatnya 14.908.036 jiwa. Medan mayoritas agama apa? Jawabannya adalah agama Islam. Hampir 63% lebih masyarakat Sumut adalah Islam. Ada 9.810.473 masyarakat Sumatera Utara yang beragama Islam, 4.066.305 penduduk beragama kristen protestan, 647.325 jiwa kristen katolik, 16.346 jiwa agama Hindu, 361.402 beragama budha, dan terakhir 559 masyarakat beragama Konghucu. Kota Medan dengan jumlah penduduk 2.507.124, 1.725.847 jiwa beragama Islam dan 478.819 masyarakatnya beragama Kristen Katolik. Seperti yang kita ketahui, bahwa di Sumatera Utara banyak terdapat banyak suku. Secara umum, bahasa daerah yang digunakan di Sumatera Utara adalah bahasa Batak, yang diikuti oleh Bahasa Jawa, dimana Suku Jawa di Sumatera Utara yang cukup besar di daerah tersebut. Kemudian diikuti oleh bahasa Melayu, Minangkabau, dan Nias.
Pada dasarnya bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa Indonesia. Mayoritas suku Melayu Deli menuturkan bahasa Indonesia karena kedekatan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. Masyarakat di pesisir timur Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, Tanjung Balai memakai bahasa Melayu Dialek “O”. Begitu juga dengan masyarakat Labuhan Batu, mereka juga menggunakan dialek tersebut dengan sedikit perbedaan ragam. Sementara itu, masyarakat Langkat dan Melayu Deli di pinggiran masih menggunakan bahasa Melayu Dialek “E” yang sering juga disebut bahasa Maya-Maya. Di kedua wilayah tersebut masih banyak masyarakat keturunan Jawa Kontrak (Jadel-Jawa Deli) yang menuturkan bahasa Jawa yang sudah terdegradasi. Di kawasan perkotaan, suku Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, suku Batak menuturkan bahasa Batak yang terbagi atas banyak logat. Di Kabupaten Nias terdapat dua kelompok bahasa besar, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Nias. Bahasa Nias masih sangat dominan pemakaiannya dalam pergaulan sehari-hari, sedangkan bahasa Indonesia masih terbatas pemakaiannya pada kalangan terpelajar saja. Bahasa Nias merupakan bahasa asli dari penduduk pribumi Kepulauan Nias. Dalam pemakaiannya, bahasa-bahasa yang terdapat di Nias dapat dibedakan sebagai berikut.
- Bahasa Utara digunakan di Nias bagian utara, timur, dan barat. Kelompok bahasa ini disebut bahasa Laraga.
- Bahasa Selatan disebut juga bahasa Tello, dipakai di daerah Nias selatan, tengah, dan Pulau Tello (dari Kepulauan Batu).
Perbedaan antara bahasa Utara dan Selatan hanya terletak pada dialek dan istilah lokal yang digunakan. Oleh karena itu, para pemakai kedua bahasa itu dapat saling mengerti satu sama lain.
Aksara Batak atau Pustaha
Selain dua bahasa di atas, terdapat bahasa Batak dengan aksaranya yang dikenal dengan nama Pustaha atau aksara Batak. Hal ini sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh kelompok subetnis/suku Batak yakni bahasa Toba yang dipergunakan oleh suku Batak Toba yang umumnya tinggal di wilayah Tapanuli Utara (sebelum Pemekaran), Pulau Samosir, dan Humbahas. Bahasa Simalungun, dan bahasa Mandailing (Angkola dan Sipirok) dipergunakan oleh suku Angkola Mandailing di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Bahasa Karo dipergunakan oleh suku Karo yang pada umumnya tinggal di wilayah Kabupaten Karo dan bahasa Dairi dipergunakan oleh suku Pakpak Dairi yang pada umumnya tinggal di wilayah Dairi dan Pakpak Bharat. Bahasa pesisir yang dipergunakan oleh suku yang bermukim di wilayah Pesisir pada umumnya mempergunakan dialek “0” (Melayu/Padang), yaitu wilayah Natal, Barus, dan Sibolga.
Berdasarkan artikel bahasawan.id Bahasa daerah Sumatera Utara sesuai Peraturan Daerah Sumut 8/2017 yang ditetapkan di Medan pada 28 September 2017 oleh Gubernur Sumatera Utara ada delapan bahasa daerah yaitu :
- Bahasa Melayu
- Bahasa Mandailing / Angkola
- Bahasa Batak Toba
- Bahasa Simalungun
- Bahasa Karo
- Bahasa Pakpak
- Bahasa Nias
- Bahasa Pesisir Sibolga-Tapanuli Tengah
Beberapa tulisan tentang bahasa daerah di sini, mengambil rujukan Peta Bahasa Kemendikbud. Contohnya saja Bahasa Daerah Sumatera Barat Ada Tiga Peta Bahasa Kemendikbud menyebutkan lima bahasa daerah Sumatera Utara. Kelima nama bahasa daerah yang digunakan warga sumatera utara adalah bahasa Batak, bahasa Melayu, bahasa Minangkabau, bahasa Jawa, dan bahasa Nias atau Li Niha. Jika digabungkan versi Perda 8/2017 dan Peta Bahasa Kemendikbud, maka total ada 10 bahasa daerah Provinsi Sumatera Utara yang resmi:
- Bahasa Minangkabau
- Bahasa Jawa
Bahasa Minangkabau bisa dibilang sebagai bahasa daerah Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Di Padang ada, di Medan ada. Bahasa Batak dituturkan disejumlah daerah di Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Asahan, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Simalungun (khusu bagian pesisir barat), Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat. Selain di Sumatera Utara, bahasa Batak juga dituturkan di provinsi lain, yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Berdasarkan hasil perhitungan dialektometri, persentase perbedaan bahasa Batak dialek Toba dengan dialek Simalungun persentase perbedaannya sebesar 69,25%, dengan dialek Mandailing sebesar 71,25 %, dan dialek Pakpak (Dairi) sebesar 75,25%. Isolek Batak merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81% – 100%, jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misal dengan bahasa Gayo, Melayu, dan Nias.
Bahasa Jawa di Sumatera Utara ditutrkan di daerah desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Desa Muka Paya, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat Desa Sengon Sari Kecamatan Aek Kuasan Desa Buntu Pane, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan Desa Kampung Pajak,Kecamatan NA IX-X, Kabupaten Labuhanbatu Utara Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Desa Naga Kesiangan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai Desa Mayang, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun. Berdasarkan hasil perhitungan dialektometri, persentase perbedaan kesembilan dialek tersebut berkisar 51% – 80%. Bahasa Jawa yang berada di Provinsi Sumatera Utara dapat disebutkan sebagai bahasa yang sama dengan bahasa Jawa yang terdapat di Surakarta dan Yogyakarta sebagai bahasa Jawa Induknya dengan persentase perbedaan sebesar 52% (beda dialek).
Bahasa Melayu dituturkan di Sumatera Utara di beberapa wilayah, yaitu: Desa Stabat Lama, Kecamatan Wampu,Kabupaten Langkat Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Desa Sei Sakat, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu Desa Cinta Air, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang Desa Dolok Manampang, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai Desa Asahan Mati, Desa Bagan Asahan, Desa Bagan Asahan Baru, dan Desa Bagan Asahan Pekan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan Kecamatan Muara Sipongi, Kabupaten Mandailing Natal Kelurahan Sorkam, Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat Kota Medan. Dari hasil perhitungan dialektometri, persentase perbedaan ke sebelas dialek tersebut berkisar 51% – 71,5% (beda dialek). Isolek Melayu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81% – 100% jika dibandingkan dengan bahasa Batak, Gayo, Minangkabau, dan Nias.
Bahasa Minangkabau di Sumatera Utara dituturkan di wilayah: Desa Panggautan, Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal dan Kelurahan Sorkam Kanan, Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah. Dari hasil perhitungan dialektometri persentase perbedaan bahasa Minangkabau dengan dialek Natal berkisar 55,75% dan dengan dialek Sorkam berkisar 71%. Dialek Sorkam (Sumatera Utara) merupakan varian dengan bahasa Minangkabau. Dialek ini memiliki kedekatan dengan beberapa dialek Melayu di Sumatera Utara, misal dengan dialek Melayu di Desa Asahan Mati, Tanjung Balai sebesar 55,25%. Hal ini secara linguistik, dialek Sorkam lebih dekat dengan bahasa Melayu di Asahan Mati, Tanjung Balai. Isolek Minangkabau merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81% – 100% jika dibandingkan dengan bahasa Batak , Jawa Gayo, Melayu, dan Nias.
Bahasa Nias di Sumatera Utara dituturkan di wilayah, Desa Simaluaya, Kecamatan Pulau-Pulau Batu, Kabupaten Nias Selatan Desa Pasar Teluk Dalam, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan Desa Hilimboe, Kecamatan Susua, Kabupaten Nias Desa Olora, Kecamatan Gunung Sitoli Utara, Kota Gunungsitoli Kelurahan Pasar Lahewa, Kecamatan Lahewa, Kabupaten Nias Orang Nias menyebut bahasa ini dengan Li Niha. Dari perhitungan dialektometri, persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 51% – 69%. Isolek Nias merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81% – 100% jika dibandingakn dengan bahasa Batak, Jawa, Gayo, Minangkabau, dan Melayu.
SUMBER